Wall Street perpanjang kenaikan karena harga minyak melonjak

id wall street , saham wall street, keuntungan pialang saham, saham, perdagangan berfluktuasi, kenaikan kuat harga minyak, Indeks Dow Jones, Industrial A

Wall Street perpanjang kenaikan karena harga minyak melonjak

Wall Street . (FOTO ANTARA)

New York (ANTARA Sumsel) - Saham-saham di Wall Street memperpanjang keuntungannya dengan berakhir lebih tinggi pada Rabu (Kamis pagi WIB), setelah perdagangan berfluktuasi, karena sentimen investor didorong oleh kenaikan kuat harga minyak.

Indeks Dow Jones Industrial Average menambahkan 110,94 poin atau 0,61 persen menjadi ditutup pada 18.339,24. Indeks S&P 500 naik 11,44 poin atau 0,53 persen menjadi berakhir di 2.171,37, dan indeks komposit Nasdaq naik 12,84 poin atau 0,24 persen menjadi 5.318,55.

Harga minyak melonjak pada Rabu, dengan minyak mentah AS (WTI) dan minyak mentah Brent melompat lebih dari lima persen, karena sebuah laporan mengatakan bahwa Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) telah mencapai kesepakatan untuk memangkas produksi minyak untuk pertama kalinya sejak 2008.

Terangkat oleh kenaikan harga minyak, sektor energi melonjak 4,34 persen sebagai pencetak kenaikan terbesar dalam 10 sektor di S&P 500.

Sementara itu, Ketua Federal Reserve AS Janet Yellen mengatakan pada Rabu dalam kesaksiannya kepada Komite Jasa Keungan DPR AS bahwa bank-bank AS dalam kapitalisasi yang baik, tapi tetap ditantang oleh pendapatan bunga yang lemah, menurut laporan media.

Dia kemudian mengatakan bank sentral tidak memiliki "jadwal waktu yang pasti" untuk menaikkan suku bunga.

Di sisi ekonomi, pesanan baru AS untuk barang-barang tahan lama manufaktur pada Agustus menurun 0,1 persen dan hampir tidak berubah pada 226,9 miliar dolar AS, kata Departemen Perdagangan. Para analis telah memperkirakan penurunan 1,9 persen.

Penurunan pesanan baru ini, yang turun dalam tiga dari empat bulan terakhir, menyusul peningkatan 3,6 persen pada Juli.

"Laporan barang tahan lama awal (untuk) Juli ini jauh lebih baik daripada yang diperkirakan, tetapi revisi turun untuk Juli ditambah dengan penurunan momentum pada Agustus menunjukkan manufaktur domestik tidak akan mengejutkan ekonomi ke kecepatan yang lebih cepat," kata Sophia Kearney-Lederman, seorang analis ekonomi di FTN Financial, dalam sebuah catatannya.