Kesadaran berobat masyarakat pedesaan sangat rendah

id dokter, berobat, masyarakat miskin, warga desa, Komite Internasional Palang Merah, Dokter spesialis mata Miranda Therik-Johannes

Kesadaran berobat masyarakat pedesaan sangat rendah

Ilustrasi- Seorang dokter memeriksa pasien di Posko Kesehatan(Foto Antarasumsel.com/Nova Wahyudi/15/den)

Namrole (ANTARA Sumsel) - Dokter spesialis mata Miranda Therik-Johannes dari RSUD Ba'a, Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur mengatakan kesadaran masyarakat di pedesaan untuk memeriksakan kesehatan mata sangat rendah jika dibandingkan warga perkotaan.

"Kesadaran masyarakat di pedesaan untuk berobat sangat rendah, di kota kadang-kadang kalau pandangan sudah kabur sedikit langsung memeriksakan ke dokter karena mereka merasa akan mempengaruhi pekerjaannya," katanya di Namrole, Jumat.

Miranda mengatakan masalah kesehatan mata seringkali dianggap sepele, kebanyakan masyarakat, terutama di daerah pedesaan lebih banyak berobat setelah pengelihatan mengalami masalah serius, bahkan ada yang hingga sudah tidak mampu melihat dengan jelas dalam jarak dekat.

Ia mencontohkan, berdasarkan pengalamannya selama lima tahun menjadi dokter spesialis mata, kebanyakan penderita katarak di daerah pedesaan memeriksakan kondisinya setelah ukuran kataraknya menebal dan menyebabkan gelapnya pengelihatan.

Katarak bisa terjadi kepada siapa saja, penyebabnya pun bermacam-macam, seperti aktivitas pekerjaan di bawah paparan sinar matahari langsung dalam waktu yang lama, benturan pada kepala, gaya hidup dan pola makan yang tidak terkontrol, sehingga mengakibatkan hipertensi dan diabetes yang bisa menyebakan kekeruhan lensa mata.

"Katarak adalah lensa mata yang keruh, ada beberapa jenisnya, dari segi umur ada katarak kongenital, juvenil dan lainnya, kalau dibiarkan setelah sudah tebal hingga terjadi glukoma dan matinya saraf mata, dioperasi pun pandangan mata tidak akan normal," kata dokter Miranda.

Senada dengan dokter Miranda, Dokter Elna Anakotta dari RSUD dr. M. Haulussy mengatakan kebanyakan pasien katarak yang diobati dalam pelayanan kesehatan mata gratis di Kabupaten Buru Selatan, diakibatkan oleh trauma akibat benturan di kepala, dan tertusuk benda tajam tapi tidak langsung diperiksakan ke dokter.

"Di Buru Selatan penyebabnya lebih banyak karena faktor yang disebabkan oleh trauma akibat benturan, pukulan, tertusuk benda tajam, seperti lidi atau semacamanya, ini juga mungkin diakibatkan oleh gaya hidup, kalau di tempat lain kebanyakan akibat dari faktor usia," katanya.

Miranda Therik-Johannes dan Elna Anakotta merupakan dokter spesialis mata yang dibawa khusus oleh PMI dan Komite Internasional Palang Merah (International Committee of the Red Cross - ICRC) ke Kabupaten Buru Selatan untuk melakukan pelayanan kesehatan mata gratis, pada 31 Oktober - 3 November 2016.

Dalam kegiatan medis sosial, berupa operasi katarak dan pemberian kacamata baca gratis di RSUD Namrole tersebut, sedikitnya ada 91 orang yang mendapatkan operasi katarak, 26 orang pterigiumotoni, dan 418 orang yang mendapatkan kacamata baca.

Staf Divisi Kesehatan (Subdivisi Kesehatan Darurat) PMI, Mahfud mengatakan pelayanan kesehatan mata di Kabupaten Buru Selatan merupakan kegiatan medis mata kedua yang diadakan oleh pihaknya di Maluku, sebelumnya PMI-ICRC menggelar kegiatan yang sama di Kabupaten Buru pada 2015.

"Yang paling berkesan adalah masyarakat di pedesaan yang sudah lima hingga 10 tahun tidak bisa melihat dengan baik, ketika dioperasi mereka takjub dan gembira bisa melihat lagi. Setelah di Namrole, berikutnya kami akan ke Waropen, Papua, untuk kegiatan yang sama," katanya.