Indonesia pilih melakukan sesuatu untuk Palestina

id Menteri Luar Negeri, Retno Marsudi, palestina

Indonesia pilih melakukan sesuatu untuk Palestina

Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi ((ANTARA FOTO/Andika Wahyu))

....Pilihannya adalah 'do nothing' (tidak melakukan apapun) dan 'do someting' (melakukan sesuatu), kita memilih 'do something'....
Jakarta, (ANTARA Sumsel) - Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menegaskan bahwa keputusan pemerintah Indonesia menerima permintaan Sekjen OKI dan Palestina untuk menyelenggarakan KTT Luar Biasa OKI didasari keinginan untuk melakukan sesuatu bagi Palestina.

"Pilihannya adalah 'do nothing' (tidak melakukan apapun) dan 'do someting' (melakukan sesuatu), kita memilih 'do something'," kata Menlu Retno dalam acara bincang-bincang dengan media di depan Ruang Nusantara Kementerian Luar Negeri di Jakarta, Jumat.

Menurut Menlu Retno, Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Luar Biasa (LB) Organisasi Kerja Sama Indonesia (OKI) ke-5 tentang Palestina dan Al Quds di Jakarta, 6-7 Maret 2016, merupakan bentuk nyata upaya negara-negara OKI untuk mendorong penyelesaian konflik di Palestina.

Menlu menambahkan bahwa situasi di Palestina semakin hari semakin memburuk, terutama terkait status Kota Al Quds (Yerusalem) yang diokupasi oleh Israel.

Namun, tidak dapat dimungkiri, Menlu Retno berpendapat bahwa posisi Palestina saat ini, antara lain diakui oleh 137 negara dan berhasil menjadi negara peninjau PBB, adalah keberhasilan dari proses yang dilakukan oleh komunitas internasional, termasuk Indonesia.

"Oleh karena itu, ketika Sekjen OKI dan Palestina memberikan tawaran untuk menjadi tuan rumah, langsung kita terima karena kita ingin berkontribusi dalam proses tersebut," kata dia.

Kontribusi Indonesia juga termasuk mempersiapkan kapasitas Bangsa Palestina sebagai negara yang merdeka dan berdaulat, melalui pelatihan tata kelola pemerintahan yang baik, pendidikan, kepolisian, pertanian, dan keterampilan lainnya.

Hingga pada akhir 2014 lalu, Indonesia telah melakukan pelatihan pembangunan kapasitas bagi sepuluh ribu warga Palestina di berbagai bidang.

Indonesia juga menjadi tuan rumah bersama Jepang dalam penyelenggaraan Kerja Sama Negara-Negara Asia Timur untuk Pembangunan Palestina (CEAPAD) II di Jakarta yang memfokuskan bantuan pelatihan bagi pembangunan ekonomi dan bisnis Palestina.

"Kalau ditanya apakah setelah KTT LB OKI ini Palestina langsung merdeka, ya tentu saja tidak, tapi kita optimistis akan ada kemajuan, walupun belum sepenuhnya, tetapi sudah jauh lebih baik," kata Menlu Retno.

Sebagai tuan rumah KTT LB OKI Ke-5, Indonesia mengusulkan dua dokumen hasil dalam bentuk resolusi dan deklarasi agar dapat diadopsi dalam KTT Luar Biasa OKI tentang Palestina dan Al Quds.

Hingga saat ini, 47 negara dari 56 negara anggota OKI, dua negara peninjau, dan lima perwakilan negara anggota Dewan Keamanan Tetap PBB, serta utusan khusus PBB dalam Kuartet Negosiasi Palestina-Israel telah mengonfirmasi kehadiran pada KTT LB OKI tersebut.