Makna sukses bagi pendiri Bukalapak.com

id bukalapak.com, CEO Bukalapak.com, Achmad Zaky

Makna sukses bagi pendiri Bukalapak.com

CEO Bukalapak.com Achmad Zaky dalam talkshow bertema wirausaha kreatif yang digelar Bank Indonesia di Universitas Islam Negeri Raden Fatah, Palembang, Rabu (20/4) (Foto Antarasumsel.com/16/Dolly Rosana/den)

...Jangan takut salah, jangan takut mencoba, dan jangan takut gagal..
Palembang (ANTARASumsel) - Muda, kaya, dan sukses, demikian tiga kata yang melekat pada Achmad Zaky kini, pendiri bukalapak.com yakni sebuah perusahaan pasar daring terkemuka di Tanah Air.

Namun, apakah Zaky sendiri merasa bahwa dirinya sudah sukses ?. Ternyata, lulusan Teknik Informatika Institut Teknologi Bandung ini memiliki makna berbeda mengenai definisi sukses dari kebanyakan orang.

"Seseorang bisa dikatakan sukses hanya dilihat dari posisi apa yang sudah dicapai dan kekayaan apa yang sudah didapatkan. Bagi saya, sukses itu bukan seperti itu, sukses ialah perjalanannya itu sendiri. Bahkan gagal pun itu adalah sukses," kata Zaky di Palembang, Rabu.

Menurut pria kelahiran Sragen, 24 Agustus 1986 ini, perubahan cara pandang mengenai makna sukses ini sangat penting merasuki para kalangan muda Tanah Air.

Bukan hanya bagi mereka yang ingin mengecap dunia usaha, tapi juga penting bagi generasi muda bangsa yang ingin mengapai cita-cita di bidang lain.

Menurutnya, jika sudah memahami bahwa sukses adalah perjalanannya itu sendiri, maka sejatinya pada generasi muda ini tidak akan takut gagal, tidak akan takut mencoba, dan tidak akan takut salah.

"Yang ada adalah belajar terus menerus tanpa henti, saya pun masih begitu karena dunia ini berubah, tidak konstan," kata ayah satu anak ini.

Ia mengambil contoh, seorang anak kecil yang ingin belajar berjalan dipastikan banyak terjatuh karena sedang menjalani proses.

Lantas, di dalam dunia usaha juga seperti itu. Bagi seorang wirausaha pemula maka bukan sesuatu yang salah jika mengalami kegagalan.

"Saya pernah berjualan mie ayam di kampus dengan bermodalkan uang hasil menang lomba karya ilmiah sebesar Rp10 juta, dan gagal total. Saat itu sedih, dan ini wajar," kata dia.

Menurut Zaky, inilah proses belajar atau sama halnya dengan yang dilakukan temannya yang mengeluarkan uang miliaran untuk kuliah di Amerika Serikat.

Sama halnya, saat dirinya harus menelan pil pahit ketika membuka bukalapak.com pada 2010.

Meski sudah memantangkan konsep bersama teman kuliahnya, Nugroho Herucahyono, dengan membuat online marketplace yang diberi nama Bukalapak.com, tetap saja Zaky tidak dapat menghindari kegagalan.

"Sama sekali tidak ada pedagang yang tertarik menjualkan barangnya melalui online yang dibuat, yang mau cuma satu, itu pun karena jual di toko tidak laku," kata dia.

Lantas, jika periode gagal ini tidak dipandang sebagai suatu perjalanan atau lebih ekstrem lagi dilihat sebagai sukses, maka sudah dipastikan pelakunya akan berhenti menjadi wirausaha.

Sehingga, menjadi suatu kewajaran jika akhirnya yang berhasil menjadi wirausaha adalah hanya mereka yang pantang menyerah. Jika jatuh, bangkit lagi, dan demikian seterusnya.

"Persoalannya, di lingkungan yang ada di masyarakat justru menilai gagal itu salah, rugi itu salah. Contohnya, jika ada siswa salah buat PR langsung dihukum, atau lainnya. Padahal ini suatu proses belajar," kata dia.


Proses panjang

Bagi Zaky, keberhasilan membuka perusahaan pasar daring Bukalapak.com yakni sebuah perusahaan yang membantu jutaan pelaku UMKM menemui pembelinya melalui layanan belanja online ini melalui proses panjang sejak 2010.

Namun, ia beruntung karena memulai bisnis tersebut pada usia muda, yakni setelah menyelesaikan kuliah. Sehingga Zaky, dan sahabatnya Nugroho Herucahyono memiliki waktu cukup longgar untuk berkreatifitas dalam membangun bisnis.

"Jika saya memulai di usia 30 tahun, mungkin saya sudah terjebak karena udah dikejar sejumlah deadline, seperti menikah, punya anak dan lainnya," kata Zaky sambil tertawa.

Bukalapak.com. didirikan pada 2010 karena melihat tidak adanya wadah pasar daring yang dapat memasarkan produk usaha kecil dan menengah.

Lalu pada September 2011, Bukalapak.com baru berstatus Perseroan Terbatas (PT) dengan dikelola Zaky sebagai CEO (Chief Executive Office) dan Nugroho Herucahyono sebagai CTO (Chief Technology Officer).

Berselang satu tahun, Bukalapak mendapat penambahan modal dari Batavia Incubator yakni perusahaan gabungan dari Rebright Partners, Japanese Incubator dan Corfina Group.

Kemudian, pada 2012, Bukalapak menerima tambahan investasi dari GREE Ventures.

Hasil pun mulai terlihat pada tahun keempat ketika masuknya investor besar sehingga perusahaan semakin leluasa dalam membangun sistem situs jual beli online yang aman, mudah dan 100 persen terpercaya dengan Bukalapak Payment System.

Pada bulan Maret 2014, Bukalapak mengumumkan investasi oleh Aucfan, IREP, 500 Startups, dan GREE Ventures dan tak berapa lama kemudian meluncurkan aplikasi seluler untuk Android.

Kini, bukalapak.com sudah masuk lima besar untuk situs berbelanja online yang paling dicari di Tanah Air dengan pengunjung hampir 2 juta orang per hari, 510.000 pelapak (reseller), dan transaksi per harinya berkisar antara 1,5 milyar-2,5 miliar rupiah.

Keberhasilan Zaky di bisnis pasar daring ini bukan terjadi begitu saja.

Ternyata ketertarikannya pada teknologi sudah muncul duduk di bangku Sekolah Dasar dengan menyukai komputer dan buku-buku yang berhubungan dengan pemrograman.

Ketika mengenyam pendidikan di SMA Negeri 1 Solo, ia mendapat kesempatan untuk mewakili sekolahnya di ajang Olimpiade Sains Nasional (OSN) bidang komputer dan menang hingga tingkat nasional.

Pada tahun 2004, Zaky melanjutkan studinya di jurusan Teknik Informatika, Institut Teknologi Bandung dan sempat meraih IPK 4.00 pada semester pertama.

Selain kegiatan akademis, Zaky tercatat pernah mendirikan beberapa organisasi kemahasiswaan di ITB, ShARE Global Student Think-Tank di ITB, Entrepreneur Club ITB yang kemudian dikenal dengan Technoentrepreneur Club (TEC ITB), dan aktif di Amateur Radio Club (ARC) ITB.

Selama berkuliah, Zaky sering menjuarai beberapa kompetisi tingkat nasional, salah satunya adalah juara II pada Indosat Wireless Innovation Contest tahun 2007, Merit Award pada kompetisi INAICTA (Indonesia ICT Awards) pada tahun 2008.

Zaky sempat meraih beasiswa studi ke Oregon State University dari pemerintah Amerika Serikat selama dua bulan pada tahun 2008. Selain itu, ia juga pernah mewakili ITB dalam ajang Harvard National Model United Nations 2009.

Pada kesempatan ke Oregon, Amerika Serikat inilah, Zaky mengaku mendapatkan suatu pencerahan yang secara total mengubah paradigmanya mengenai sukses.

"Saat itu saya tidak lancar berbahasa Inggris dan diberikan soal oleh dosen di sana. Sudah barang tentu jawaban saya asal saja, dan hasilnya 90 persen salah. Tapi apa tanggapan dosennya, ternyata dia mengatakan tidak masalah karena saya sedang belajar berbahasa Inggris," kata dia.

Ia pun berharap, semoga saja, model pendidikan seperti ini diadopsi oleh guru-guru di Indonesia, bahkan di dalam keluarga sehingga semakin banyak anak Indonesia yang menjadi wirausaha di masa datang.

"Jangan takut salah, jangan takut mencoba, dan jangan takut gagal," kata pria yang kerap menjadi model iklan untuk perusahaannya sendiri ini.