Titik balik bulu tangkis demi Olimpiade Rio

id mohammad Ahsan, Hendra Setiawan, bulu tangkis, badminton, Tontowi Ahmad, Liliyana Natsir, olimpiade, Rio de Janeiro, brazil

Titik balik bulu tangkis demi Olimpiade Rio

Ganda putra Indonesia, Mohammad Ahsan - Hendra Setiawan . (ANTARA FOTO/Ismar Patrizki)

Jakarta (ANTARA Sumsel) - Semangat kebangkitan demi tradisi medali menjadi obsesi besar pemusatan pelatihan nasional PP Persatuan Bulu Tangkis Indonesia (PBSI) menuju Olimpiade musim panas 2016 di Rio de Janeiro, Brasil.

Kebangkitan itu dilatarbelakangi pengalaman pahit cabang olahraga andalan Indonesia itu pada Olimpiade 2012 di London, Inggris. Atlet-atlet bulu tangkis Merah Putih bukan hanya tidak meraih medali, pasangan atlet putrinya bahkan mendapatkan kartu hitam karena dianggap bermain tidak sportif dan mengalah.

Pada ajang olahraga terbesar dunia empat tahun lalu, Indonesia menempatkan enam wakil, yaitu Taufik Hidayat dan Simon Santoso pada nomor tunggal putra, Adrianti Firdasari pada nomor tunggal putri, Mohammad Ahsan/Bona Septano pada nomor ganda putra, Greysia Polii/Meiliana Jauhari pada nomor ganda putri, dan Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir pada ganda campuran.

Akibat pasangan Greysia/Meiliana mendapatkan kartu hitam dan didiskualifikasi pada babak kualifikasi, hanya lima wakil Merah Putih yang melangkah ke babak utama.

Kesempatan Indonesia meraih medali pada cabang unggulannya itu pun berakhir nihil setelah pasangan Tontowi/Liliyana kalah dari wakil Denmark Joachim Fischer Nielsen/Christinna Pedersen dengan skor 12-21, 12-21 pada putaran final perebutan medali perunggu.

"Kami telah mengupayakan iklim kondusif untuk semua pihak. Baik atlet, pelatih, serta tim pendukung termasuk medis, fisioterapis, dan nutrisi," kata Wakil Sekretaris Jenderal PP PBSI Achmad Budiharto kepada Antara.

    
     Perubahan Sistem

Organisasi PP PBSI yang dipimpin Ketua Umum Gita Wirjawan dan Sekretaris Jenderal Anton Subowo itu lantas menerjemahkan konsep iklim kondusif itu dengan menerapkan beberapa pembaruan sistem kepada seluruh komponen internal.

Pada lapisan pemain, pelatnas PBSI menerapkan sistem kontrak sponsor perorangan yang mendorong para atlet untuk lebih berprestasi, baik pada kejuaraan perorangan maupuan tim.

"Nilai mereka ditentukan penampilan mereka sendiri dan tidak ditentukan pengurus seperti sebelumnya. Prestasi atlet juga memberikan tambahan nilai bagi para pelatih mereka," ujar Ketua Kontingen Tim Bulu Tangkis Indonesia pada Olimpiade Rio 2016 itu.

Selain mendapatkan penghasilan dari sponsor, para atlet bulu tangkis juga akan menerima hadiah dari setiap kejuaraan yang berhasil mereka juarai. Kedua pendapatan itu pun belum termasuk bonus insentif jika para atlet berhasil meraih podium juara pada kejuaraan-kejuaraan yang menjadi pencapaian PBSI.

"Kami juga sangat memperhatikan kesejahteraan para pelatih meskipun belum mencapai kesejahteraan sebagaimana di luar negeri. Mereka sekarang menerima gaji dua hingga tiga kali lipat dibanding sebelumnya," kata Budiharto.

Ia menambahkan bahwa pola komunikasi antara pelatih dan pengurus makin terbuka.

Perubahan sistem komunikasi dan peningkatan kesejahteraan, menurut Budiharto, juga diterapkan kepada tim pendukung, seperti tenaga medis. Komunikasi yang melibatkan semua pihak itu juga dilakukan PBSI ketika atlet-atlet mereka mengikuti pemusatan pelatihan di Kudus, Jawa Tengah, jelang keberangkatan ke Brasil.

"Akan tetapi, saya tetap mengakui masih ada sedikit friksi di dalam tim kami. Kami terus berusaha memfasilitasi komunikasi," katanya.

Pembenahan sistem itu juga mencakup keberlanjutan regenerasi atlet-atlet pelatnas dari klub-klub bulu tangkis di seluruh Indonesia, terutama pada sektor tunggal.

"Untuk mencapai tujuan regenerasi itu, kami butuh proses. Akan tetapi, kami telah menerapkan fondasi jangka panjang dengan melibatkan pengurus-pengurus PBSI daerah," ujar Budiharto.

Ia lantas merujuk pada pembenahan kepelatihan dasar atlet-atlet daerah.

    
    Tantangan

Pembenahan sistem dalam tubuh pelatnas PBSI itu tentunya berujung pada pertempuran utama atlet-atlet Tanah Air pada Olimpiade Rio 2016. Indonesia mengirim 10 atlet pada lima nomor pertandingan di Brasil.

Mereka adalah Tommy Sugiarto pada nomor tunggal putra, Linda Wenifanetri pada nomor tunggal putri, pasangan Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan pada nomor ganda putra, pasangan Greysia Polii/Nitya Krishinda Maheswari pada nomor ganda putri, pasangan Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir dan pasangan Praveen Jordan/Debby Susanto pada nomor ganda campuran.

Tim bulu tangkis Indonesia juga akan menjalani program karantina kedua di Sao Paulo, Brasil, sebelum masuk perkampungan atlet di Rio de Janeiro jelang pertandingan pada tanggal 11 Agustus 2016.

Budiharto menyebut program karantina kedua di Sao Paulo sebagai upaya aklimatisasi para pemain jelang pertandingan yang mencakup pematangan teknik dan strategi permainan.

"Perbedaan waktu dan perjalanan yang jauh akan memengaruhi bioritmik pemain. Kami akan mematangkan aspek teknik dan strategi di Sao Paulo karena fisik dan mental sudah cukup di Kudus," katanya.

Di Brasil, tim bulu tangkis dan kontingen Indonesia secara umum dihadapkan tantangan kondisi tuan rumah yang mempunyai sejumlah persoalan jelang Olimpiade seperti wabah virus Zika dan keamanan.

"Sebenarnya, lokasi pertandingan di Rio nanti bukan wilayah wabah virus Zika. Kami sudah berdiskusi dengan para pelatih dan medis. Akan tetapi, kami tetap berupaya mencegah itu dengan memvaksin para atlet agar mereka punya kekebalan," kata Budiharto.

Tim bulu tangkis juga berusaha meminimalisasi risiko keamanan di Rio dengan mengikuti aturan kontingen Indonesia seperti akses keluar-masuk perkampungan atlet dan lokasi latihan.

"Kami juga telah berusaha mengatasi tantangan nonteknis, yaitu mental ketika menjalani program karantina di Kudus pada pertengahan Juli lalu. Kami menyatukan visi dan misi bersama menuju Olimpiade. Kami juga telah membahas aturan-aturan dalam Olimpiade berdasarkan pengalaman pada Olimpiade London 2012," katanya.

Budiharto mengenang cabang bulu tangkis Indonesia hampir dicoret oleh Komite Olimpiade Internasional akibat kartu hitam pada Olimpiade London 2012. "Kami dianggap tidak sportif. Aturan dalam Olimpiade itu bukan pada Federasi Bulu Tangkis Dunia (BWF), melainkan juga Komite Olimpiade Internasional," katanya.

Dari sisi teknis, atlet-atlet bulu tangkis nasional juga telah mendapatkan masukan terkait dengan tantangan yang mungkin akan dihadapi dalam pertandingan. Pasangan Hendra/Ahsan, misalnya, telah mendapatkan arahan dari pelatih ketika menghadapi pasangan Denmark yang lebih mengandalkan bola-bola keras dan jauh.

"Meskipun sebagian besar pemain kami sudah berpengalaman dalam Olimpiade, mereka adalah manusia yang punya kelemahan. Kami meminta mereka untuk menilai diri sendiri dengan menonton video pertandingan mereka serta konsultasi dengan pelatih," kata Budiharto.

        
   Peluang

Beranjak dari Olimpiade London 2012 dan berbekal pembenahan sistem serta antisipasi tantangan, Tim Indonesia mempunyai harapan dan peluang merebut medali di Rio pada Agustus 2016.

"Kami akui peluang terbesar kami berada pada nomor ganda, baik ganda putra, ganda putri, maupun ganda campuran. Mereka lebih berpeluang dibanding nomor tunggal," kata Budiharto.

Pada nomor ganda campuran, Indonesia mempunyai pasangan andalan Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir yang sudah mengalahkan semua pemain terbaik dunia. Pada nomor itu, Indonesia juga punya kesempatan membuat kejutan dengan kehadiran pasangan Praveen Jordan/Debby Susanto.

Hendra/Ahsan yang turun pada nomor ganda putra merupakan pasangan yang berpengalaman pada Olimpiade dan pernah mengalahkan pasangan-pasangan unggulan dunia sebagaimana Tontowi/Liliyana.

"Pasangan ganda putri Greysia/Nitya, secara teknis, sudah memungkinkan untuk menjadi juara. Faktor yang menyebabkan mereka tidak juara adalah cedera dan stamina," kata Budiharto.

PBSI telah mengantisipasi risiko stamina dan cedera itu dengan fisioterapi dan pemanasan sebelum latihan maupun pertandingan. Ganda putri Indonesia itu juga mendapatkan tantangan dari pasangan negara-negara nonunggulan, seperti wakil Denmark, Belanda, dan Malaysia.

Pada sektor tunggal, Budiharto menyebut tidak memberikan target kepada Linda Wenifanetri. "Akan tetapi, kami berharap dia bermain sebagaimana ketika dia bermain dalam Kejuaraan Dunia 2015," ujar Budiharto.

Budiharto juga tidak dapat memberikan target medali pada nomor tunggal putra yang akan diwakili atlet nonpelatnas Tommy Sugiarto. Tommy tidak ikut dalam program karantina PBSI di Kudus, tetapi akan mengikuti program karantina di Sao Paulo.

"Pada prinsipnya, kami sudah mengacu pada Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga PBSI. Jika pemain bulu tangkis butuh latihan, apalagi untuk Olimpiade, dia harus menghubungi kami. Kami sudah punya program dan menawarkan. Kami terbuka untuk setiap pemain bulu tangkis," kata Budiharto.

Budiharto menegaskan bahwa pelatnas PBSI tidak akan memberikan beban kepada atlet-atletnya yang berlaga dalam Olimpiade. "Kami ingin pencapaian prestasi itu muncul dari dalam diri atlet bukan karena keharusan dari kami. Kami mendorong agar mereka mengambil medali emas yang sudah disediakan," katanya.

Dorongan itu pun menjadi harapan bagi kontingen Indonesia menyusul bulu tangkis pada awal 2016 sudah membidik medali emas di Rio. Bulu tangkis bersama angkat besi menjadi cabang andalan Merah Putih di Negeri Samba untuk meraih medali emas. Rio akan menjadi saksi kebangkitan cabang bulu tangkis Indonesia setelah mendapatkan pelajaran berharga pada Olimpiade London 2012.