"Bukittinggi Marandang" tampilkan gaya memasak tempo dulu

id Sumatera Barat, Bukittinggi Marandang, gaya tempo dulu, Wina Asti, Hari Jadi Kota

"Bukittinggi Marandang" tampilkan gaya memasak tempo dulu

Peserta "Bukittinggi Marandang" memasak menggunakan peralatan tradisiona. (Dok Antara Sumbar/Ira Febrianti)

Bukittinggi (Antarasumsel.com) - Peringatan ke-232 Hari Jadi Kota (HJK) Bukittinggi, Sumatera Barat (Sumbar), dimeriahkan dengan kegiatan "Bukittinggi Marandang" yang dikemas dengan gaya tempo dulu.

Ketua Panitia "Bukittinggi Marandang" Wina Asti di Bukittinggi, Sabtu, mengatakan konsep tempo dulu dipilih untuk mengenalkan kembali proses memasak rendang pada masyarakat sebelum adanya perkembangan teknologi.

"Terutama sekali pada generasi muda, juga wisatawan luar daerah mereka dapat menyaksikan langsung bagaimana memasak rendang dilakukan mulai dari persiapan bumbu hingga siap disajikan," katanya.

Dalam kegiatan tersebut, peserta yang berasal dari 24 kelurahan di daerah itu memasak rendang menggunakan tungku dan mengenakan "baju kuruang basiba" yang merupakan pakaian tradisional wanita Minang.

Ia menerangkan proses memasak rendang yang dilakukan juga akan dilombakan dengan kriteria penilaian berupa peralatan yang digunakan, pakaian yang dikenakan peserta, proses memasak dan hasil masakan.

"Hasil dari memasak rendang ini nanti akan dinikmati bersama 100 anak yatim. Jadi selain sebagai atraksi wisata budaya, juga ada nilai sosialnya," ujarnya.

Kegiatan "Bukittinggi Marandang" juga diisi dengan lomba fotografi dengan objek foto berupa aktivitas yang terjadi selama proses memasak rendang berlangsung.

Salah seorang peserta "Bukittinggi Marandang" yang juga Wakil Rektor I Universitas Muhammadiyah Sumbar (UMSB) Novelti mengatakan keikutsertaannya dalam kegiatan itu untuk turut serta melestarikan dan mengenalkan masakan tradisional tersebut.

"Di samping itu di UMSB juga memiliki Fakultas Pariwisata sehingga kami juga ingin aktif mendorong kemajuan pariwisata khususnya Bukittinggi," katanya.

Ia mengharapkan kegiatan itu dapat diselenggarakan paling tidak satu kali dalam setahun seperti saat perayaan HJK.

"Ke depan sekiranya sosialisasi kegiatan ini dapat dilakukan lebih luas agar semakin ramai dikunjungi wisatawan. Ini sarana promosi wisata yang menarik karena banyak bidang yang dapat dikenalkan seperti kuliner, 'fashion' dan budaya," ujarnya.