Titik panas di Sumsel cenderung berkurang

id hotspot, titik panas, tyerdeteksi titik panas, fluktuasi, bmkg, pantau hotspot

Titik panas di Sumsel cenderung berkurang

Ilustrasi - Peta sebaran titik panas (hotspot) di Sumsel. (Foto Antarasumsel.com/14/Yudi Abdullah)

...Titik panas dalam bebarapa pekan terakhir sering terdeteksi di sejumlah daerah rawan kebakaran hutan dan lahan, namun jumlahnya masih tergolong aman dan cenderung berkurang...
Palembang (ANTARA Sumsel) - Titik panas di sejumlah daerah di Sumatera Selatan yang tergolong cukup rawan kebakaran hutan dan lahan terus terdeteksi namun jumlahnya berfluaktuasi cenderung berkurang.

"Titik panas dalam bebarapa pekan terakhir sering terdeteksi di sejumlah daerah rawan kebakaran hutan dan lahan, namun jumlahnya masih tergolong aman dan cenderung berkurang karena provinsi ini masih sering banyak turun hujan," kata Kepala Seksi Data dan Informasi Stasiun Klimatologi Kenten BMKG Sumsel Indra Purnama, di Palembang, Selasa.

Dia menjelaskan berdasarkan hasil pemantauan melalui satelit, hari ini terdeteksi 19 titik panas atau "hotspot"

di tujuh daerah dalam wilayah provinsi yang memiliki 17 kabupaten dan kota itu.

"Hari ini masih terdeteksi titik panas namun jumlahnya sedikit menurun dibandingkan dengan data hasil pemantauan pada 8 Agustus 2016 yang tercatat 53 titik panas," ujarnya.

Berdasarkan hasil pematauan terbaru terdapat masing-masing satu titik panas di wilayah Kabupaten Banyuasin

dan Ogan Komering Ilir, dua titik panas di Ogan Komering Ulu dan Penukal Abab Lematang Ilir (Pali), tiga titik panas di Musirawas Utara, empat di Musi Banyuasin, serta enam titik panas di Kabupaten Musirawas.

Titik panas di Sumsel akhir-akhir mulai sering terdeteksi melalui satelit, namun jumlahnya turun naik dan relatif sedikit.

Meskipun jumlahnya masih relatif sedikit, pemerintah daerah dan masyarakat yang berada di daerah yang mulai terdeteksi titik panas diimbau agar meningkatkan kewaspadaan serta pengawasan terhadap lahan pertanian, perkebunan, dan kawasan hutan.

Dengan kewaspadaan yang tinggi dan pengawasan lingkungan secara maksimal, diharapkan dapat dicegah terjadinya kebakaran hutan dan lahan yang dapat menyebabkan terjadinya bencana kabut asap yang dapat mengganggu berbagai aktivitas dan kesehatan masyarakat seperti yang terjadi pada 2015, ujar Indra.

Sebelumnya, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumatera Selatan Yulizar Dinoto mengatakan, bahwa sejak dua bulan terakhir pihaknya telah menyiapkan beberapa langkah pencegahan dan penaggulangan kebakaran hutan dan lahan serta bencana kabut asap.

Selain itu, untuk mencegah terjadi bencana kabut asap yang parah pada musim kemarau tahun ini, dia mengimbau masyarakat dan perusahaan perkebunan agar tidak melakukan pembakaran untuk membersihkan lahan dari rumput dan pepohonan.

Melakukan pembakaran lahan pertanian dan perkebunan, bisa menimbulkan bencana kabut asap yang dapat mengganggu berbagai akttivitas dan kesehatan masyarakat.

Jika ada masyarakat dan pihak perusahaan perkebunan terbukti melakukan pembukaan dan pembersihan lahan dengan cara membakar, pelakunya akan dikenakan sanksi hukum berupa kurungan penjara dan denda, kata Yulizar.