Aisyah, bocah tujuh tahun penderita lumpuh harapkan bantuan

id bocah, lumpuh, meningitis

Aisyah, bocah tujuh tahun penderita lumpuh harapkan bantuan

Kusniah menunjukkan hasil CT Scan putrinya di kediamannya, Rabu (11/5). (Foto Antarasumsel.com/16/Feny Selly)

...Saya berharap ada yang mau mengulurkan tangan, karena kata dokter jika diterapi, keadaan Ais bisa lebih baik...
Palembang (ANTARA Sumsel) - Nur Aisyah Ramadani, bocah perempuan berusia 7 tahun ini hanya bisa tergolek lemah ketika dijumpai di kediaman kerabatnya rumah semi permanen yang berada di belakang Mushalah Darussalam Sungai Tawar, 29 Ilir Palembang, Rabu.

Ais, sapaannya, sudah enam bulan ini tidak bisa menggerakkan anggota tubuhnya sebagai dampak dari sakit meningitis (radang selaput otak akibat infeksi) berdasarkan hasil pemeriksaan dokter.

Bocah bermata indah ini sesekali mengeluarkan suara rintihan lantaran rasa sakit yang dideritanya itu.

Kusniah (40), ibu kandung Ais, terlihat sangat terpukul atas keadaan yang menimpa putri kesayangannya itu. Saat Ais merintih, Kusniah langsung buru-buru mendekapnya berupaya mengurangi derita sang buah hati.

"Bagian belakang tubuh Ais lecet karena sudah hampir empat bulan tidur begini," kata Kusniah yang menjadi orangtua tunggal bagi Ais dan satu putranya yang masih duduk di bangku SMP.

Hingga kini, buruh cuci pakaian ini tidak mengerti mengapa penyakit tersebut bisa menyerang putrinya yang dikenal periang dan lincah ini.

Awalnya, Ais menderita sakit demam tinggi dan kejang-kejang. Lalu, dengan dibantu keluarga dilarikan ke RSMH Palembang.

"Saat itu saya memakai surat tidak mampu dari Ketua RT untuk masuk rumah sakit. Di RSMH, Ais dirawat hingga dua bulan. Lantaran tidak ada perubahan, justru semakin memburuk dengan ditandai lumpuh dan tidak bisa lagi berbicara, akhirnya diputuskan dibawa pulang ke rumah," kata dia.

Kini, keseharian Ais pun hanya bisa tergolek di tempat tidur seiring dengan perubahan fisik kaki dan tangan. Makanan yang dapat dikonsumsi pun hanya bubur saring.

Namun dibalik kesediahan Kusniah, Ais tetap memberikan kebahagiaan baginya. Setiap kali Kusniah memanggil, Ais langsung merespon dengan menggerakan bibir seakan ingin tersenyum.

Bola matanya yang terang mengisyaratkan semangat hidup yang tinggi dari bocah yang sudah ditinggalkan ayahnya sejak usia tiga bulan ini.

"Saya berharap ada yang mau mengulurkan tangan, karena kata dokter jika diterapi, keadaan Ais bisa lebih baik. Saya sedih, karena ia anaknya ceria, saat kejadian tahun lalu sebenarnya ia sedang mau masuk sekolah SD," kata Kusniah sembari mengusap dahi anaknya.