Sumsel waspadai kenaikan inflasi hingga akhrir tahun

id inflasi, Permana, sumsel, Badan Pusat Statistik,

Sumsel waspadai kenaikan inflasi hingga akhrir tahun

Badan Pusat Staistik (BPS) (Antarasumsel.com/Grafis/Aw)

Palembang (Antarasumsel.com) - Provinsi Sumatera Selatan mewaspadai kenaikan inflasi hingga akhir 2016 setelah Badan Pusat Statistik merilis angka 3,25 persen per November, kata Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan setempat Permana.

"Target seharusnya pada November ini masih dibawah 3,0 persen tapi ternyata sudah 3,25 persen. Ini cukup mengejutkan karena jika tidak dijaga hingga akhir tahun, bisa tembus di atas 5,0 persen," kata Permana di Palembang, Kamis, seusai menjadi pembicara pada seminar persaingan usaha.

Padahal, ia melanjutkan Sumsel menargetkan inflasi pada 2016 di angka 3,4 persen plus minus 1,0 persen.

Untuk itu, Gubernur Sumatera Selatan pada 25 November ini berencana mengumpulkan para pelaku usaha untuk membantu pemerintah dalam penjaga kestabilan harga.

"Ya, sudah sepuluh bulan ini dapat untung, bisalah dua bulan terakhir ini tidak terlalu menaikkan harga. Kan sudah untung banyak juga," kata Permana.

Selain meminta kemurahan hati para pelaku usaha, pemerintah juga sedapat mungkin menjaga pasokan barang, terutama kebutuhan pokok.

Hal ini terkait dengan bencana alam di sejumlah daerah pemasok di Jawa, termasuk di beberapa daerah Sumsel sendiri, seperti jalan putus akibat longsor.

"Seperti bawang dan cabai, saat ini sudah tidak yang masuk dari luar. Praktis Sumsel hanya mengandalkan pasokan dari Pagaralam, jika jalan ada putus maka ini juga menjadi ancaman terjadinya inflasi," kata Permana.

Beberapa waktu Tim Pengendali Inflasi yang diketuai Bank Indonesia mengadakan rapat membahas mengenai fluktuasi tajam harga sejumlah komoditas pertanian dan perternakan, seperti cabai, bawang dan telur ayam. Selain itu, terdapat juga komponen inflasi baru yakni rokok yang turut menyumbang kenaikan angka.

"Untuk rokok ini menjadi pertama kali masuk komponen inflasi. Hal ini disebabkan cukainya yang mahal, sehingga harga jual terpaksa dinaikkan, sementara di sisi lain daya beli masyarakat menurun," kata Permana.

Realisasi inflasi Sumsel pada 2013 mencapai 7,04 persen, 2014 sebesar 8,48 persen, dan 2015 sebesar 3,10 persen.

Pada 2015, pencapaian inflasi Sumsel lebih rendah dari nasional karena solidnya koordinasi diantara anggota Tim Penggendali Inflasi Daerah.

Namun pada 2016 ini, terjadi kenaikan cukup signifikan karena per November sudah menembus total 3,25 persen.