Harga minyak turun setelah lampaui 50 dolar AS per barel

id minyak, harga minyak, minyak mentah, minyak dunia, opec, produksi minyak

Harga minyak turun setelah lampaui 50 dolar AS per barel

Komplek kilang minyak milik Pertamina (Persero) Refinery Unit (RU) III Plaju Sungai Gerong, Palembang, Sumsel. (Foto Antarasumsel.com/Nova Wahyudi/15/den)

New York (ANTARA/AFP/Xinhua) - Harga minyak melampaui 50 dolar AS per barel untuk pertama kalinya tahun ini pada Kamis (Jumat pagi WIB), karena kelebihan pasokan global semakin menunjukkan tanda-tanda berkurang.

Tetapi pasar dengan cepat memberikan keuntungan awal itu karena aksi ambil untung, sehingga harga minyak mentah kembali berakhir di bawah tingkat psikologis 50 dolar AS per barel.

Harga minyak turun tipis karena para pedagang mencari alasan untuk mengunci keuntungan setelah reli baru-baru ini. Harga minyak telah meningkat hampir 90 persen dari posisi terendah multi-tahun pada awal 2016.

Patokan AS, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juli berakhir turun delapan sen dari penutupan Rabu menjadi 49,48 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange, setelah berhasil menembus tingkat 50 dolar AS pada awal sesi.

Di London, patokan Eropa, minyak Brent North Sea untuk pengiriman Juli juga sempat terdorong di atas ambang batas 50 dolar AS,  namun kemudian turun 15 sen menjadi ditutup pada 49,59 dolar AS per barel.

Minyak berhasil menembus level 50 dolar AS menyusul penghentian produksi minyak di Kanada, Nigeria dan di tempat lain selama satu bulan terakhir, dan pengurangan tajam produksi AS, yang telah memperketat pasokan.

Tetapi itu hanya menandai pemulihan parsial di pasar, setelah harga runtuh dari di atas 100 dolar AS per barel pada pertengahan 2014.

Kontrak berjangka minyak mendekati tingkat 25 dolar AS per barel pada Februari, karena keputusan kebijakan oleh Arab Saudi dan kekuatan broker lainnya dalam OPEC menentang pengurangan produksi, mereka berusaha untuk mempertahankan pangsa pasar dengan harga berapapun.

Mereka telah mempertahankan kelebihan pasokan dalam rangka memaksa keluar produsen-produsen yang lebih mahal, khususnya di Amerika Utara.

Beberapa analis skeptis harga minyak akan terus naik. Meskipun pekan lalu terjadi penurunan dalam stok minyak, persediaan minyak AS tetap berada di dekat tertinggi dalam sejarah.

Faktor-faktor "bearish" lainnya meliputi peningkatan produksi di Iran dan prospek permintaan yang tidak pasti di Tiongkok serta pasar-pasar utama lainnya.

"Saya pikir orang merasa mungkin 50 dolar AS adalah jenis dari titik jual di mana orang-orang yang telah membuat keuntungan mereka akan keluar dari pasar," kata Mike Lynch dari Strategic Energy & Economic Research. "Jadi mungkin bertindak sebagai batas atas sementara."
Para analis juga mengingatkan bahwa pergerakan harga di atas 50 dolar AS per barel bisa memicu beberapa produsen minyak serpih atau "shale oil" di Amerika Serikat untuk melanjutkan kembali produksi mereka setelah menghentikan operasinya karena harga rendah.

Mereka juga melihat bahwa OPEC mungkin tidak bergerak untuk membatasi atau mengurangi produksi di KTT Juni di Wina seperti yang beberapa harapkan.

"Dari sudut pandang fundamental, kami melihat kenaikan lebih lanjut sebagai indikasi bahwa minyak sedang menjadi lebih mahal, tetapi juga karena pengurangan insentif di OPEC untuk memangkas produksi pada pertemuan puncak 2 Juni mendatang di Wina," kata analis Citi Futures Tim Evans. "Sebaliknya, itu mendorong produsen OPEC untuk terus memompa (berproduksi)."
Pasokan minyak mentah AS pekan lalu berkurang 4,2 juta barel menjadi 537,1 juta barel, dan produksi minyak mentah negara itu menurun 24.000 barel menjadi 8,767 juta barel per hari pekan lalu, menurut laporan mingguanBadan Informasi Energi AS (EIA) yang dirilis Rabu.
(Penterjemah: T.SYS)