BMKG: Titik panas di Sumsel cenderung menurun

id Bmkg, kepakaran hutan, asap, titik panas, kebakaran lahan

BMKG: Titik panas di Sumsel cenderung menurun

Analisa Parameter Cuaca BMKG (Foto Antarasumsel.com/Dok BMKG Sumsel/16)

Palembang (ANTARA Sumsel) - Jumlah titik panas (hot spot) di wilayah Sumatera Selatan yang terdeteksi sejak beberapa hari terakhir cenderung menurun seiring mulai seringnya turun hujan.

"Titik panas yang pada 16 September 2016 terdeteksi 15 titik jumlahnya hingga kini terus menurun. Berdasarkan pentauan melalui satelit hari ini hanya terdeteksi empat titik panas," kata Kepala Seksi Data dan Informasi Stasiun Klimatologi Kenten BMKG Sumatera Selatan Indra Purnama, di Palembang, Rabu.

Sebaran titik panas di sejumlah daerah rawan kebakaran hutan dan lahan seperti Kabupaten Ogan Komering Ilir, Banyuasin, dan Musi Banyuaisn diprediksi dalam beberapa hari ke depan tidak mengalami peningkatan berarti karena hujan dengan intensitas curah hujan ringan hingga sedang masih akan mengguyur sebagian besar wilayah Sumsel yang memiliki 17 kabupaten dan kota itu, katanya.

Selain di Sumsel, titik panas juga terdeteksi di enam provinsi wilayah Sumatera lainnya yakni di Sumatera Barat dan Bengkulu terdeteksi satu titik panas, Jambi dan Lampung dua titik, Bangka Belitung tiga titik, dan paling banyak terdeteksi di Sumatera Utara sembilan titik panas.

Titik panas yang terpantau melalui satelit di wilayah Sumatera Selatan dan beberapa provinsi lainnya di wilayah Sumatera itu akhir-akhir mulai sering terdeteksi satelit, namun jumlahnya turun naik dan relatif sedikit.

Meskipun jumlahnya masih relatif sedikit, pemerintah daerah dan masyarakat yang berada di daerah yang mulai terdeteksi titik panas diimbau agar meningkatkan kewaspadaan serta pengawasan terhadap lahan pertanian, perkebunan, dan kawasan hutan.

Dengan kewaspadaan yang tinggi dan pengawasan lingkungan secara maksimal, diharapkan dapat dicegah terjadinya kebakaran hutan dan lahan yang dapat menyebabkan terjadinya bencana kabut asap yang dapat mengganggu berbagai aktivitas dan kesehatan masyarakat seperti yang terjadi pada tahun lalu, ujar Indra.

Dia menjelaskan, sejak memasuki musim kemarau hingga sekarang ini pihaknya aktif melakukan berbagai kegiatan yang dapat mendukung upaya pencegahan terjadinya kebakaran hutan dan lahan.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) provinsi setempat selalu berkoordinasi dengan pihaknya untuk memantau perkembangan titik panas dan melakukan operasi pemadaman melalui udara maupun darat.

Selain itu, untuk mencegah terjadi bencana kabut asap yang parah pada musim kemarau tahun ini, masyarakat dan perusahaan perkebunan yang berada di daerah rawan kebakaran hutan dan lahan seperti Kabupaten Ogan Komering Ilir, Banyuasin, dan Musi Banyuasin diimbau agar tidak melakukan pembakaran untuk membersihkan lahan dari rumput, ranting pepohonan, dan sisa hasil panen.

Melakukan pembakaran lahan pertanian dan perkebunan, bisa menimbulkan bencana kabut asap yang dapat mengganggu berbagai akttivitas dan kesehatan masyarakat serta tindakan itu merupakan pelanggaran hukum, kata Indra.