Usaha songket Ogan Ilir bertahan selama krisis

id songket, songket limang

Usaha songket Ogan Ilir bertahan selama krisis

Songket Limang Jaya Ogan Ilir Sumsel bertahan di tengah krisis global sekarang ini (Foto antarasumsel.com/Banu S)

Ogan Ilir, Sumsel (ANTARA Sumsel) - Usaha kerajinan songket di Desa Limang Jaya Kecamatan Tanjung Batu Kabupaten Ogan Ilir Sumatera Selatan, selain menciptakan lapangan usaha bagi warga, juga mampu dan bertahan di tengah gejolak krisis global ekonomi dunia sekarang ini.

Pantauan Antara di lokasi Desa Limang Jaya, Minggu, sedikitnya ada 150 orang pengrajin tenun songket yang rata-rata wanita mampu memproduksi 300 lembar kain songket setiap bulannya.

Pengrajin dan penenun songket warga Limang Jaya, Elita (40) mengemukakan bahwa warga di desa ini memiliki keahlian menenun secara turun temurun dari keluarga.

Menurut dia, menenun songket bukan hanya butuh keahlian tetapi juga ketelitian serta kesabaran dalam mengurai helai demi helai benang untuk ditenun hingga menjadi kain songket dengan motif yang unik dan memiliki ciri khas budaya Sumatera Selatan.

Memang diakuinya, untuk mahir menenun songket dibutuhkan waktu dua bulan, itupun masih dalam tahap belajar.

Sementara, proses menenun songket dalam sehari hanya bisa mencapai 20 centimeter atau sama dengan satu rentangan jari, sehingga butuh kesabaran yang luar biasa, katanya.

Di samping itu, menenun songket membutuhkan kerapian serta kehalusan dalam merajut helai-helai benang hingga menjadi kain songket.

Ia mengaku, telah menggeluti usaha tenun songket selama 20 tahun dan usaha tenun songket tersebut adalah generasi kecempat yang secara turun temurun dikembangkannya.

Mengenai konsumen, menurut dia, untuk memenuhi order songket yang masuk, mengerakan 150 orang pengrajin tenun di desanya.

Salah satu order yang saat ini menjadi target untuk segera diselesaikan berupa pesanan 100 lembar songket jenis rumpak tanjak menyambut Hari Ulang Tahun Kabupaten Ogan Ilir dan cindera mata atau souvenir, kata Elita.

Ia mengaku, tak hanya pesanan kain songket dari wilayah setempat, tetapi dari Kota Medan Sumatera Utara juga menjadi pelanggan tetapnya.

Salah satu keunggulan songket Sumatera Selatan ternyata bisa diterima masyarakat Kota Medan, karena pertama kualitas baik serta harganya terjangkau rata-rata hanya Rp3 juta per lembar, jauh lebih murah jika dibandingkan enis kain ulos mencapai Rp6 juta per lembar.

Sedangkan motif songket yang dipesan warga Medan memiliki ciri khas tersendiri mengikuti ciri khas motif ulos Batak, hal ini yang membuat songket Sumsel banyak diminati warga Medan.

Sementara, kelebihan lain songket yang diproduksi Elita bersama pengerajinnya, jika ada kerusakan pada helai benang songket bisa diperbaiki dengan menenun ulang bagian tersebut.

Selanjutnya, pemesanan songket untuk acara pernikahan juga terus mengalir, katanya.

Ia menjelaskan, untuk bahan benang songket dibeli dari pemasok bahan di Palembang, karena sudah menjadi rekanan sistem pembayaran bisa dengan cek atau giro.

Sementara, guna meninggkatkan modal usaha, Elita juga pernah dibantu pinjaman kredit lunak dari salah satu perbankan senilai Rp50 juta pada tahun 2014, sehingga saat itu produksi dan pesanan songket meningkat.

Bahkan, kata dia, pelanggan juga terkadang menitipkan uang muka untuk pemesanan songket dengan beragam motif dan warna sesuai dengan perkembanan zaman.