Gapkindo minta pemerintah perkuat sinergi antarnegara

id Gapkindo sumsel, Ketua Umum Gapkindo, Alex K Eddy, karet, kebun karet,

Gapkindo minta pemerintah perkuat sinergi antarnegara

Ilustrasi - Seorang buruh penyadap karet melakukan penyadapan di kebun karet (Foto Antarasumsel.com/Feny Selly)

Palembang, (ANTARA Sumsel) - Gabungan Pengusaha Karet Indonesia Sumatera Selatan meminta pemerintah memperkuat sinergi dengan negara-negara penghasil getah pada tahun 2016 untuk mengurangi pasokan di pasar internasional.

Ketua Umum Gapkindo Sumatera Selatan Alex K Eddy di Palembang, Jumat, mengatakan dengan mengurangi pasokan maka harga karet diharapkan akan meningkat atau setidaknya membaik jika dibandingkan 2015 yang berada di kisaran Rp6.000 per kg di tingkat petani.

"Tiga negara produsen karet yan tergabung dalam International Tripartite Rubber Council (ITRC), yakni Indonesia, Malaysia, dan Thailand, telah sepakat untuk mengurangi suplai ke pasar ekspor dengan penyerapan di dalam negeri masing-masing. Kesepakatan ini harus benar-benar dijalankan tahun 2016, dan itulah pentingnya sinergi agar setiap pihak mau aktif berperan," kata Alex.

Ia mengatakan selain aktif bersinergi, ITRC juga harus merangkul negara-negara yang belum menjadi anggota seperti Vietnam, Myanmar, dan Kamboja melakukan langkah serupa agar pasokan karet bisa ditemukan titik keseimbangannya.

Seperti saat ini terjadi permintaan terhadap karet menurun akibat pengaruh krisis ekonomi global sehingga harus dilakukan pengereman suplai. 

Hal ini karena Tiongkok yang semula menjadi pengimpor terbesar memutuskan menurunkan pertumbuhan ekonominya dari 10 persen menjadi 7 persen karena berkeinginan lebih ramah lingkungan. Sementara itu, pasar baru seperti di Timur Tengah terbilang belum begitu kuat dan masih rendah serapannya.

"Artinya, jika setiap negara dapat memaksimalkan penyerapan dalam negeri masing-masing, maka secara langsung petani yang akan tertolong. Selama ini mereka yang paling terpuruk, jika tidak diselamatkan nanti tidak ada lagi yang mau menanam karet," kata dia.

Sejak penurunan harga karet, terjadi peningkatan serapan karet alam di tiga negara ini, yakni meningkat 5,9 persen atau sebesar 1,58 juta metric ton pada tahun 2014 menjadi 1,67 juta metric ton pada tahun 2015.

Indonesia yang memproduksi 3 juta ton karet per tahun menargetkan penyerapan dalam negeri hingga 800 ribu ton pada tahun 2016 dengan cara memanfaatkan pembangunan infrastruktur. Terdapat sejumlah komponen menggunakan karet seperti bantalan rel kereta api, campuran aspal, dan bantalan pintu air.

"Supaya lebih konkret lagi, kebijakan ini sebaiknya ada instrusksi Presiden sehingga benar-benar dilaksanakan di lapangan," kata dia.

Harga karet alam saat ini 1,2 dolar AS, atau jauh dari harga ideal yang pernah terbentuk pada tahun 2012, yakni 4,9 dolar AS, sementara di tingkat petani hanya berkisar Rp6.000 per kilogram untuk kondisi kering 100 persen.