Yayasan Belantara garap penguatan Taman Nasional Sembilang

id yayasan belantara, lsm, taman nasional sembilang, taman nasionalpelestarian lingkungan

Yayasan Belantara garap penguatan Taman Nasional Sembilang

Direktur Eksekutif Yayasan Belantara Agus P Sari menandatangani deklarasi kemitraan pengolahan laskap di Palembang, Kamis (26/5) dengan disaksikan Gubernur Sumsel Alex Noerdin. (Foto Antarasumsel.com/16/Feny Selly)

Palembang (ANTARA Sumsel) - Lembaga Sosial Masyarakat bidang pelestarian lingkungan Yayasan Belantara fokus menggarap dua titik di Sumatera Selatan yakni Taman Nasional Sembilang, Banyuasin dan Hutan Suaka Margasatwa Dangku, Musi Banyuasin untuk merealisasikan dana bantuan dari pendonor.

Direktur Eksekutif Yayasan Belantara, Agus P Sari di Palembang, Jumat, mengatakan, kedua lokasi ini dipilih bukan berdasarkan kerusakan atau pertimbangan lain tapi lebih kepada pembagian tugas dengan Lembaga Sosial Masyarakat (LSM) lainnya dari dalam dan luar negeri.

"Banyak LSM yang bekerja di Sumatera Selatan untuk membantu daerah ini pulih kembali setelah mengalami kebakaran hutan hebat tahun lalu. Belantara sendiri akan fokus pada penguatan Sembilang-Dangku dengan luas areal mencapai 150 ribu-200 ribu hektare," kata Agus.

Ia menjelaskan, dalam proses penguatan Sembilan-Dangku sesuai fungsinya sebagai kawasan hutan yang dilindungi maka organisasi akan bekerja dengan melibatkan masyarakat sekitar hutan.

Pendekatan lanskap ini tidak hanya di dalam hutan, tapi juga harus merambah lingkungan sekitarnya, karena sejatinya hutan itu rusak bukan karena faktor dari dalam tapi dari luar.

"Masyarakat yang tidak punya alternatif untuk memenuhi kebutuhannya akan melihat hutan sebagai komoditas dan mereka pun akan masuk hutan," kata dia.

Oleh karena itu Belantara menilai bahwa sangat penting mengedepankan program-program pemberdayaan masyarakat yang bermaksud meningkatkan pendapatan.

Jika masyarakat di sekitar hutan menjadikan biasa berkebun maka akan diajarkan cara berkebun yang efektif dan efisien, sehingga dapat menghasilan keuntungan lebih dari sebelumnya.

"Jika ada yang suka membuat tambak juga akan dibantu mengenai cara berternak ikan secara benar, bisa menghasilan ikan berkualitas dari sisi jumlah dan berat," kata dia.

Untuk menjalankan program tersebut, Yayasan Belantara telah menerima kucuran dana dari pendonor utama yakni Asia Pulp And Paper Sinar Mas sebesar 10 juta dolar untuk lima tahun yang menjangkau lima provinsi di Indonesia.

Dari jumlah itu, Sumsel mendapatkan alokasi paling besar dibandingkan Jambi, Riau, Kalimantan Barat dan Kalimantan Timur karena kerusakan yang terjadi terbilang parah.

Menurutnya, LSM ini bukan hanya mengurus mengenai pemberdayaan masyarakat tapi juga pengelolaan konflik, dukungan penegakan hukum, dan tata kelola pemerintahan.

"Target kami ada 1 juta hektare yang akhirnya terkonservasi dan terehabilitasi," kata dia.

Yayasan Belantara menjadi satu dari enam LSM internasional yang berkerja di Sumatera Selatan saat ini, yakni The Sustainable Trade Initiative (IDH) Belanda, United Kingdom Climate Change Unit (UKCCU) Inggris, NICFI Norwegia, Zoological Society of London (ZSL) Inggris, Gesellschaft fr Internationale Zusammenarbeit (GIZ) BioClime Belanda.

Organisasi donor ini sudah menandatangani nota kesepahaman bersama di Palembang, Kamis (26/5), bersama APP Sinar Mas, Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDB) kelapa sawit.

Provinsi ini menarik perhatian dunia internasional pada 2015 karena terjadi kebakaran hutan dan lahan yang hebat dengan menghanguskan 736.563 hektare, dan 74 persen dari yang terbakar itu berada di dalam area konsesi perkebunan Hutan Tanam Industri.