Aktivis imbau masyarakat Sumsel waspada banjir-longsor

id banjir, longsor, Aktivis Sarekat Hijau Indonesia Sumatera Selatan, mewaspadai kemungkinan terjadinya bencana banjir

Aktivis imbau masyarakat Sumsel waspada banjir-longsor

Ilustrasi - Korban banjir (ANTARA FOTO)

Palembang (ANTARA Sumsel) - Aktivis Sarekat Hijau Indonesia Sumatera Selatan mengimbau masyarakat yang tersebar di 17 kabupaten dan kota dalam provinsi setempat mewaspadai kemungkinan terjadinya bencana banjir dan tanah longsor.

Memasuki musim hujan Oktober 2016 ini, masyarakat perlu mewaspadai bencana banjir dan tanah longsor karena curah hujan dirasakan meningkat, kata Pengurus Sarekat Hijau Indonesia (SHI) Sumatera Selatan Syarifudin Kobra, di Palembang, Senin.

Menurut dia, berdasarkan prakirakan cuaca dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) intensitas curah hujan pada bulan ini meningkat hingga 400 milimeter.

Dengan kondisi tersebut seperti tahun-tahun sebelumnya bisa mengakibatkan sejumlah daerah mengalami banjir yang cukup parah seperti di wilayah Kabupaten Musi Banyuasin dan Banyuasin yang tergolong rawan bencana itu.

Selain banjir, berpotensi pula mengakibatkan sejumlah wilayah teruatama yang berada pada dataran tinggi seperti Kota Pagaralam dan Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) Selatan mengalami bencana tanah longsor, katanya.

Dia menjelaskan, ancaman banjir dan tanah longsor pada musim hujan sekarang ini berpotensi melanda sejumlah daerah karena kerusakan hutan yang terjadi di provinsi berpenduduk sekitar 8,6 juta jiwa ini tidak seimbang dengan kegiatan penghijauan kembali atau reboisasi.

Setiap tahunnya terdapat ribuan hektare hutan di provinsi yang memiliki luas hutan sekitar 3,5 juta hektare itu mengalami kerusakan.

Untuk mencegah terjadinya kerusakan hutan lebih parah yang dapat mengancam keselamatan jiwa serta harta benda masyarakat akibat banjir dan tanah longsor pada setiap musim hujan, pemerintah daerah perlu menggalakkan kegiatan reboisasi.

"Kerusakan hutan akibat faktor alam dan kebakaran pada musim kemarau serta ulah manusia lebih banyak dibandingkan dengan reboisasi, sehingga keseimbangan alam terganggu dan bisa menyebabkan banjir dan tanah longsor pada musim hujan," ujarnya.