Marwan: usaha bersama komunitas dongkrak ekonomi kreatif

id mendes pdtt, menteri desa pdtt, marwan jafar, ekonomi kreatif, ubk, usaha bersama komunitas

Marwan: usaha bersama komunitas dongkrak ekonomi kreatif

Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, Marwan Jafar (Foto:antarasumsel.com/15/Evan Ervani)

Jakarta, (ANTARA Sumsel) - Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) menggalakkan program Usaha Bersama Komunitas (UBK) yang bertujuan mendorong nilai tambah ekonomi masyarakat desa, sekaligus mengubah perilaku konsumtif menjadi ekonomi kreatif.

"Masyarakat selama ini telah dibanjiri aneka produk kemasan instan bahkan bumbu-bumbu dapur pun harus dibeli. Kondisi ini harus sedikit demi sedikit dikurangi. Salah satunya dengan menjalankan program UBK," ujar Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi, Marwan Jafar, di Jakarta, Kamis.

Melalui UBK, masyarakat didorong membuat produk yang dikemas menarik dengan merk kebanggaan desa yang dapat bersaing dipasaran.

Program UBK sendiri menjadi salah satu program unggulan Kementerian Desa yang sudah dijalankan sejak 2015. Hingga saat ini sudah ada 100 desa yang membentuk UBK, meliputi 36 kabupaten, dan 19 provinsi.

"UBK ini sudah membuat 22 jenis produk kebutuhan sehari-hari dan sudah ada 108 merk produk yang menjadi kebanggaan desa masing-masing," jelas dia.

Dia memberi contoh Desa Bunder dan Desa Mekargalih, Kecamatan Jatiluhur, Purwakarta, Jawa Barat yang membuat UBK Bumegah. Produk yang dikembangkan adalah sabun krim, deterjen, sabun cuci piring,  dan lain sebagainya.

Contoh lain adalah Desa Sekura, Sungai Serabek, dan Sadang Serayu di Kecamatan Teluk Keramat, Kabupaten Sambas. Dengan anggota 28 orang, para ibu-ibu di tiga desa itu secara berkelompok membuat UBK yang memproduksi sosis ayam dengan nama dagang Terigis.

Sebelum membuat produk, lanjut Menteri Marwan, kelompok masyarakat anggota UBK diberi pelatihan, pembekalan, dan pengenalan SOP untuk produksi sekaligus melakukan renovasi pabrik.

"Agar tidak kalah dalam pemasaran, produk UBK juga diluncurkan dan akan dibuat pameran UBK. Kita akan intensifkan sosialisasi produk kepada masyarakat maupun instansi pemerintah," terang dia.

Tokoh asal Pati, Jawa Tengah ini menambahkan, program UBK ini sangat strategis dan sangat efektif untuk membangun ekonomi kreatif desa.

Setidaknya ada lima sasaran dari UBK, pertama adalah untuk mengubah pola ekonomi konsumtif masyarakat menjadi ekonomi kreatif; kedua merebut nilai tambah ekonomi untuk masyarakat desa; ketiga untuk membangun semangat gotongroyong yang produktif; keempat sebagai bahan edukasi bagi masyarakat untuk mendukung produksi lokal; dan terakhir adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa.

"UBK ini nantinya bisa menjadi perusahaan yang dimiliki kelompok masyarakat desa. Kita harap masyarakat tidak hanya menjadi korban pasar dengan perilaku konsumtif, namun harus menjadi pelaku pasar yang bisa membuat produk yang memiliki nilai tambah secara ekonomi dan berdaya saing."
Apalagi, lanjut dia, saat ini sudah diberlakukan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang membuat produk dari negara tetangga bebas masuk ke desa-desa.

"Oleh karenanya, kita harus perkuat ketahanan ekonomi desa dengan produk yang unggul. Jangan sampai masyarakat desa lebih cinta pada produk negara lain dibanding produk dari dalam negeri sendiri," tukas dia.

Setidaknya 36 kabupaten yang sudah memiliki UBK diantaranya Bireuen, Agam, Lampung Selatan, Bangka, Sambas, Kutai Barat, Bintan, Simalungun, Serang, Pandeglang, Bogor, Indramayu, Purwakarta, Bandung, Garut, Sukabumi, Tasikmalaya, Wonosobo, Sragen, Kudus, Pati, Rembang, Klaten, Sleman, Tuban, Ponorogo, Ngawi, Mojokerto, Jombang, Malang, dan Lombok Barat.