Mahasiswa Universitas Surabaya ciptakan robot terapi autis

id universitas surabaya, robot, robot terapi autuis, autis

Mahasiswa Universitas Surabaya ciptakan robot terapi autis

Dua robot milik peserta kontes robot Indonesia region 1 Sumatera bersiap melakukan eksekusi penalti pertandingan sepakbola kontes robot Indonesia di GOR Dempo Jakabaring Sport City (JSC), Palembang, Sumsel, Sabtu (23/05). (Antarasumsel.com/Nova Wahyu

...SPARK dibuat guna membantu terapis meningkatkan kemampuan komunikasi anak penyandang autis, untuk membuat suatu gerakan tertentu dengan menggunakan smartphone...
Surabaya (ANTARA Sumsel) - Mahasiswa Fakultas Teknik Jurusan Teknik Elektro dan Fakultas Psikologi Magister Psikologi Universitas Surabaya menciptakan robot terapi autis bernama SPARK atau "Special Autism Robot for Kids".
        
"SPARK dibuat guna membantu terapis meningkatkan kemampuan komunikasi anak penyandang autis, untuk membuat suatu gerakan tertentu dengan menggunakan smartphone," kata mahasiswa Fakultas Teknik Jurusan Teknik Elektro, You Natan bersama rekannya Michelle Angelia Siswanto di Ubaya, Rabu.
        
Ia mengatakan, dengan adanya SPARK diharapkan dapat membantu anak penyandang autis untuk memahami bagaimana harus menghadapi kehidupan sosial dan situasi dengan meniru berbagai gerak, ekspresi emosi, kebahagian ataupun kesedihan, karena anak penyandang autis dinilai kesulitan dalam pemahanan.
        
"Kami membuat tugas akhir ini karena punya keinginan dapat membantu anak penderita autis dalam meningkatkan interaksi sosial dan komunikasi. Anak penyandang autis memiliki waktu yang sulit dalam kemampuan sosial dengan sesama, seolah mereka menikmati dunia yang diciptakan sendiri" ujarnya.
        
SPARK, lanjutnya menerapkan empat metode terapi yaitu "imitation" atau tiruan, "joint Attention" atau perhatian bersama, "face recognition" atau pengenalan wajah, dan "vocalization" atau vokal, dengan mengajarkan anak gerakan mengangguk, menggeleng, makan, minum, tidur, mengangkat tangan, melambaikan tangan, dan tepuk tangan.
        
"Robot ini mengajarkan anak untuk membedakan berbagai ekspresi pada metode pengenalan wajah dengan menggunakan LCD kepala, untuk menampilkan ekspresi tujuan seperti senang, sedih, marah, takut, jijik, dan terkejut, sedangkan LCD badan akan menampilkan empat macam ekspresi untuk dipilih anak," paparnya.
        
Pada metode vokal, tambahnya anak diajarkan mengucapkan huruf vokal, dengan mengubah mulut berdasarkan huruf yang diucapkan. Terapis dapat mengontrol robot untuk melakukan setiap metode dengan menggunakan smartphone, seperti mengucapkan kata "halo".
       
Di sisi lain, rekannya, Michele mengatakan SPARK bisa dinikmati untuk anak penyandang autis usia 4-9 tahun, sedangkan untuk anak normal pun bisa menggunakannya mulai usia 2 tahun. Pengujian metode terapi pada anak normal menunjukkan masih terdapat beberapa hal yang dapat dikembangkan pada robot ini.
        
"Terapis-terapis juga memberikan respon positif terhadap spesifikasi robot yang diterapkan dan setiap metode yang diimplementasikan, sehingga diharapkan SPARK dapat diimplementasikan dalam terapi anak autis di masa depan," tandasnya.