Asia wilayah terfavorit berinvestasi

id investasi, tenpat investasi, potensi ekonomi, produk yang diperlukan dunia, produk kebutuhan masyarakat dunia, Direktur Investasi Aberdeen Asset Manag

Asia wilayah terfavorit berinvestasi

Calon investor melintas di depan papan pengumuman antrean pengurusan Izin Investasi Tiga Jam di Gedung BKPM, Jakarta. (ANTARA FOTO/Yudhi Mahatma)

Jakarta (ANTARA Sumsel) - Wilayah Asia disebut sebagai tempat terfavorit berinvestasi dengan melihat potensi ekonomi yang besar dan merupakan tempat produksi sebagian besar produk yang diperlukan dunia, kata Direktur Investasi Aberdeen Asset Management Bharat Joshi.

Dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Selasa, Aberdeen yang merupakan perusahaan manajemen investasi, menilai ada sejumlah poin penting kenapa Asia menjadi wilayah dengan peluang investasi paling menjanjikan.

Perusahaan manajemen investasi asal Skotlandia tersebut menilai Asia akan tumbuh lebih cepat dari negara-negara maju dalam beberapa tahun ke depan.

Pertumbuhan ekonomi kelas menengah disebut turut mendorong tingkat permintaan konsumsi yang menjadikan daya tarik pasar.

Selain itu, aktivitas perusahaan-perusahaan Jepang di mancanegara diprediksi akan meningkatkan pertumbuhan.

Sedangkan valuasi dinilai masih relatif menarik di mana harga aset meningkat di seluruh pasar berkembang.

Negara-negara yang diperhitungkan di wilayah Asia, menurut Joshi, adalah China yang dinilai krusial untuk membantu menjaga kestabilan ekonomi, dan India yang masih menjadi favorit investor dengan melakukan perubahan untuk menciptakan kemajuan dalam pembangunan.

"Ekonomi India adalah salah satu yang mengalami pertumbuhan terpesat di dunia," kata Joshi.

Sementara tingginya nilai tukar dolar AS terhadap beberapa mata uang dinilai bagus untuk jangka panjang, meski tidak bagus dalam jangka pendek.

Sebelumnya, Organisasi internasional untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (Organization for Economic Cooperation and Development, OECD) memprediksi Asia akan berkontribusi terhadap 59 persen total konsumsi global pada 2030.