Harga bahan pokok di Musirawas kembali normal

id bahan pokok, sembako, pasar

Harga bahan pokok di Musirawas kembali normal

Ilustrasi - Perdagangan (FOTO ANTARA)

Musirawas (ANTARA Sumsel) - Harga bahan kebutuhan pokok masyarakat di sejumlah pasar di Kabupaten Musirawas, Sumatera Selatan, pascalebaran kembali normal, dan bahkan beberapa komoditas mengalami penurunan drastis karena sepi pembeli.

Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Pasar Kabupaten Musirawas Bambang Hermanto di Musirawas, Kamis, membenarkan bahwa sejumlah harga bahan pokok kembali normal, akan tetapi hal itu merupakan siklus yang terjadi setiap tahun.

Ia mengatakan setiap transaksi masyarakat akan meningkat bila menjelang hari-hari besar, seperti Bulan Puasa, Lebaran, atau tahun baru karena sudah menjadi tradisi masyarakat ingin berbelanja guna mencukupi kebutuhan bahan pokok sehari-hari.

Menjelang Idul Fitri 1437 Hijriah, sebagian harga bahan pokok melonjak tinggi, antara lain daging mencapai Rp150 ribu per kilogram, daging ayam dan telur, juga naik rata-rata di atas 20 persen.

Dari sejumlah bahan pokok itu, katanya, hanya beras yang tidak naik karena sebagian besar masyarakat Musirawas adalah petani padi sawah beririgasi.

Bahkan, katanya, ada petani beras organik yang paling banyak diminati masyarakat dari luar Musirawas.

"Sedangkan stoknya cukup," katanya.

Berdasarkan hasil pemantauan tim di beberapa pasar tradisonal pascalebaran tahun ini, harga bahan pokok kembali normal bahkan ada yang turun cukup dratis, seperti ikan air tawar dari Rp30 ribu menjadi Rp22 ribu per kilogram.

Selain itu, harga cabai merah keriting dari Rp45 ribu turun menjadi Rp34 ribu per kilogram dan harga telur ayam ras dijual pedagang Rp36 ribu dari sebelumnya Rp40 ribu per kilogram.

Para pedagang mengeluh karena daya beli masyarakat menurun akibat pengaruh rendahnya harga komuditas karet dan buah kelapa sawit sebagai andalan petani di Musirawas.

Sumardi (43), salah seorang pedagang di Pasar Srikaton Tugu Mulyo mengeluhkan sepinya pembeli.

Hal itu, katanya, berbeda dengan menjelang Lebaran dan Bulan Puasa belum lama ini, di mana para pembeli rata-rata berbelanja meskipun sekadar mencukupi kebutuhan rumah tangga.

"Kalau saat ini satu hari hanya beberapa pembeli itu pun membeli dalam bentuk eceran seperti gula pasir membeli seperempat kilogram, kopi bubuk beli bungkus kecil dan cabai satu ons," ujarnya.

Ia mengatakan masih mendingan berjualan seperti manisan dan makanan dalam kaleng yang tidak cepat membusuk, sedangkan kalau berjualan sayuran dua hari tak laku maka barang langsung dibuang ke bak sampah.

Melihat kondisi sepi seperti itu, ia berencana beralih pekerjaan menjadi petani padi sawah, meskipun lahannya menyewa.

"Tapi setiap tiga bulan menghasilkan dan harga beras rata-rata stabil," ujarnya.