Atasi krisis, petani karet ingin beralih tanam singkong

id petani karet, karet, singkong, petani, komoditas

Atasi krisis, petani karet ingin beralih tanam singkong

Seorang buruh penyadap karet melakukan penyadapan di kebun karet (Foto Antarasumsel.com/Feny Selly)

....Kami berharap ada solusi dari pemerintah untuk memberikan jalan keluar....
Baturaja, (ANTARA Sumsel) - Sejumlah petani karet di Kabupaten Ogan Komering Ulu, Sumatera Selatan ingin beralih menanam singkong dan cabai guna mengatasi krisis karena harga karet semakin anjlok.

"Kami berharap ada solusi dari pemerintah untuk memberikan jalan keluar. Tanaman apa yang harus kami kembangkan untuk mengatasi krisis saat ini," kata Suwarno, seorang petani karet asal Batumarta, Kecamatan Lubuk Raja, Ogan Komering Ulu di Baturaja, Sabtu.

Sementara, Kepala Desa Karya Jaya Sugianto mengatakan guna mengatasi krisis ekonomi diharapkan adanya bantuan dari pemerintah daerah khususnya Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura untuk menambah penghasilan masyarakat di bidang pertanian.

"Desa kami ini sudah begitu banyak kebun karet tua yang akan diremajakan, namun untuk memulai membangun usaha pertanian baru belum dapat dipastikan, apa yang harus kami tanam," kata Sugianto.

Ia mengemukakan sebagian besar petani karet di wilayah itu berniat untuk mengembangkan usaha tanaman holtikultura sebagai alternatif untuk menambah penghasilan.

"Kami akan mengusulkan untuk budidaya cabai, jagung dan singkong, namun untuk tahun ini belum ada kepastian, apakah usulan tersebut akan dikabulkan oleh pihak Dinas Pertanian atau tidak," katanya.

Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura Ogan Komering Ulu Syarif Hasan melalui Kabid Tanaman Holtikultura, Fahrulrozi mengaku pada 2016 mencanangkan program Budidaya cabai dan bawang.

"Program tahun ini kita anggarkan untuk budidaya cabai dan bawang seluas 80 hektare dengan rincian 30 hektare untuk cabai dan 50 hektare untuk tanaman bawang, " ujarnya.

Ia mengatakan program budidaya cabai dan bawang akan memprioritaskan usulan kelompok tani yang baru namun bukan berarti kelompok sudah mendapat bantuan sebelumnya tidak akan diperhatikan.

"Program ini akan diprioritaskan usulan dari kelompok tani yang baru agar tidak menimbulkan kesan hanya kelompok kelompok itu yang mendapat bantuan," tegasnya.

Disinggung berapa banyak program budidaya cabai dan bawang di tahun 2015, Fahrulrozi mengaku, alokasi tahun sebelumnya adalah seluas 50 hektare.

"Tahun lalu luasnya 50 hektare, di dua kecamatan yakni Sosoh Buay Rayap dan Lubuk Batang, kelompok tani hanya mendapat bantuan bibit, sedangkan untuk perawatannya ditanggung oleh petani," jelasnya.

Dia menambahkan Kecamatan Sinar Peninjauan akan menjadi target alokasi bantuan bibit cabai dan bawang untuk tahun 2016, namun akan mengalokasikan secara bertahap untuk menjaga banjir produksi.

"Penyaluran bantuan bibit bertahap supaya tidak terjadi banjir hasil produksi sehingga mempengaruhi harga jual, target pencapaian sampai akhir produksi komoditi cabai minimal 5 ton per hektare," katanya.

Di kesempatan itu, Fahriulrozi mengimbau masyarakat, dengan anjloknya harga karet bisa memanfaatkan lahan yang ada dengan tanaman cepat menghasilkan sehingga dapat menopang perekonomian rumah tangga.