MPR sosialisaikan pilar kebangsaan lewat wayang

id mpr,pilar kebangsaan, menyosialisasikan empat pilar kebangsaan, strategis dan efektif untuk menegaskan pemahaman kepada bangsa

MPR sosialisaikan pilar kebangsaan lewat wayang

Gedung MPR DPR RI (FOTO ANTARA)

Semarang (ANTARA Sumsel) - Majelis Permusyawaratan Rakyat RI menggunakan kesenian lokal, salah satunya wayang kulit sebagai sarana untuk menyosialisasikan empat pilar kebangsaan.

"Budaya lokal cukup strategis dan efektif untuk menegaskan pemahaman kepada bangsa mengenai empat pilar kebangsaan," kata anggota MPR RI A. H. Mujib Rohmat di Semarang, Sabtu (24/9) malam.

Hal tersebut diungkapkan politikus Partai Golkar tersebut usai pergelaran kesenian wayang kulit di Desa Nongkosawit, Semarang, dengan dalang Ki Junarto berlakon "Semar Mbangun Kayangan".

Turut hadir rombongan anggota MPR RI, yakni Zullfikar Ahmad dari Fraksi Partai Demokrat, Hermanto dari Fraksi PKS, Fathan Suchi dari PKB, serta Ketua DPD II Golkar Kota Semarang Petit Widiatmoko.

Empat pilar kebangsaan yang dimaksudkan adalah Pancasila sebagai ideologi bangsa, Undang-Undang Dasar (UUD) 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dan Bhinneka Tunggal Ika.

Kesenian wayang, sebagai salah satu budaya lokal, lanjut dia, menjadi salah satu sarana yang digunakan oleh MPR RI untuk menyosialisasikan empat pilar kebangsaan khususnya di daerah Jawa.

"Untuk (sosialisasi empat pilar kebangsaan, red.) di Jawa, ada dua cara yang kami tempuh. Pertama, pergelaran wayang, baik wayang orang maupun kulit, kemudian pengajian 'shalawatan'," katanya.

Jadi, kata anggota Komisi X DPR RI itu, kesenian lokal yang digunakan sebagai sarana sosialisasi pilar kebangsaan di setiap daerah berbeda, seperti di Kalimantan, Sumatera, dan Jawa.

Ia mengakui keefektifan budaya lokal untuk menanamkan nilai-nilai kebangsaan menjadikannya salah satu strategi sosialisasi empat pilar kebangsaan, di samping lewat dialog-dialog.

Di dalam kesenian wayang yang menjadi khasanah asli bangsa Indonesia, lanjut dia, terkandung berbagai nilai luhur yang menjadikannya tidak sekadar sebagai tontonan, melainkan juga tuntunan.

Mujib menjelaskan banyak "pitutur" (pembelajaran, red.), wasiat, tausiah, hingga nilai sejarah yang menggambarkan bangsa Indonesia sehingga wayang bisa menjadi media dakwah mempersatukan bangsa.

"Pancasila sebagai ideologi negara ini harus menjadi komitmen bersama seluruh elemen bangsa Indonesia yang sedemikian majemuk, sebagaimana cita-cita para 'founding father'," katanya.