Perupa Lampung ramaikan Biennale Sumatera di Jambi

id Biennale Sumatera, pesta raya seni rupa, perupa asal Provinsi Lampung, Taman Budaya Jambi, seniman, Christian Heru Cahyo Saputro

Perupa Lampung ramaikan Biennale Sumatera di Jambi

Pasangan perwakilan kontingen seniman Sumatra Barat (kanan) dan pasangan perwakilan kontingen Sumatra Utara (kiri) mengenakan pakaian adat masing-masing daerah saat Pembukaan Sumatera Biennale 2016 serta Pameran dan Pergelaran Seni se-Sumatera (ANTA

Bandarlampung (Antarasumsel.com) - Para perupa asal Provinsi Lampung ikut berpartisipasi meramaikan pesta raya seni rupa Biennale Sumatera di Taman Budaya Jambi.

Menurut salah satu seniman Lampung yang mengikuti Biennale Sumatera itu, Christian Heru Cahyo Saputro, saat dihubungi dari Bandarlampung, Rabu, ajang pesta seni tersebut telah dibuka pada Sabtu (19/11) di Taman Budaya Jambi oleh Gubernur Jambi Zulmi Zola, sekaligus membuka event Pameran dan Pentas Seni se-Sumatera ke-19 yang berlangsung hingga Selasa (22/11).

Pelaksanaan pembukaan acara hingga berakhir berlangsung meriah, dan saat pembukaan dihadiri antara lain mantan Dirjen Kebudayaan Prof Edi Sedyawati, Direktur Kesenian Prof Endang Catur Wati, anggota Komisi IX DPR RI Sutan Adil Hendra, dan anggota DPD RI Daryati Uteng, dan para kepala UPTD Taman Budaya se-Sumatera.

Direktur Kesenian Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemendikbud Endang Caturwati dalam katalog pameran mengatakan, Biennale Sumatera memiliki keunikan tersendiri karena memakai nama sebuah pulau.

Diharapkan kegiatan ini bisa mempresentasikan kekuatan seni rupa di kawasan Sumatera dan juga menjadi salah satu wadah ide-ide kreatif para seniman Sumatera.

"Gelaran ini diharapkan bisa memotivasi perupa Sumatera untuk menghasilkan karya dan mampu bersaing di tingkat nasional bahkan internasional," ujar Endang.

Pameran Biennal Sumatera bertajuk "Simpul" ini berlangsung di Gedung Pamer Taman Budaya Jambi, dari 19-22 November 2016, dengan menampilkan 62 karya berupa lukisan, fotografi, instalasi dan patung dari 62 seniman Sumatera. Namun tak satu pun perupa yang menyentuh atau menawarkan  karya Video Art.

Perupa-perupa yang lolos kurasi dari Aceh, Sumatera Utara, Riau, Kepri,  Sumatera Barat, Jambi, Bengkulu, Sumsel, dan Lampung yang menampilkan karya mereka dalam Biennal Sumatera ini.

Mereka adalah Agung Budiman, Ahmad Sarjoni, Ahmat Nawir, Alberto, Alhendra Daulay, Ali Tasmin, Alza Adrison, Andis Rivai Pasaribu, Andreas Perdana, Anung Widiyatno, Arif Budiman, Beni Murdani, Bona Pakpahan, Bunga Ilalang, Christian Heru Cahyo Saputro, Dedy Junizar, Dwi Yunizal, Eri Inaldo, Erlangga, Evelina Dianita, Ferdian Ondira Asa, Habi Maulana Harry, Hola Wibowo, Herisman Is, Helmi Azeharie, Herwandi, Ibrahim, Id Nursal.

Lalu, Ilmuhammad, Ian Dianiarsa, Jasjus, Joko Irianto, Joni, Junaidi, Kamal Guci, Khalil Zuhdi Lawna, Muhammad Arsyandi, M Basoni, Muhammad Panca Satria, M.Yasir, Maradoni, Metrizal, Nasuka, Panji Hardianto, pini Fe, Rafif Saleh, Rahmad Dani, Rahmad Habibi, Rico Nauli Pakpahan, Rochman, Rusli, Salomo Fedricho Purba, Sandra Martha Ridwan, Shella Vika Ayu Delima, Sisna ningsih, Sparman Baela, Sutanto, Syafni Syafrizal, Syahrial, Thariq Muntaha, Yudi Oktober dan Yuswandi Adnan.

Karya-karya yang tampil pada gelaran biennal ini, menurut kuratornya Suwarno dengan menimbang melalui kurasi yang ketat dan  selektif memberi ruang yang cukup untuk para perupa muda. Proprorsinya sekitar 70 persen untuk perupa muda dan 30 persen untuk perupa senior. "Perupa senior sudah banyak memiliki panggung-panggung untuk berpameran. Perupa muda yang potensial harus diberi ruang lebih," ujar Suwarno.

Pada penyelenggaraan Biennal Sumatera di Jambi kali ini penyelenggara menampilkan juga karya 9 seniman perupa Jambi yang dianggap sebagai perintis dan pelopor jagad seni rupa Jambi, yaitu Ahmad Haris, A Rosad, Anik Sunarya, A Ahmad, M Pakpahan, Muhyidin, Sudjanto, Sudiyoto, dan Tukiran.

Menurut Susanto salah satu peserta 62 karya yang ditampilkan dalam Biennal Sumatera #3 ini, memang belum bisa dianggap sebagai representasi seni rupa Sumatera. Di luar masih banyak perupa sumatera yang berkarya. Miskinnya sosialisasi jadi salah satu kendala, katanya lagi.

"Mestinya harus ada sosialisasi, bahkan ke depan semestinya di setiap provinsi juga digelar paralel event untuk mendukung agar Biennal Sumatera ini membumi, memiliki gesah dan pada giliranya akan menjadi branding tak hanya daerah penyelenggara tetapi kawasan Sumatera," ujar perupa asal Lampung itu pula.