IPB pamerkan mesin produksi beras analog

id beras, mesin penggiling beras, mesin analog, mesin buatan ipb, mesin dalam negeri, ipb

IPB pamerkan mesin produksi beras analog

Buruh tampi beras Sejumlah buruh menampi beras di Pasar Sekanak Palembang, Sumatera Selatan, Kamis (28/6). Setiap hari mereka menerima upah sekitar Rp15.000 per orang dan bekerja dari pagi sampai sore. (Foto Antarasumsel.com/Nila Fu'adi)


Bogor(ANTARA Sumsel) - IPB memamerkan keberadaan mesin produksi beras analog kepada sejumlah pihak dan pemangku kepentingan pada acara "open house IPB Science Techno Park" dalam rangka Dies Natalis ke-53, di Kota Bogor, Selasa.

Fatimah selaku Direktur PT FITS Mandiri yang merupakan unit usaha milik IPB di bawah PT BLST menjelaskan, mesin produksi beras analog mampu menghasilkan sebanyak 200 kilogram per jam.

"Tetapi karena pasar kami terbatas, produksi kami batasi hanya 160 kg per jam, tujuan untuk menjaga keseimbangan mesin," katanya.

IPB melalui PT FITS Mandiri, mengundang sejumlah pihak untuk berkunjung ke pabrik pembuatan beras analog yang berada di komplek IPB Science Techno Park yang berada di sekitar Taman Kencana.

Mereka yang hadir terdiri dari perwakilan Badan Ketahanan Pangan dari sejumlah kabupaten/kota seperti Palembang, Yogyakarta, dari balai pertanian, Depok, Bogor, Jakarta dan daerah di Jawa Barat, serta perwakilan Bulog.

"Kami juga mengundang perwakilan dari rumah sakit yang menjadi mitra baru kami dalam pemasaran beras analog," katanya.

Pada kunjungan ke pabrik tersebut, pengunjung dijelaskan apa saja rangkaian proses pembuatan beras analog, dan bagaimana mengolah beras untuk enak dikonsumsi.

Sebelum kunjungan, sejumlah tamu yang hadir mengikuti sesi diskusi yang mengkaji tentang manfaat beras analog bagi pasien diabetes dan obesitas.

Fatiman menambahkan, selaku produsen tunggal Beras Analog hasil karya peneliti IPB, pihaknya ingin memperluas pangsa pasar dengan menyasar masyarakat umum dan juga rumah sakit.

"Kami sudah mulai menjajaki kerja sama dengan rumah sakit untuk memasarkan beras analog sebagai pengganti nasi bagi pasien," katanya.

Menurut Fatimah, saat ini pangsa pasar beras analog masih terbatas di lingkungan IPB melalui jejaring 'outlate' Serambi Botani, dan beberapa kalangan saja.

"Kami masih kesulitan memasarkan ke pasar modern, dan luar daerah karena masih minimnya pemahaman masyarakat tentang beras analog," ucapnya.

Ia menyebutkan, sejak memiliki mesin produksi beras analog, Fist mampu memproduksi beras analog 2,5 ton per hari.

Jumlah tersebut, lanjutnya baru dapat memenuhi 0,05 persen kebutuhan beras analog bagi penderita diabetes dan obesitas di wilayah Jabodetabek.

"Data dari BPS kebutuhan beras sehat bagi penderita obesitas dan diabetes se Jabodetabek yakni 196.000 ton per tahun," katanya.

Direktur IPB Science Techno Park, Meika Syahbana Rusli mengatakan, kegiatan IPB Science Techno Park Open House and Innovation Expo digelar pada 27-28 September 2016.

Kegiatan tersebut, lanjutnya bertujuan untuk mengenalkan kepada publik salah satu keunggulan IPB dalam bidang sains dan inovasi pertanian dari IPB.

"Pada open house kali ini, kami juga mengundang pihak industri dan swasta untuk memperlihatkan adanya peluang bisnis dari produk jadi yang dikembangkan oleh IPB," katanya.

Ia menambahkan, open house terbuka juga bagi semua pihak yang ingin mengenal produk-produk inovasi IPB dan ingin bekerjasama mengembangkannya.