Wabup Musirawas Utara protes pelebaran jalan lintas Sumatera

id wakil bupati muratara, kabupaten musirawas utara, devi suhartoni, jalan, pelebaran jalan, jalan lintas sumatera

Wabup Musirawas Utara protes pelebaran jalan lintas Sumatera

Ilustrasi. (Foto Antarasumsel.com/Banu Sungkowo/16)

Musirawas Utara (ANTARA Sumsel) - Wakil Bupati Musirawas Utara, Sumatera Selatan, Devi Suhartoni protes pembangunan pelebaran jalan lintas Sumatera di wilayah itu, karena tidak disertai dengan saluran dan gorong-gorong, sehingga saat musim hujan air masuk ke perkampungan penduduk.

Pelebaran Jalan Lintas Sumatera (Jalinsum) di Desa Lawang Agung, Rupit sepanjang 1,1 kilometer yang menggunakan dana anggaran pusat itu, terkesan membuat repot warga setempat, terutama saat musim penghujan tiba, kata, Devi Suhartoni, Senin.

"Kami menerima keluhan dari warga setempat bahwa air yang tergenang pada pelebaran Jalinsum itu selain membuat sarang nyamuk, juga membanjiri perkampungan karena tak ada saluran seperti layaknya pembangunan jalan negara lainnya," katanya.

Padahal tujuan pelebaran Jalinsum itu selain memperluas jalan nasional, juga memberikan manfaat pada warga sekitarnya sehingga anggaran uang negara puluhan miliar rupiah bisa tepat sasaran yaitu dirasakan masyarakat.

Ia mengatakan, bila pelebaran Jalinsum itu tak dibuat aliran air dan gorong-gorong kasihan dengan warga yang tinggal di pinggir jalan tersebut, mereka akan terkena genangan air bahkan bisa saja air-nya masuk ke rumah penduduk.

Pengerjaan pembangunan pelebaran jalan yang tidak ada aliran air, bukan sepenuhnya kesalahan rekanan tapi dari perenacanaan anggaran Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.

"Kita mengharapkan pelebaran Jalinsum kedepan harus dilengkapi dengan saluran air dan gorong-gorong, sehingga tak membuat resah masyarakat di sepanjang jalan tersebut," ujarnya.

Dengan pelebaran Jalinsum itu secara jujur membuat pemerintah Kabupaten Musirawas Utara dan masyarakat bangga dan akan menerima apa pun konsekwensinya asal kabupaten termuda ini bisa menjadi lebih maju.

Ia menilai, pembangunan pelebaran jalan nasional itu tidak adanya koordinasi antara Pemkab Musirawas Utara dan pemerintah pusat, sehingga terkesan kurang sinkron dan dampak buruknya dirasakan masyarakat.

Bila ada koordinasi kedua belah pihak, pembangunan pelebaran Jalinsum itu akan berjalan lancar dan tidak ada yang dirugikan, termasuk protes dari masyarakat, ujarnya.

Salah seorang warga Lawang Agung, Mirzan (47) mengatakan lubang bekas galian pelebaran jalan nasional itu saat ini masih digenangi air, karena ada turun hujan beberapa hari lalu.

Bila hujan lebat lubang galian itu airnya meluap dan masuk ke pekarangan bahkan ke dalam rumah, bila ada bangunan saluran semacam irigasi, air hujan itu akan mengalir ke lokasi pembuangan bukan masuk ke pekarangan rumah.

"Kami melaporkan masalah itu ke Pemkab Musirawas Utara, tujuannya agar dibuatkan siring atau gorong-gorong untuk aliran air hujan tersebut,` ujarnya.