BNPT: Media miliki peran besar terhadap radikalisme

id bnpt, media massa, media televisi, radikalisme, teroris

BNPT: Media miliki peran besar terhadap radikalisme

Ilustrasi- Sejumlah Anggota Densus 88 siap berantas teroris. (FOTO ANTARA/Asep Urban)

Solo (ANTARA Sumsel) - Direktur Deradikalisasi, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Irfan Idris mengatakan media memiliki peran besar atau penting terhadap kelompok radikalisme dan kekerasan di Indonesia.

"Media memiliki fungsi sangat besar terhadap radikalisme, baik saat melakukan rekrutmen anggota baru hingga rencana aksi kekerasan yang terjadi," kata Irfan Idris saat menjadi narasumber acara "Workshop Media tentang Isu Kekerasan dan Radikalisme Bagi Wartawan", di Syariah Hotel Solo, Jumat.

Pada acara "workshop" yang digelar oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Surakarta yang berkerja sama dengan BNPT tersebut, dihadiri seratusan peserta selain menghadirkan Irfan Idris, juga Wakil PWI Pusat Sasongko Tedjo, Amir Machmud Ketua PWI Jateng, Yudi Zullfahri mantan aktivis radikal, dan Idi Muzayat pengamat media dari Komisi Penyiaran Indonesia (KPI).

Irfan Idris mengatakan dengan media tersebut, menjadi alat oleh pelaku radikalisme untuk memudahkan dalam melakukan rekrutmen terhadap anggota baru.

"Radikalisme dahulu belum ada media, masih melakukan dengan cara dari rumah ke rumah melalui persaudaraan dan pertemanan seperti kasus bom Bali," tuturnya.

Namun, radikalisme sekarang bisa diligat alat media yang digunakan karena sangat mudah, tidak ada batas, dan bisa setiap saat dilakukan.

Menurut dia, tidak sedikit pelaku-pelaku teroris setelah dicari dari mana dengan melalui media mereka belajar saja kasus bom Mapolresta Cirebon 2012.

"Mereka belajar dari situs-situs media di internet. Kita tidak menyalahkan situs-situs seperti itu, tetapi perlu situs yang lebih kuat untuk dapat mengimbangi situs yang klebih moderat guna mencegah radikalisme," ujarnya.

Peryataan Irfan Idris tersebut juga disetui oleh Yudi Zulfahri salah satu mantan aktivis kelompok radikal di Indonesia, menyatakan, peran media sangat penting terhadap baik kelompok radikalisme maupun deradikalisme.

Yudi Zulfahri yang pernah menjalani tahanan selama 5,5 tahun akibat terlibat kelompok radikalisme mengatakan peran media sangat penting karena dapat ikut menjaga netralitas khususnya tentang pemberitaan tentang isu-isu radikalisme dari pemerintah.

"Media sangat penting untuk mencegah adanya kelompok radikalisme. Media menjaga netralitas akan dipercaya oleh kelompok radikal," ucapnya.

Ketua PWI Surakarta Anas Syahirul yang juga ketua penitia Workshop mengatakan media mempunyai peras besar dalam membangun konstruksi pemahaman masyarakat, termasuk dalam mengajak partisipasi dalam semua aktivitas.

Menurut Ans melalui kegiatan pengembangan media liberasi untuk menangkal paham radikal terorisme dan kekerasan, masyarakats etidaknya dapat memahami beberapa hal yakni kemampuan untuk mengakses media, menganalisa, mengkritik menulis pesan.

Menurut dia, acara workshop dengan mengambil tema media tentang isu kekerasan dan radikalisme tersebut, karena setiap ada kejadian aksi radikalisme atau terorisme selalu muaranya ke Solo, dan ini, menjadi perhatihan bagi awak media setempat.

Oleh karena itu, Anas berharap dengan digelarnya workshop tersebut muncul dialog bersama tentang konsep reportase tentang isu radikalisme dan kekerasan terutam di kalangan wartawan dan media di Kota Surakarta, sehingga karya jusnalistik yang dihasilkan mempunyai kemaslahatan bagi masyarakat dan tidak merugikan kepentingan umum.