Di Palembang sudah 100 kasus demam berdarah

id deman berdarah, dbd, berdarah dengue, dinas kesehatan palembang, anton suwindro

Di Palembang sudah 100 kasus demam berdarah

Pasien penderita DBD sedang menjalani perawatan di rumah sakit setempat (Foto Antarasumsel.com/ Evan Ervani/15)

Palembang, (ANTARA Sumsel) - Data dari beberapa rumah sakit Kota Palembang, Sumatera Selatan, menunjukkan pada Januari sampai tanggal 26 jumlah penderita penyakit demam berdarah dengue (DBD) bergerak naik hingga mencapai 100 kasus.  
"Meskipun pergerakannya tidak terlalu cepat, kondisi tersebut perlu diwaspadai dengan melakukan berbagai tindakan yang bisa mengendalikan wabah setiap musim hujan ini," kata Kepala Dinas Kesehatan Palembang Anton Suwindro, di Palembang, Selasa.

Dia menjelaskan, berdasarkan kondisi tempat/lingkungan dan budaya masyarakat Palembang, serta siklus tahunan diprediksi akan terjadi peningkatan jumlah penderita penyakit demam berdarah pada Januari hingga Maret 2016.

Dalam kurun waktu tiga bulan ke depan diimbau kepada seluruh warga kota agar lebih meningkatkan kewaspadaan dari serangan wabah penyakit yang dapat mengakibatkan penderitanya meninggal dunia itu.

Untuk mewaspadai penyakit tersebut, masyarakat bisa melakukan kegiatan pembersihan lingkungan tempat tinggal, kerja, dan sekolah dari hal-hal yang bisa menjadi sarang nyamuk Aedes aegypti penyebar virus penyebab DBD.

Kemudian melakukan kegiatan menutup tempat penampungan air bersih, menguras secara rutin tempat penampungan air dan memberi bubuk pembasmi jentik nyamuk, dan mengubur barang bekas yang dapat menampung air hujan, katanya.

Sementara untuk membantu warga kota yang terserang penyakit tersebut, menurut Anton sekarang ini seluruh rumah sakit dan puskesmas di Bumi Sriwijaya ini telah disiagakan sehingga sewaktu-waktu bila ada yang datang dengan gejala DBD bisa dilakukan tindakan yang cepat dan tepat.

Dengan melakukan berbagai tindakan pencegahan dan penanganan pasien terindikasi terserang DBD secara cepat dan tepat diharapkan jumlah penderita penyakit tersebut dapat dikendalikan dan tidak seperti yang terjadi pada 2015 yang angkanya mencapai 980 kasus, kata kadinkes.