Penguna jalantim di Tulangbawang-Mesuji keluhkan pungli

id pungli, jalan lintas timur , sumatera, lampung, pengguna jalan, pengemudi, sopir

Penguna jalantim di Tulangbawang-Mesuji keluhkan pungli

Ilustrasi- Stop pungutan liar. (IST)

Tulangbawang, Lampung (Antarasumsel.com) - Pengguna jalan negara di Jalan Lintas Timur Sumatera Kabupaten Tulangbawang berbatasan dengan Kabupaten Mesuji, Provinsi Lampung, mengeluhkan pungutan liar dari oknum warga setempat yang memanfaatkan jalan rusak di wilayah ini.

Menurut sejumlah pengemudi truk fuso di Tulangbawang, Jumat, pada sejumlah titik badan Jalan Lintas Timur (Jalintim) Sumatera yang mengalami kerusakan dan belum juga diperbaiki, diduga memicu praktik pungutan liar makin marak dan meresahkan pengguna jalan itu.

Para pelintas jalan itu mengungkapkan, pungli dari oknum warga itu bervariasi. Pada siang hari, pengguna kendaraan yang melewati jalan itu dimintai paksa uang rata-rata Rp100 ribu, dan pungutan itu membesar pada malam hari bisa mencapai hingga Rp300 ribu.

"Sebetulnya kami berkeberatan membayar pungutan itu, namun terpaksa harus memberikannya, bagaimana lagi daripada dirampok lebih baik begitu," kata seorang sopir bus lintas provinsi yang melewati Jalintim itu.

Keluhan serupa disampaikan sopir truk besar Harianto (40) yang membawa kendaraannya dari Jawa Tengah menuju Jambi melewati Kabupaten Tulangbawang.

Menurut dia, begitu sampai pada titik Jalintim yang rusak itu, ada puluhan orang menghentikan kendaraannya dan berpura-pura mengatur lalu lintas serta mengawal kendaraan supaya aman.

Mereka kemudian meminta bayaran, dan bila dibayar dengan uang recehan, mereka marah-marah dan mengancam menggunakan senjata api rakitan kepada pengguna kendaraan yang melewati jalan menjadi sasaran pemerasan mereka.

"Kami mengharapkan Pemprov Lampung dan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat untuk segera memperbaiki Jalintim yang rusak tersebut, agar pengguna jalan terhindar dari ancaman menjadi korban tindak kriminal," kata Harianto pula.

Para pengguna kendaraan pribadi yang melewati jalan itu pada malam hari, juga mengaku was-was atas kondisi tersebut. Pada sejumlah titik jalan lintas itu dinilai sangat rawan tindak kriminal.

Beberapa pengguna jalan itu menyatakan, oknum warga yang diduga kelompok preman bersenjata api rakitan setempat yang menjaga jalan itu, biasanya menetapkan uang yang harus dibayar dan bila tidak dipenuhi akan terjadi ancaman tindak kriminal.

"Beberapa waktu lalu, kami pernah terjebak saat lewat malam hari dan hujan lebat tidak memperkirakan ada jalan rusak bergelombang. Tiba pada titik jalan itu, berhenti, tiba-tiba keluar beberapa orang diduga preman setempat dari semak-semak dan langsung minta sejumlah uang," kata Harianto pula.

Dalam keadaan terdesak dan tak mungkin berputar balik arah, terpaksa permintaan orang tak dikenal itu dikabulkannya.

Tak cuma uang, telepon genggam dan barang berharga lainnya juga diminta paksa pelaku.

Sedangkan Joko, sopir lainnya mengaku punya cara khusus menghindari aksi preman di jalan yang dinilai rawan itu. Dia menggunakan jasa pengamanan lokal yang mudah ditemui di jalur yang mereka lintasi.  
"Daripada kena palak, lebih baik bayar jasa pengamanan. Paling dikasih Rp150 ribu. Biasanya ada yang mengawal untuk melintas di titik rawan," ujar Joko.

Sopir angkutan barang yang sudah terbiasa mengantar barang ke Lampung itu mengungkapkan beberapa titik rawan di wilayah Kabupaten Tulangbawang yang berbatasan dengan Mesuji.

"Lokasi yang rawan itu di Tulangbawang, sehingga kami biasa kalau lewat situ siang hari. Kami dari Jawa cuma antar ke Lampung. Jadi biaya tak resmi nggak banyak, paling Rp200 ribu sampai Rp400 ribu,"  ujar Hasan, juga sopir angkutan barang yang sering melintasi Jalintim di Tulangbawang itu pula.

Menurut Damar, sopir truk asal Tangerang mengaku tak hanya jalur Jalan Lintas Pantai Timur di Lampung yang rawan, tapi juga Jalintim di wilayah Tulangbawang, sehingga untuk menghindari pemalak juga menggunakan jasa pengawalan tak resmi.

"Jasa pengamanan itu bukan pas kita lewat jalan rawan saja. Tapi kalau mobil rusak biasanya ada anak muda atau warga datang. Paling kita kasih Rp150 ribu," katanya lagi.

Salah satu pengusaha ekspedisi di Lampung Sony membenarkan marak aksi pungli di Jalinsum tersebut.

"Hampir semua wilayah ada pungli di jalan, di  Tulangbawang minimal Rp50 ribu keluar. Sebenarnya kami tidak nyaman, tapi mau bagaimana lagi," ujarnya pula.

Sony menjelaskan, aksi pungli itu membuat tidak nyaman pemilik ekspedisi karena mereka mengkhawatirkan keselamatan pengemudi dan barang yang diangkut.

"Sebenarnya ini membuat tidak nyaman khususnya sopir dan barang-barang kami. Kalau mobil pecah kaca, barang dirampok kami sudah pernah mengalaminya," ujar Sony lagi.

Para pengguna Jalintim di Lampung itu berharap pihak kepolisian segera menindak para pelaku pemerasan dan pemalak khususnya di Jalintim antara Kabupaten Tulangbawang dan Mesuji itu, sehingga mereka tidak meresahkan dan merajalela lagi.