Tekad anak-anak pengejar impian jadi juara olimpiade

id impian, pebulutangkis dunia, audisi, Pusat Pelatihan dan Pendidikan Bulutangkis, Puslatdik Bulutangkis,

Tekad anak-anak pengejar impian jadi juara olimpiade

Atlet bulutangkis peserta Audisi Puslatdik Djarum Kudus 2016, M Dzaki Saputra. (IST) (IST)

Palembang (ANTARA Sumsel) - Tak ada kata menyerah bagi M Dzaki Saputra (12) mengejar impian untuk menjadi pebulutangkis dunia. Jatuh bangun dalam proses audisi tidak menyurutkan langkahnya meraih satu tiket menjadi peserta Pusat Pelatihan dan Pendidikan Bulutangkis Djarum Kudus 2016.

Kini ia menjadi satu dari 12 pebulu tangkis yang mewakili Sumatera Selatan melaju ke seleksi akhir memperebutkan satu tempat di Puslatdik Bulutangkis terbaik di Asia bersama anak-anak dari seluruh penjuru negeri.

"Saya sudah tiga kali ikut audisi, dan audisi yang ketiga baru lulus. Ini perjuangan berat, tinggal satu langkah lagi, dan semoga saya diterima di Puslatdik Bulutangkis Djarum Kudus tahun ini," harap Dzaki yang ditemui menjelang keberangkatannya ke Kudus, Selasa (30/8).

Perkenalan Dzaki pada bulu tangkis tahun 2012 terbilang unik.

Berawal dari rasa penasaran melihat temannya yang menggunakan sepatu bulu tangkis yang `keren` di dalam kelas, akhirnya membawa putra pertama dari tiga bersaudara ini bergabung dalam sebuah klub bulu tangkis lokal di Palembang, Naga Jaya.

Sejak saat itu, Dzaki serius berlatih bulu tangkis dibawah arahan pelatih Hariantanto yang juga sempat menanggani Muhammad Aksan (juara dunia bulu tangkis ganda putra tahun 2015).

Program latihan yang terbilang padat pun dilalap setiap hari. Tanpa mengenal bosan dan lelah, latihan telah menjadi kesenangan tersendiri bagi putra pasangan Dr Hadriyans dan Nurazizah ini.

"Setiap hari latihan dari pukul 16.00 hingga 19.30 WIB, libur hanya hari minggu saja. Meski capek, tapi jika tidak latihan rasanya seperti ada yang hilang," kata dia.

Tak berhenti hanya berlatih di Palembang, juara Kejuaraan Daerah Bulu Tangkis ini juga menjajal kemampuan dengan mengikuti kompetisi di Jawa.

Berlatarkan pengalaman itu, Dzaki menyadari bahwa jika ingin menjadi atlet top dunia maka harus berlatih terprogram dibawah arahan pelatih andal dan sementara ini hal itu tidak ada di kota tempat tinggalnya.

Oleh karena itu, pada tahun kedua, Dzaki memberanikan diri mengikuti Audisi Djarum dengan langsung mengunjungi Kudus, Jawa Tengah, pada 2014.

Pada kali pertama ini, siswa SMP Kusuma Bangsa ini gugur pada babak kedua.

Meski gagal, semangatnya tidak padam, dengan berlanjut mengikuti audisi yang kedua pada 2015 untuk wilayah Sumatera Bagian Selatan di Palembang karena seleksi sudah diadakan di sembilan kota.

Langkah pun kembali terhenti pada babak perempat final.

Namun pada audisi yang ketiga di Palembang pada Maret lalu, Dzaki akhirnya lolos menuju Kudus setelah menjadi pemenang kelompok umur dibawah 13 tahun.

Ia meraih kemenangan penuh tanpa pernah terkalahkan dari babak awal.

Dr Hadriyans, orangtua Dzaki mengatakan sejak lama putranya mengimpikan bergabung dengan Puslatdik Djarum Kudus.

"Saya pernah ajak Dzaki ke sana untuk melihat langsung. Sepertinya bergabung di Puslatdik Djarum Kudus menjadi impiannya, dan saya sebagai orangtua memberikan dukungan penuh," kata Hadriyans.

Semangat serupa untuk menjadi atlet top dunia juga ditunjukkan Belda Azaria (12), atlet asal Sumatera Selatan yang juga lolos menuju seleksi akhir Audisi Djarum Kudus.

Siswa kelas II SMP Negeri 10 Palembang ini mengatakan keberhasilannya menuju Kudus sangat disambut sukacita karena pada audisi yang pertama pada 2015 terhenti di babak awal.

Ia mengatakan dua sosok yakni Muhammad Aksan dan Debby Susanto, putra daerah Sumatera Selatan yang berhasil meraih prestasi dunia menjadi inspirasi dalam mencapai cita-cita.

"Saya ingin seperti Aksan dan Debby yang bisa menjadi juara dunia. Jika mereka bisa dari Palembang, kenapa saya tidak, asal mau kerja keras," kata dia.

Belda mengenal olahraga bulu tangkis dari kedua orangtuanya yang juga sangat menggemari olahraga ini.

Awalnya ia hanya iseng, namun lama kelamaan merasakan enjoy ketika berlatih bulu tangkis.

Sejak saat ini, Belda berlatih rutin di PB Naga Jaya dan meraih sejumlah prestasi, seperti Juara O2SN tingkat provinsi dan masuk babak 16 besar untuk tingkat nasional.

Meski meraih prestasi di bidang olahraga, Belda juga mampu berprestasi di bidang akademik. Ia selalu menjadi juara I di kelas, seperti halnya ketika duduk di bangku SD.

"Saya siasati waktu belajarnya. Saat pulang latihan, pasti lelah, jadi istirahat dulu. Nanti waktu shubuh saya bangun untuk belajar atau buat PR," kata dia.

Bagi Susanti, orangtua Belda, putrinya itu memiliki keunggulan dari sisi semangat.

"Setiap hari Belda mengungkapkan keinginannya menjadi juara dunia. Dan saya sebagai orangtua tidak pernah meremehkannya, dan memberikan dukungan penuh," kata Susanti.

Salah satu yang paling menginspirasinya kedua orangtua Belda yakni keberhasilan Liliyana Natsir dan Tontowi Ahmad yang menyematkan medali emas pada Olimpiade Rio de Jenairo belum lama ini.

"Saya ingin anak saya menjadi juara olimpiade," kata Susanti.



    Talenta Berbakat

Persatuan Bulutangkis Djarum mencari talenta muda berbakat di Sumatera Selatan untuk diberikan beasiswa pelatihan dan pendidikan dengan menggelar audisi di Gedung Olahraga Dempo Jakabaring, Palembang, 12-14 Maret 2016.

Program Director Bakti Olahraga Djarum Fondation Yoppy Rosimin di Palembang, mengatakan Kota Palembang dipilih sebagai tempat audisi provinsi wilayah barat karena dari 33 peserta yang lolos pada tahun lalu terdapat 19 orang dari luar Jawa.

"Bibit pemain berkualitas super tidak hanya ada di kota-kota besar, dalam sejarah justru pemain yang jadi andalan Indonesia berasal dari penjuru Tanah Air. Atas dasar itu, Palembang dijadikan tempat audisi," kata dia.

Ia mengatakan audisi ini diperuntukkan bagi pebulu tangkis muda berusia 10-15 tahun.

Namun, aturan batasan usia ini bisa saja dilanggar apabila atletnya masuk kategori istimewa.

Ia menjelaskan tujuan penentuan usia ini juga agar atlet muda bisa memiliki beberapa kali kesempatan audisi karena bisa dimulai sejak usia 10 tahun, contohnya Maria Cristin yang baru lolos setelah tiga kali audisi.

"Tapi, jika ada yang usianya 16 tahun atau 17 tahun yang mau seleksi sendiri maka tidak menjadi persoalan asalkan mampu mengalahkan atlet yang sudah ada di PB Djarum," kata Yoppy.

PB Djarum melangsungkan audisi ke-11 (telah dimulai sejak 2006) di sembilan kota di Tanah Air, yakni, Palembang, Balikpapan, Makassar, Bandung, Cirebon, Solo, Purwokerto, Surabaya, dan Kudus.

Sejak 2015, PB Djarum mengusung semangat "jemput bola" untuk menemukan talenta muda yang berbakat untuk menjadi pemain nasional.

Pada 2015 diikuti 2.913 orang dari Aceh hingga Papua dan terdapat 33 atlet muda yang lolos mengikuti program pelatihan dan pendidikan di Kudus.

Untuk mendapatkan atlet andal, PB Djarum akan melibatkan para legenda bulu tangkis Indonesia, seperti Christian Hadinata untuk penyeleksian di Palembang.

Bagi atlet yang terpilih, PB Djarum akan memberikan beasiswa bulu tangkis berupa mengikuti pelatihan di pemusatan latihan di bawah asuhan mantan atlet nasional, mengikuti sejumlah kejuaraan skala nasional hingga internasional, hingga biaya pendidikan.

Sementara itu, mantan atlet sekaligus pelatih Tim Nasional Indonesia Cristian Hadinata mengatakan penjaringan atlet berbakat untuk dibina secara serius merupakan kebutuhan mutlak saat ini di tengah ketatnya persaingan bulu tangkis dunia.

"Era sekarang atlet tidak cukup hanya bermodalkan `bakat alam`, harus dua yakni bakat bagus juga harus dibuat jadi juara. Jadi tidak hanya ditemukan tapi juga diciptakan," kata dia.

Anak-anak muda negeri ini mengejar impiannya menjadi juara olimpiade seakan memberikan garansi bahwa prestasi bulu tangkis Indonesia tidak akan pernah berhenti di masa datang.