ODHA: keluarga penentu meningkatkan semangat hidup

id odha, orang dengan hiv aids, aids, keluarga

ODHA: keluarga penentu meningkatkan semangat hidup

Ilustrasi HIV/AIDS (Antarasumsel.com/Grafis/Aw)

...Keluarga adalah faktor utama agar ODHA memiliki semangat hidup kembali dan menjalani hidup produktif kembali, karena tanpa hal tersebut akan susah...
Jakarta (ANTARA Sumsel) - Eliyati, Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) menilai keluarga adalah penentu untuk meningkatkan semangat hidup bagi orang-orang yang bernasib sama dengannya.
        
"Keluarga adalah faktor utama agar ODHA memiliki semangat hidup kembali dan menjalani hidup produktif kembali, karena tanpa hal tersebut akan susah, termasuk untuk mendapatkan pengobatan," katanya, di Jakarta, Selasa malam.
        
Eliyati yang juga merupakan penggiat HIV/AIDS di Rumah Cemara Bandung mengatakan, dengan dukungan keluarga, efek dari diskriminasi yang mungkin diterima ODHA akan bisa diminimalkan, terutama bagi mereka yang merupakan kelompok rentan seperti ODHA anak-anak.
        
"Anak yang terinfeksi sangat butuh dukungan keluarga untuk terus semangat dalam hidupnya dan bisa meyakinkan pada sang anak bahwa dirinya memiliki kesempatan yang sama dengan anak-anak lainnya," ujar dia.
        
Akan tetapi, kata Eliyati, memang tidak mudah bagi para anggota keluarga dari anak yang terinfeksi HIV dan setiap orang yang berhubungan dengannya, terutama bagi mereka yang memiliki orang tua tidak lengkap dapat diterima, karena masih adanya stigma negatif padanya.
        
"Harus ada pemahaman dari semua pihak termasuk keluarga dan sekolahnya bahwa HIV tidak segampang itu menular, itu yang harus ditekankan, karena anak dengan HIV/AIDS memiliki hak yang sama dan dia tidak berdosa apa pun," ujarnya lagi.
        
Senada dengan Eliyati, Pendiri dan Direktur Institusi Angsamerah Nurlan Silitonga menilai tidak adil jika masih ada stigma buruk pada ODHA, apalagi kepada mereka yang masih anak-anak.
        
"Karenanya butuh menyampaikan berita yang sederhana, tepat, mengena, konsisten dan menarik ke semua orang bahwa masalah HIV/AIDS ini adalah urusan semua pihak dan harus diselesaikan semua pihak dari semua kalangan," kata Nurlan.
        
Menurut Nurlan, stigma itu ada karena ketakutan berlebihan yang timbul akibat ketidaktahuan sehingga muncul isu-isu negatif seperti penularan lewat sikat gigi, gelas, tusuk gigi, dan lain sebagainya.
        
"Padahal sesungguhnya tidak demikian, karena HIV tidak mudah menular kecuali dengan cara tertentu khususnya prilaku seksual secara tidak aman dan melalui transfusi darah, seharusnya semua pihak sadar tidak perlu mendiskriminasi karena mereka memiliki hak yang sama dengan orang lainnya," kata dia pula.