Wilayah Sumsel berpeluang hujan pengaruh La Nina

id hujan, cuaca, bmkg, la nina, gejala iklim, penurunan suhu

Wilayah Sumsel berpeluang hujan pengaruh La Nina

Ilustrasi - Jalan Menuju kawasan Sekip Palembang tergenang air hujan ketika hujan turun lebih dari dua jam. (Foto Antarasumsel.com/Yudi Abdullah

...Selain itu dipengaruhi gejala gangguan iklim La Nina, dan kelembaban udara yang tinggi di sebagian besar wilayah Indonesia, kondisi tersebut mendukung proses pertumbuhan awan hujan...
Palembang (ANTARA Sumsel) - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika memprakirakan wilayah Provinsi Sumatera Selatan yang memiliki 17 kabupaten dan kota berpeluang turun hujan dengan intensitas ringan.

"Hujan yang pada musim kemarau akhir-akhir ini sering turun dipengaruhi sirkulasi udara di Samudera Hindia barat daya Lampung," kata Kepala Seksi Data dan Informasi Stasiun Klimatologi Kenten BMKG Sumsel Indra Purnama di Palembang, Sabtu.

Selain itu dipengaruhi gejala gangguan iklim La Nina, dan kelembaban udara yang tinggi di sebagian besar wilayah Indonesia, kondisi tersebut mendukung proses pertumbuhan awan hujan, katanya.

Dia menjelaskan, meihat kondisi cuaca pada Juli 2016 ini masih terdapat banyak hujan dengan intensitas ringan hingga sedang, masyarakat yang berada di daerah rawan bencana banjir dan tanah longsor diimbau untuk kembali meningkatkan kewaspadaan menghadapi kemungkinan terjadinya bencana banjir dan tanah longsor sebagaimana musim hujan beberapa bulan lalu.

Potensi banjir dapat terjadi di Kota Palembang, dan daerah lain di sekitar aliran sungai seperti Muaraenim, Empat lawang, Musirawas, Lahat, Musirawas Utara, Musi Banyuasin, Banyuasin, dan Ogan Ilir.

Sedangkan bencana tanah longsor berpotensi terjadi di bagian barat Sumatera Selatan yakni Lahat, Pagaralam, Empat Lawang, Musirawas, Ogan Komering Ulu Selatan, serta sebagian Ogan Komering Ulu dan Muaraenim, ujarnya.

Sementara mengenai titik panas (hotspot) yang sebelumnya sering terdeteksi, dalam kondisi cuaca sering turun hujan beberapa hari in, berdasarkan pemantauan melalui satelit di wilayah Sumatera Selatan tidak terdeteksi titik panas.

Melihat kondisi cuaca sekarang ini tergolnong musim kemarau basah, ancaman kebakaran hutan dan lahan sedikit berkurang dibandingkan pada musim kemarau 2015.

Meskipun potensi kemudahan terjadinya kebakaran hutan dan lahan ditinjau dari analisa parameter cuaca cukup rendah, kewaspadaan tinggi terhadap ancaman bencana kabut asap akibat terjadinya kebakaran hutan dan lahan tetap dilakukan sesuai dengan rencana yang telah berjalan sekarang ini, kata Indra.

Sebelumnya Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumatera Selatan Yulizar Dinoto menjelaskan bahwa untuk mencegah terjadinya kebakaran hutan dan lahan yang parah seperti musim kemarau 2015, pihaknya berupaya meningkatkan pemantauan kawasan hutan dan lahan di sejumlah daerah rawan terbakar.

"Untuk mencegah terjadinya bencana kabut asap pada tahun ini, memasuki musim kemarau, kegiatan pemantauan kawasan hutan dan lahan rawan terbakar lebih ditingkatkan dengan melakukan operasi udara dan darat," ujarnya

Untuk melakukan operasi udara, pihaknya menggunakan dua unit helikopter sedangkan operasi darat pihaknya dibantu personel TNI, Polri, kelompok masyarakat peduli api serta Manggala Agni.

Kegiatan operasi itu dilakukan di sejumlah kabupaten yang rawan terjadinya kebakaran hutan dan lahan seperti Kabupaten Ogan Komering Ilir dan Banyuasin.

Pemantauan kawasan hutan dan lahan perlu dilakukan untuk melakukan pencegahan sejak dini kebakaran hutan dan lahan pada Juli ini mulai sering terdeteksi titik panas, kata Yulizar.