Resensi film: "Bangkit" ketika Jakarta terancam tenggelam

id bangkit, film indonesia, film action disaster

Resensi film: "Bangkit" ketika Jakarta terancam tenggelam

Para pemeran film "Bangkit" Vino Bastian (kiri), Putri Ayudya (kedua kiri), Acha Septriasa (kedua kanan) dan Deva Mahenra (kanan) berpose disela-sela jumpa dengan media di Surabaya, Jawa Timur, Sabtu (16/7/2016). (ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat)

Jakarta (ANTARA Sumsel) Bencana alam, baik banjir bandang, gelombang tsunami, maupun gunung meletus selalu menjadi inspirasi yang tak habis-habisnya bagi industri film untuk mengangkat ke layar lebar.

Pada umumnya film-film yang bercerita tentang kedahsyatan bencana alam selalu menarik para penonton untuk menyaksikannya meskipun ceritanya sering hampir sama dari satu film ke film lainnya.

Industri film Hollywood telah banyak melahirkan film yang mengambil cerita seputar bencana alam dan boleh dibilang mampu mendulang sukses. Misalnya, "2012" menampilkan dunia yang dilanda "kiamat", "San Andreas", "Twister" mengambil latar belakang badai tornado, ataupun "Flood" yang menceritakan keganasan banjir di Amerika.

Daya tarik film-film yang disebut bergenre "action disaster" itu, tentu saja pada sajian-sajian bencana alam yang begitu  realistis sehingga membawa penonton merasakah kehebatan alam saat murka, dan tentu saja juga perjuangan manusia untuk menyelamatkan diri dari bencana tersebut.      
Kedasyatan  banjir disertai gempa yang melanda Ibu Kota Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), Jakarta, serta kisah perjuangan maupun tindakan heroik untuk  menyelamatkan warga dari bencana tersebut diangkat oleh sutradara Raco Prijanto dalam film layar lebar "Bangkit!".

Jakarta terkena dampak terparah badai musim dingin di Asia dan badai musim panas dari benua Australia. Curah hujan tinggi mengakibatkan Pintu Air Katulampa tidak dapat menampung debit air dan meluap merendam seluruh kota.

Keadaan diperburuk dengan gempa bumi berkekuatan besar yang terjadi saat bersamaan. Ramalan akan terjadi bencana besar menuntut para pengungsi untuk segera keluar dari wilayah Jakarta      
Di tengah banjir yang nyaris menenggelamkan hampir seluruh Ibu Kota NKRI tersebut Addri (diperankan Vino G. Bastian) seorang anggota Tim SAR Nasional (Basarnas) bersama tim yang lain berjuang untuk menyelamatkan penduduk Ibu Kota dari ancaman banjir bandang tersebut.

Keberhasilan Addri dalam upaya-upaya penyelamatan warga dari kejadian-kejadian maut menjadikan lelaki tersebut dianggap sebagai pahlawan bagi masyarakat. Salah satu sosok yang berhasil diselamatkan Addri, yakni Arifin (Deva Mahendra) yang ternyata merupakan analisis Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). Keduanya akhirnya bekerja sama untuk menyelamatkan Jakarta dari ancaman tenggelam.

Tidak hanya menampilkan perjuangan para regu penyelamat saat bertugas kemanusiaan, Raco Prijanto rupanya juga mengangkat sisi-sisi manusiawi di balik keheroikan mereka dalam film ini.

Addri yang selalu berhasil menyelamatkan masyarakat dari bencana ternyata justru tidak mampu menyelamatkan putrinya ketika terbawa arus banjir hingga membawa pada kematian. Kematian sang putri membawa kekecewaan Indri, istri Addri (Putri Ayudya) kepada suami dan profesinya.

Beberapa artis lain yang membintangi film ini, yakni Donny Damara (sebagai Gubernur DKI Jakarta), Ferry Salim (Kepala BMKG), serta Acha Septriasa (Denada, kekasih Arifin)
                         
                   
     Pertama di Indonesia

Dunia perfilman di Tanah Air selama ini lebih banyak mengambil genre drama, horor, laga, ataupun komedi, sedangkan "action disaster" jarang diangkat ke layar lebar. Kalaupun ada film yang berkisah tentang bencana alam, hanya sebagai latar belakang cerita.

Oleh karena itu, menurut sutradara kelahiran Magelang Jawa Tengah itu, "Bangkit!" merupakan film Indonesia pertama dalam genre "action disaster".

"Kami ingin film ini menjadi suguhan yang sama sekali baru dan menjadikan film Indonesia lebih beragam lagi," ujar Raco Prijanto.  
Untuk mewujudkan situasi bencana senyata mungkin dengan kejadian sesungguhnya, digunakanlah teknologi CGI (computer  generated imgery) seperti yang sering dimanfaatkan sineas-sineas dunia.

Maka, tidak heran jika dalam film "Bangkit!" penonton akan menyaksikan banjir bandang yang memporak-porandakan Jakarta, gempa bumi menghancurkan gedung-gedung tinggi serta infrastruktur di Ibu Kota, hingga munculnya awan hitam disertai petir yang menyambar-nyambar.

Produser Eksekutif Film Bangkit! Willawati memaparkan untuk mewujudkan film berdurasi 120 menit tersebut pihaknya membutuhkan waktu 2,5 tahun, mulai dari kegiatan riset, penyusunan skrip, praproduksi, produksi, hingga pascaproduksi.

Selain kedasyatan bencana banjir maupun gempa bumi yang meluluhlantakkan kota, yang cukup menarik di film ini adalah kisah terowongan buatan Belanda di bawah Museum Fatahillah yang diceritakan mampu mengalirkan air dari seluruh kota.

Sebagai sebuah tontonan, film "Bangkit!" rasanya cukup menghibur dan teknik penggarapannya tidak kalah dengan film-film sejenis yang dihasilkan industri perfilman barat. Namun, ada hal-hal  yang memunculkan pertanyaan, misalnya gempa besar yang menyertai banjir dan menghancurkan seluruh bangunan di Ibu Kota dari mana pusat gempanya, mampukah banjir menimbulkan gempa bumi?  
Film yang menghabiskan dana kurang lebih Rp12 miliar ini, secara serentak ditayangkan di bioskoup tanah air mulai 28 Juli 2016 ditargetkan mampu meraih penonton hingga satu juta pasang mata.