Nasib pariwisata Mesir kini

id pariwisata, mesir

Nasib pariwisata Mesir kini

Salah satu kuil peninggalan kuno di Kota Luxor, Mesir. ((MENA))

Kairo (ANTARASumsel) - Belasan kapal pesiar menepi di Sungai Nil yang membelah Kota Luxor, berjarak sekitar 750 kilometer dari Kairo dan dikenal kalangan turis mancanegara berkat situs-situs peninggalan peradaban Mesir kuno berupa candi dan Lembah Para Rajanya itu. 

Namun, seperti yang disaksikan ANTARA News dari balkon lantai lima Hotel Steigenberger Nile Palace, Kamis sore (21/4), kapal-kapal pesiar itu tampak kosong. Tak terlihat adanya tanda-tanda keramaian maupun kumpulan turis asing di dek-dek kapal-kapal bertingkat itu.

Menurut Mahmoud Ramadhan, pemandu wisata yang mendampingi kunjungan dua hari empat wartawan Indonesia peserta Program Kunjungan Media Otorita Pariwisata Mesir ke Kota Luxor, keberadaan kapal-kapal pesiar Sungai Nil itu mewakili kelesuan industri pariwisata Mesir sejak terjadinya Revolusi 2011.

"Sejak Revolusi 2011 itu, banyak turis enggan datang setelah media global seperti CNN dan BBC menyampaikan berita-berita negatif tentang apa yang terjadi di Kairo. Padahal, Luxor itu jauh dari Kairo dan di sini sangat aman," katanya.

Akibatnya, pemuda yang fasih berbahasa Inggris dan sehari-hari bekerja untuk Otorita Pariwisata Mesir (ETA) itu mengemukakan, kehidupan penduduk Kota Luxor dan sekitarnya yang selama ini bergantung pada industri perpelancongan ikut terpengaruh.

"Sekitar sembilan puluh lima persen warga Luxor bergantung secara langsung maupun tidak langsung dari sektor pariwisata. Mereka mendapatkan manfaat dari kehadiran para turis asing yang mengunjungi obyek-obyek wisata di Kota Luxor dan sekitarnya," kata Mahmoud.

Di sekitar kota yang hijau berkat kehadiran pepohonan dan lahan pertanian warga di tepian Sungai Nil itu, para turis asing tidak hanya dapat mengunjungi kompleks Candi Luxor dan Karnak tetapi juga Lembah Para Raja yang ribuan tahun silam menjadi tempat bersemayamnya 62 mumi raja Mesir kuno.

Di kompleks Kuil Luxor yang terletak di pusat kota itu, para pengunjung tak hanya dapat melihat dari dekat sejumlah patung Rameses II, obelisk (tugu batu persegi empat berujung tajam), maupun jejak kehadiran Alexander Agung di relief dinding candi tetapi juga kehadiran sebuah masjid dan peninggalan Kristen Koptik.

Masjid yang berada di dalam kompleks Candi Luxor itu sendiri dibangun oleh pemimpin Muslim asal Moroko bernama Abo El Haqaq sekitar 500 tahun silam. "Hingga kini, masjid itu masih dipakai untuk shalat Subuh, Dzuhur, Ashar, Magrib dan Isya. Saya pun pernah shalat di sini," kata Mahmoud Ramadhan.

Selama dua hari mengunjungi Luxor yang bermakna "Kota Istana-Istana" --nama yang diberikan para serdadu Arab yang saat memasuki daerah ini menemukan banyak kuil berdinding tinggi mirip istana-- ini, suasana aman dirasakan Antara maupun ratusan wisatawan asing yang umumnya datang dengan mobil-mobil van dan bus turis.

Upaya memperbaiki persepsi negatif tentang Mesir, baik akibat pemberitaan media global terkait Revolusi 2011 maupun akibat jatuhnya pesawat Rusia tahun 2015, terus dilakukan Otorita Pariwisata Mesir dengan menghadirkan rasa keamanan tanpa mencederai kenyamanan turis di berbagai kota negara itu.

Di bidang keamanan penerbangan sipil misalnya, Menteri Urusan Penerbangan Sipil Mesir Sherif Fathi Attia mengakui ancaman terorisme merupakan tantangan pertama bagi Mesir menyusul kasus jatuhnya pesawat sipil Rusia di Semenanjung Sinai tahun lalu.

Namun, kondisi keamanan aviasi di negaranya "jauh lebih aman" dari apa yang kerap digambarkan oleh sejumlah media luar negeri menyusul insiden tahun lalu itu, katanya.

Setelah kejadian yang diyakini Kepala Dinas Keamanan Federal Rusia Aleksander Bortnikov disebabkan oleh serangan teroris tersebut, Mesir bekerja sama dengan banyak pihak dalam memperkuat standar prosedur operasional keamanan bandara-bandara negara itu.

"Bahkan, standar prosedur operasional keamanan bandara-bandara di Mesir bisa jauh lebih ketat dibandingan standar internasional," kata Attia.

Dia mencontohkan, pihaknya menerapkan pemindai tubuh (body scanner) setelah penumpang melintasi metal detector namun pelaksanaannya tidak mengabaikan kenyamanan penumpang. 

Apa yang disampaikan Sherif Fathi Attia tentang penerapan standar prosedur operasional keamanan bandara yang ketat itu dirasakan setiap penumpang yang bepergian lewat Bandara Internasional Kairo, Aswan dan Luxor. 

Petugas bandara yang meminta penumpang meletakkan komputer jinjing, sepatu, ikat pinggang, jam tangan, dan barang-barang lain dari bahan metal di boks yang telah disediakan untuk kemudian dimasukkan ke mesin detektor serta melakukan penggeledahan fisik merupakan pemandangan biasa demi memastikan keamanan.

Oleh karena itu, menurut Kepala ETA Samy Mahmoud, tidak ada alasan untuk mengabaikan berbagai tujuan wisata di negaranya karena alasan keamanan karena Pemerintah Mesir memastikan keamanan bagi para wisatawan asing, termasuk asal Indonesia.

"Percaya pada saya, Mesir aman," katanya kepada wartawan Indonesia peserta Program Kunjungan Media saat ditanya tentang kondisi keamanan Mesir, Senin (18/4).

Dia tidak menampik adanya kekhawatiran sebagian wisatawan asing tentang keamanan Mesir setelah kasus jatuhnya pesawat sipil Rusia. Namun, kekhawatiran itu tidak benar karena para wisatawan asing yang hendak menikmati suasana kota-kota di Mesir bahkan dapat dengan aman dan leluasa mewujudkannya dengan berjalan kaki, katanya.

Untuk memperbaiki citra pariwisata Mesir, ETA pun melancarkan kampanye "Ini Mesir" guna menyampaikan pesan bahwa apa pun yang ada di negara itu sangat bagus dan layak untuk dinikmati.

Karenanya, para wisatawan Indonesia yang hendak menikmati masa liburannya ke berbagai destinasi menarik di Mesir tidak perlu mengkhawatirkan masalah keamanan di Mesir. Bahkan, kini adalah waktu yang tepat bagi mereka untuk berkunjung, katanya.

Petronela Julyana, pemimpin sebuah biro perjalanan di Jakarta yang ditemui Antara di sebuah toko di kawasan wisata Kairo, menilai Mesir "cukup aman" untuk dikunjungi namun bagi orang-orang Indonesia yang ingin berkunjung, mereka lebih enak bepergian dalam grup, katanya.

Bagi turis Indonesia yang berniat bepergian sendiri, dua kendala yang umum ditemui adalah perihal komunikasi dalam Bahasa Arab dan sistem transportasi darat yang belum sebaik destinasi wisata negara-negara maju, katanya menambahkan.