Sumsel dapat tambahan helikopter pencegahan karhutla

id helikopter, kebakaran hutan, kebakaran lahan, helikopter mi8, bnpb sumsel, water boming

Sumsel dapat tambahan helikopter pencegahan karhutla

Helikopter Mi8-Mtv milik Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melakukan pengeboman air (water boombing) dari udara untuk memadamkan kebakaran lahan dan hutan yang terjadi di Ogan Ilir (OI), Sumatera Selatan, Kamis (4/8). (Foto Antarasumsel.co

Palembang (ANTARA Sumsel) - Provinsi Sumatera Selatan mendapatkan tambahan sarana dan prasarana pencegahan kebakaran hutan dan lahan berupa satu unit helikopter MI-8 dengan kapasitas 4 ton liter air.

Pelaksana Tugas Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Sumatera Selatan Iriansyah, di Palembang, Kamis, mengatakan penambahan sarana dan prasarana ini untuk memaksimalkan upaya pencegahan dini karhutla di Sumsel mengingat selama ini sudah berjalan dengan baik.

"Meski di Sumsel jumlah hotspot terus berkurang, tapi bukan berarti mengendurkan kewaspadaan sehingga penambahan satu unit heli ini membuat upaya lebih maksimal," kata Iriansyah seusai mengikuti video conference dengan Kapolri dan Menteri LHK terkait penanganan karhutla.

Setelah penambahan ini, armada udara di Sumsel menjadi tiga unit helikopter yang diproyeksikan untuk waterbombing di titik-titik panas yang terpantau oleh satelit Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional.

Selain itu, Sumsel juga memiliki sat unit pesawat Cassa 212 yang diproyeksikan untuk melaksanakan teknik modifikasi cuaca (TMC).

Proses ini dapat dilakukan secara rutin pada pagi dan sore hari dalam tiga hari karena ditemukan banyak awan hujan.

"Untuk hari ini, waterbombing dilakukan di Ogan Ilir dan Ogan Komering Ilir karena ada laporan titik api di daerah tersebut. Sedangkan dari satelit Lapan terdeteksi 2 titik panas di Ogan Komering Ilir," kata Iriansyah lagi.

Selama Agustus 2016 ini terjadi penurunan titik api dibandingkan bulan yang sama tahun lalu, yakni dari 764 titik api menjadi hanya 45 titik api.

Gubernur Sumsel Alex Noerdin menerbitkan status siaga darurat bencana asap sejak Maret 2016, untuk lebih dini dalam upaya pencegahan karhutla.

Pencegahan karhutla menjadi perhatian Sumsel karena pada 2015 menjadi perhatian dunia atas kebakaran 736.563 hektare lahan yang berujung pada bencana kabut asap.

Sebelumnya BMKG merilis bahwa puncak kemarau di Sumsel akan terjadi di bulan Agustus dengan ditandai rendah intensitas hujan di beberapa lokasi.

Sumsel sempat memasuki kategori zona merah (rawan terbakar) pada 4 Agustus, dan mulai 21 Agustus 2015 beralih ke zona biru (aman) berdasarkan analisis parameter cuaca Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika.