Indonesia serius atasi masalah "stunting"

id stunting, masalah kurang gizi kronis, kurang gizi, pertumbuhan badan anak tidak maksimal, anak pendek,

Indonesia serius atasi masalah "stunting"

Komitmen kepala daerah turunkan prevalensi stunting. (Foto Antarasumsel.com/16/Yudi Abdullah)

...Stunting atau masalah tinggi badan anak tidak maksimal disebabkan kurang gizi kronis dampak kurangnya asupan gizi dalam waktu lama sejak janin dalam kandungan...
Palembang (ANTARA Sumsel) - Selama ini masyarakat beranggapan bahwa anak berbadan pendek atau pertumbuhan postur tubuhnya tidak maksimal disebabkan faktor keturunan karena melihat orang tuanya berbadan pendek.

Anggapan tersebut tidak sepenuhnya benar karena berdasarkan penelitian dan secara medis pertumbuhan postur tubuh tidak normal seperti rata-rata kebanyakan orang disebabkan masalah kurang gizi sejak siibu mengandungnya, kurang baiknya sanitasi, dan lingkungan yang tidak sehat.

Team Leader Kantor Manajemen Nasional Generasi Sehat Cerdas Suharno Wibisono menjelaskan bahwa pertumbuhan badan anak tidak maksimal yang ditemukan di sejumlah kabupaten/kota di Indonesia hingga sekarang ini masih menjadi masalah di sejumlah negara di dunia.

Khusus di Indonesia, berdasarkan data yang dihimpun pihaknya hampir sembilan juta atau lebih dari sepertiga anak usia bawah lima tahun mengalami pertumbuhan badan yang tidak sesuai ukuran standar internasional untuk tinggi badan berbanding usia (stunted).

Sekarang ini Indonesia menduduki peringkat kelima dunia untuk jumlah anak dengan kondisi pertumbuhan badan tidak maksimal atau yang dikenal dengan mengalami masalah "stunting".

Stunting atau masalah tinggi badan anak tidak maksimal disebabkan kurang gizi kronis dampak kurangnya asupan gizi dalam waktu lama sejak janin dalam kandungan.

Kekurangan gizi pada usia dini meningkatkan angka kematian bayi dan anak, menyebabkan penderitanya mudah sakit dan memiliki postur tubuh tidak maksimal saat dewasa, serta kemampuan berpikir (kognitif) para penderita juga berkurang.

Melihat permasalahan itu, Indonesia berupaya secara maksimal mengatasi masalaah tersebut di dalam negeri dan juga berperan mencegah stunting di tingkat internasional dengan bergabung dalam "Scaling Up Nutrition (SUN) Movement".

SUN adalah gerakan global dengan prinsip semua orang di dunia berhak mendapatkan makanan dan gizi yang baik.

Anggota SUN terdiri dari berbagai negara, masyarakat madani, Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB), lembaga donor, pengusaha, dan peneliti, kata Suharno.

          Turunkan Prevalensi "Stunting"

Pemerintah berupaya menurunkan prevalensi nasional masalah tinggi badan kurang pada anak (stunting) untuk memperbaiki kualitas sumber daya manusia agar memiliki daya saing tinggi.

Sekarang ini Indonesia menduduki peringkat kelima dunia untuk jumlah anak dengan kondisi `stunting` atau memiliki masalah pertumbuhan postur tubuh tidak maksimal akibat kurang gizi kronis.

Masalah tersebut perlu diatasi secara bersama oleh kepala daerah terutama yang memiliki tingkat prevalensi stunting yang cukup tinggi.

Direktur Proyek Kesehatan dan Gizi Berbasis Masyarakat Untuk Mengurangi Stunting dari Millenium Challenge Account Indonesia (MCA) Indonesia Minarto pada acara peringatan Hari Gizi Nasional ke-56 di Kayu Agung, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumsel, Rabu (27/1) menjelaskan bahwa berdasarkan riset kesehatan dasar pada 2013 mencatat prevalensi stunting nasional mencapai 37,2 persen atau mengalami sedikit peningkatan dari tahun 2010 sebesar 35,6 persen.

Berdasarkan hasil riset tersebut berarti pertumbuhan tidak maksimal diderita oleh sekitar sembilan juta anak Indonesia atau satu dari tiga anak Indonesia.

Prevalensi stunting di Indonesia lebih tinggi dari negara-negara lain Asia Tenggara seperti Myanmar 35 persen, Vietnam 23 persen dan Thailand 16 persen.

Stunting atau masalah kurang gizi kronis yang dapat mengakibatkan postur tubuh anak tidak maksimal saat dewasa bukan merupakan faktor keturunan dan dapat dilakukan pencegahan.

Selain disebabkan kurang gizi, postur tubuh anak tidak berkembang maksimal saat dewasa dipengaruhi kurang baiknya sanitasi dan kebersihan lingkungan.

Faktor sanitasi dan kebersihan lingkungan berpengaruh pula bagi kesehatan ibu hamil dan tumbuh kembang anak karena anak usia di bawah dua tahun rentan terhadap berbagai infeksi dan penyakit.

Rendahnya sanitasi dan kebersihan lingkungan juga bisa memicu gangguan saluran pencernaan yang membuat energi untuk pertumbuhan beralihkan kepada perlawanan tubuh menghadapi infeksi.

Sebuah riset menemukan bahwa semakin sering seorang anak menderita diare, cacingan, dan infeksi saluran pernapasan maka semakin besar pula ancaman stunting untuknya.

Untuk menurunkan prevalensi stunting, selain memerlukan perhatian yang besar dari kepala daerah juga diharapkan partisipasi dari seluruh lapisan masyarakat menggalakkan kegiatan pencegahan.

Kegiatan pencegahan yang bisa dilakukan di antaranya pemenuhan kebutuhan zat gizi bagi ibu hamil.

Kemudian menggalakkan pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif sampai usia enam bulan, memantau pertumbuhan balita, serta meningkatkan akses terhadap air bersih dan fasilitas sanitasi, kata Minarto.

         Siapkan Duta Gizi

Kabupaten Ogan Komering Ilir merupakan salah satu daerah di Provinsi Sumatera Selatan yang memiliki tingkat prevalensi "stunting" cukup tinggi.

Namun dengan kerja keras jajaran Dinas Kesehatan dan besarnya partisipasi masyarakat, tingkat prevalensi atau orang yang hidup dengan penyakit tertentu dalam hal ini masalah pertumbuhan postrur tubuh anak tidak maskimal akibat kurang gizi kronis itu secara bertahap bisa ditekan.

"Prevalensi stunting kabupaten ini sebelumnya berada pada angka 40,5 persen atau di atas rata-rata nasional 37,2 persen namun kini bisa ditekan menjadi 34 persen," kata Bupati Ogan Komering Ilir Iskandar pada acara peringatan Hari Gizi tingkat kabupaten belum lama ini.

Untuk menurunkan tingkat prevalensi stunting di kabupaten ini, pihaknya mengoptimalkan peran dan fungsi jajaran dinas kesehatan, dan memberdayakan duta gizi tinggi prestasi yang dibentuk sejak dua tahun terakhir, serta meningkatkan partisipasi masyarakat.

Pemerintah Kabupaten Ogan Komering Ilir, menyiapkan duta gizi sebagai solusi menurunkan jumlah orang yang hidup dengan masalah "stunting".

Dengan keberadaan duta gizi, diharapkan dapat mengedukasi masyarakat melakukan berbagai tindakan pencegahan stunting serta bersama-sama membangun gizi menuju bangsa sehat berprestasi dan memiliki daya saing yang tinggi di era globalisasi dewasa ini.

Dalam dua tahun terakhir pihaknya berhasil menurunkan tingkat prevalensi stunting atau masalah kurang gizi kronis yang dapat mengakibatkan pertumbuhan badan anak pendek/postur tubuh tidak maksimal dan kurang cerdas.

Dengan menggalakkan beberapa kegiatan tersebut pihaknya optimistis masalah "stunting" dapat diatasi dengan baik dan sumber daya manusia di Ogan Komering Ilir memiliki daya saing yang tinggi, kata bupati.

Stunting mengancam anak bangsa sehingga perlu ditingkatkan pemahaman masyarakat mengenai masalah tersebut dan menemukan solusinya sehingga dapat dipastikan anak-anak Indonesia tumbuh tinggi dan berprestasi tinggi.