Disprindagsar Musirawas: waspadai peredaran daging "bangkai"

id disperindagsar musirawas waspadai daging bangkai, daging, tiren

Disprindagsar Musirawas: waspadai peredaran daging "bangkai"

lustrasi - Penjual tengah menguliti dagangan ayamnya di Pasar 26 Ilir Palembang. (Foto Antarasumsel.com/Feny Selly/Aw)

...Peredaran daging ayam mati yang diistilahkan "tiren" (mati kemarin) itu diperkirakan beredar di wilayah itu karena permintaan saat ini cukup tinggi...
Musirawas (ANTARA Sumsel) - Dinas Perindustrian Perdagangan dan Pasar Kabupaten Musirawas, Sumatera Selatan, mengimbau masyarakat mewaspadai peredaran daging "bangkai" ayam mati sebelum dipotong, karena hal itu dimungkinkan terjadi seiring tingginya permintaan konsumsi masyarakat.

Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan dan Pasar (Disprindagsar) Kabupaten Musirawas Bambang Hermanto, Jumat mengatakan peredaran daging ayam mati yang diistilahkan "tiren" (mati kemarin) itu diperkirakan beredar di wilayah itu karena permintaan saat ini cukup tinggi.

Ia mengatakan daging ayam tiren itu biasanya dijual di pasar tradisional karena pembelinya sebagian besar masyarakat awam. Untuk mengantsipasi hal itu pihaknya menurunkan tim memantau ke pasar-pasar mendapingi masyarakat membeli daging ayam dan daging lainnya.

Pada saat permintaan daging ayam meningkat pada bulan Ramadhan ini, disinyalir banyak pedagang nakal untuk meraup keuntungan pribadi dengan menjual "bangkai" daging ayam tiren yang masih terlihat segar tersebut.

Bila dilihat sepintas tidak didapati perbedaan mencolok antara ayam segar maupun ayam tiren jika disatukan, namun hal tersebut tentu memberikan dampak negatif pada kesehatan tubuh jika mengonsumsi ayam tiren dan berpotensi menimbulkan penyakit.

Gejalanya bisa menimbulkan keracunan, alergi, flu sampai diare hingga penyakit lainnya dapat membahayakan masyarakat yang mengonsumsinya. Hal itu perlu diantisipasi agar masyarakat tak terjebak memebelinya.

Ayam tiren merupakan ayam mati karena sakit banyak dimanfaatkan oleh sejumlah pedagang nakal, jika sudah dagingnya disatukan dengan ayam segar yang sudah dipotong tentu sulit untuk dibedakan antara satu dengan daging ayam lainnya.

"Untuk membedakannya kami akan melihat dari apes (kotoran) ayam tersebut sakit atau tidak, kalau sudah menjadi daging potong mesti melalui kajian laboratorium," jelasnya.

Meskipun di wilayah Musirawas belum ditemukan kasus penjualan ayam tiren, tapi hal itu harus diwaspadai karena tidak tertutup kemungkinan kondisi tersebut akan terjadi seiring tingginya minat konsumsi masyarakat terhadap daging ayam potong saat ini.

"Walaupun masyarakat kita banyak membeli daging ayam dalam skala kecil, berbeda dengan daerah perkotaan seperti Lubuklinggau atau Kota Palembang namun setidaknya masyarakat harus mewaspadai peredaran ayam tiren," ujarnya.

Kasi Pengawasan dan Perlindungan Konsumen Dsiprindagsar Musirawas Armansyah mengatakan masyarakat harus mewaspadai peredaran ayam tiren dijual pedagang tradisional, karena bulan puasa ini disinyalir banyak pedagang nakal untuk meraup keuntungan dengan menjual ayam tiren.

Ia mengimbau kepada masyarakat sebelum membeli ayam potong, sebaiknya masyarakat mengecek terlebih dahulu kondisi daging ayam tersebu, mulai dari warnanya sedikit pucat, ada darah di bagian leher dan berbau amis.

Kalau ditemukan ciri seperti itu maka masyarakat hendaknya tidak membelinya. Jadilah masyarakat sebagai konsumen yang cerdas untuk memilih makanan yang berbahaya atau tidak termasuk membeli ayam tiren.

"Sebelum membeli daging ayam masyarakat dapat memilih daging ayam segar atau tidak, dengan begitu tidak terjadi hal yang tidak diinginkan karena mengonsumsi ayam tersebut tentunya membahayakan kesehatan dan tidak menutup kemungkinan menyebabkan kematian," tandasnya.

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Musirawas Tjahjo Kuntjor menjelaskan daging ayam tiren bisa mengandung bakteri Salmonella yang bisa mengakibatkan penyakit tipus dan kadar bahaya yang terkandung dalam ayam tiren tergantung pada lama jarak kematian ayam dengan massa konsumsi.

Semakin lama daging ayam tiren dibiarkan sebelum dikonsumsi, maka tingkat bahayanya semakin tinggi, dengan demikian hal itu harus dihindari.

ciri-ciri ayam tiren tersebut ditandai dengan warna kulit yang memucat serta berbau tidak segar, daging berwarna kebiru-biruan, berbau busuk dan biasanya dijual dengan harga lebih murah.

Selain itu bentuk sayatan pada lehernya tidak lebar, pedagang mengakali hal ini dengan memberikan pewarna kuning untuk mengelabui pembeli, proses degradasi sering kali diakali dengan memberikan formalin untuk mengawetkan daging.

Kemudian membedakan ayam yang diberikan formalin yakni pada kulitnya yang licin, berbau obat, pada bagian paha sampai kaki terlihat kaku, dan tidak dikerubungi lalat.

Bahayanya bagi kesehatan, karena tentunya ayam tiren mengandung bakteri maka menyebabkan penyakit dilambung dan diare, selain itu zat formalin sangat berbaha bagi tubuh manusia bahkan dapat menyebabkan kanker,jelasnya.