Perbankan Sumsel enggan biayai sektor perkebunan

id perbankan, kredit, penyaluran kredit, karet, petani karet, kebun karet

Perbankan Sumsel enggan biayai sektor perkebunan

Seorang buruh penyadap karet melakukan penyadapan di kebun karet. (Foto Antarasumsel.com/Feny Selly)

....Resiko masih terlalu tinggi....
Palembang, (ANTARA Sumsel) - Kalangan perbankan di Sumatera Selatan masih enggan menyalurkan kredit ke sektor perkebunan karena harga karet belum juga membaik sejak anjlok mulai pertengahan tahun 2015.

Pimpinan Bank Central Asia Wilayah Sumatera Bagian Selatan Darmawan di Palembang, Selasa, mengatakan langkah ini terpaksa diambil meski Sumsel dikenal sebagai daerah yang perekonomiannya bertumpu pada sektor perkebunan karet dan sawit.

"Resiko masih terlalu tinggi, apalagi saat ini harga karet berada dititik terendah yakni dikisaran Rp4.000 per kilogram. Namun, di satu sisi memang terjadi penurunan permintaan kredit sektor perkebunan karena dari petaninya sendiri tidak ingin meremajakan lahan," kata Darmawan seusai menerima penghargaan marketing Markplus.

Untuk itu, BCA untuk wilayah Sumatera Bagian Selatan (Sumatera Selatan, Lampung, Jambi, dan Bengkulu) bertumpu pada sektor perdagangan karena tetap tumbuh mengingat berkaitan dengan konsumsi masyarakat.

BCA pun berani mematok target realisasi kredit hingga 18-20 persen pada tahun ini atau meningkat dari capaian tahun lalu yang terealisasi diatas 10 persen.

"Di tengah kondisi ini, perbankan tidak boleh menyerah tapi justru terlecut untuk menemukan strategi baru untuk tetap menjaga kinerja, dan sektor perdagangan ini cukup menjanjikan karena sebenarnya konsumsi dalam negeri Indonesia terbilang tinggi," kata dia.

Senada, Manajer Regional Retail Banking Sumbagsel Bank Syariah Mandiri Kemas Erwan mengatakan perusahaannya juga lebih selektif menyalurkan kredit di bidang perkebunan mengingat telah terjadi gagal bayar oleh para petani karet.

Perusahaannya terpaksa merestrukturisasi kredit untuk menjaga likuiditas aliran dana.

"Bank tentunya harus mempertimbangkan juga kondisi saat ini. Saat memberikan pinjaman untuk pembiayaan pembelian bibit dan pupuk, harga karet diasumsikan Rp14.000/kg, tapi kini sudah anjlok dikisaran Rp4.000/kg," kata dia.

Ia menerangkan, dengan mengurangi jumlah ansuran per bulan dan menambah masa pengembalian ini membuat petani dapat melunasi kewajibannya.

"Sejauh ini langkah yang diambil BSM cukup efektif dengan ditandai rasio kredit macet yang masih dibawah 5 atau sesuai acuan Otoritas Jasa Keuangan," kata dia.