Perusahaan perkebunan karet bina petani

id petani karet, perkebunan karet, karet, perusahaan karet

Perusahaan perkebunan karet bina petani

Ilustrasi-Seorang petani menyadap getah karet (FOTO ANTARA/FB Anggoro/09)

Musirawas Utara (ANTARA Sumsel) - Perusahaan perkebunan karet PT Kirana Windu di Kabupaten Musirawas Utara, Sumatera Selatan, sejak tahun 2013 sudah melakukan pembinaan terhadap petani karet untuk meningkatkan kualitas getah karet.

Humas PT Kirana Windu Musirawas Utara Saripun, Sabtu mengatakan selama ini petani mengelola getah karet yang mereka sadap masih menggunakan pola tradisional, sehingga hasilnya kurang maksimal apalagi harga karet masih anjlok saat ini, meski getah karet bukan satu-satunya pendapatan utama petani.

Perusahaan yang berlokasi di Kelurahan Pasang Surulangun itu, secara aktif melakukan pembinaan terhadap petani karet.

Perusahaan itu saat ini sudah memiliki Departemen Khusus Soursing Devlopmen Organizon (SDO) untuk melakukan pembinaan bagi petani karet, dengan tujuan meningkatkan kuantitas dan kualitas karet yang lebih baik. 

Petani yang dibina tersebut seluruhnya berminat mengikuti program tersebut, dan pesertanya bukan hanya petani di Kabupaten Musirawas Utara saja, tapi beberapa kabupaten tetangga bahkan dari Provinsi Bengkulu, Jambi dan provinsi Lampung.

Dalam pembinaan itu tidak hanya mengenai kualitas getah karet, tapi melakukan sosialisasi teknis budi daya, pola kemitraan dan cara panen dan pengumpulan supaya hasil karet tidak perlu direndam dan di jemur langsung dengan matahari karena dapat merusak kualitas.

Namun perusahaan itu tidak memberikan bibit dan pupuk gratis karena merupakan program CSR, tapi hanya memberikan pembinaan dengan menggunakan tenaga ahli di bidang karet.

Untuk penggunaan dana CSR itu harus ada persetujuan induk perusahaan, karena selama ini pendapatan perusahaan itu hanya dari kemitraan saja dan perbaikan mutu karet petani.

Pembinaan itu sekaligus bisa meningkatkan pendapatan petani saat harga karet anjlok, bila kualitasnya baik masih bisa dibeli pedagang Rp6.000 per kilogram, tapi kalau getah dikelola secara tradisonal rata-rata dibawah Rp5.000 per kilogram.

Anjloknya harga karet saat ini salah satunya kalah kualitas dengan Vietnam, Laos, dan Myanmar, sehingga harga karet Indonesia kalah bersaing di pasar dunia, dengan perbaikan kualitas tersebut mudah-mudahan ke depan bisa bersaing dengan harga karet negara tersebut, ujarnya.

Salah seorang petani karet di Desa Sungai Baung, Rawas Ulu M Suri mengatakan sejak harga karet sangat rendah saat ini, kebun karetnya akan dialihfungsikan menjadi lahan sawah.

Karena harga beras tetap bertahan tinggi yaitu di atas Rp7.500 per kilogram, sedangkan harga karet berkisar antara Rp4.000-Rp4.500 per kilogram.

Namun setelah ada pembinaan dari perusahaan tentang kualitas getah karet, pihaknya menyisakan kebun karet dua hektare untuk ikut uji coba tersebut, sedangkan tiga hektare lainnya sudah dibuka menjadi lahan petanian sawah tadah hujan, ujarnya.