Candi Bumiayu Sumsel belum dikenal wisatawan

id candi, candi bumiayu

Candi Bumiayu Sumsel belum dikenal wisatawan

Seorang pengunjung melihat arca yang kebanyakan mengalami kerusakan di situs Candi Bumiayu, Desa Bumiayu Kecamatan Tanah Abang Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir (PALI), Provinsi Sumatera Selatan. (Foto Antarasumsel.com/Banu Sungkowo/15/den)

....Keberadaan Candi Bumiayu selain harus gencar promosi, juga diperlukan penataan dan melengkapi pembangunan infrastruktur pendukung, supaya memiliki daya tarik bagi para wisatawan untuk datang berkunjung....
Penukal Abab, Sumsel (ANTARA Sumsel) - Candi Bumiayu hingga saat ini keberadaannya belum banyak dikenal para wisatawan, karena kondisi situs itu masih memerlukan perhatian khusus pihak pemerintah daerah setempat supaya dilakukan penataan dan melengkapi pembangunan infrastruktur pendukung.

Dengan penataan lebih baik serta dilengkapi infrastruktur pendukung, tentunya akan memiliki daya tarik tersendiri sehingga para wisatawan tertarik dan betah mengunjungi salah satu peninggalan purbakala bersejarah belantara Sumatera Selatan itu.

Hal tersebut cukup beralasan, karena lokasi candi terletak di Desa Bumiayu Kecamatan Tanah Abang Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir (Pali) itu cukup dekat dari jalan Lintas Sumatera Desa Simpang Belimbing dapat ditempuh dengan mobil selama 35 menit sampai ke lokasi.

Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Pali, Rusman Naryadin, Rabu mengatakan bahwa kompleks candi Bumiayu memiliki sepuluh titik stupa atau susunan batu bata terpisah yang diduga berisi struktur bata sisa peninggalan bangunan kuno beragam arca dan altar terbuat dari jenis tanah liat.

Dari seluruh bangunan candi, hanya tersisa bangunan bagian bawahnya saja. Sementara struktur bangunan atas sudah hancur, karena struktur candi tidak seperti candi kebanyakan yang terbuat dari batu.

Candi Bumiayu ini memiliki keunikan karena terbuat dari tanah liat merah. Dari seluruh arca Candi Bumiayu yang ada kebanyakan telah mengalami kerusakan, hal ini disebabkan karena bahan pembuat arca terdiri atas tanah yang rapuh jika dimakan usia.

Hamparan patung arca yang ada masih banyak yang belum ditempatkan di atas meja pajangan, hanya sebagian saja telah terpajang. Sementara ratusan arca lainya masih tergeletak di lantai.

Jika kondisi ini dibiarkan terus menerus, bisa mengakibatkan kerusakan pada arca-arca tersebut, katanya.

Menurut dia, dari sepuluh titik stupa berbentuk susunan batu bata tersebut empat di antaranya berukuran cukup besar, yaitu berupa altar di candi satu, candi dua, candi tiga dan candi delapan.

Ia mengatakan, walaupun terbuat dari bahan tanah, bangunan candi terlihat kokoh seperti tumpukan batu bata serta ukiran didinding salah satu candi yang masih utuh.

Sementara, arca, ornamen dan kepingan bata tersimpan rapi di dalam gedung koleksi. Sedikitnya delapan arca dalam ukuran besar tersimpan di sana, salah satunya arca Kala.

Butuh Banyak Promosi

Selain harus gencar promosi, juga diperlukan penataan dan melengkapi pembangunan infrastruktur pendukung, supaya memiliki daya tarik bagi para wisatawan untuk datang berkunjung ke sana, kata Andi (59) warga setempat.

Ia menambahkan, di sekitar lokasi belum memiliki penginapan untuk tempat bermalam wisatawan, bahkan keamanan juga menjadi salah satu faktor pengunjung luar daerah merasa ragu mendatangi objek wisata ini.

"Tak hanya soal keamana di sekitar jalan masuk area situs nampak jelas persis di depan candi, tumpukan karet basah dan kering berhamparan di depan gedung koleksi candi. Hal ini menguranggi keindahan dan kenyamanan pengunjung," katanya.

Ia yakin, bila dilakukan penataan dan melengkapi fasilitas pendukung akan banyak dikunjungi wisatawan, karena pesolek alam di sekitar kawasan situs terlihat indah diapit beberapa aliran Sungai Lematang di sebelah Timur dan dikelilingi oleh sungai-sungai kecil, yaitu Sungai Piabung, Sungai Lebak Jambu, Sungai Lebak Tolib, Sungai Lebak Panjang, Sungai Lebak Siku dan Sungai Siku Kecil.

Keseluruhan sungai-sungai tersebut bermuara dan saling berhubungan membentuk parit yang mengelilingi kompleks candi Bumiayu, dan bermuara ke Sungai Lematang.

Meskipun masih ada beberapa kekurangan, namun semua lokasi area candi yang ada, nampak bahwa candi-candi tersebut terawat bersih. Meskipun banyak pohon-pohon besar, namun daun kering sangat jarang ditemukan di hamparan rumput di sekitar candi. Demikian pula di dalam pagar candi tampak betul sering dibersihkan petugas, katanya.

Lebih lanjut Kepala Dinas Parawisata Kabupaten Pali, Rusman Naryadin terkait rencana program untuk pengembangan situs candi Bumiayu mengatakan bahwa tahun 2015 belum ada program yang bisa dilakukan untuk pengembangan situs cagar budaya ini.

Ia menjelaskan, candi Bumiayu masih diklaim Kepurbakalaan Pemerintah Provinsi Jambi sebagai bagian dari situs cagar budaya mereka.

Tarik ulur terkait klaim situs cagar budaya candi Bumiayu antara Pemprov Sumsel dengan Pemprov Jambi hingga saat ini belum ada titik terang, katanya.

Menurut dia, butuh perhatian serius pemerintah untuk memelihara candi Bumiayu.

Namun demikian, kata dia, bukannya pemerintah tidak perhatian, tetapi belum sungguh-sungguh.

Pembangunan jalan cor bukti bentuk perhatian pemerintah, tetapi tidak cukup cuma jalan, karena aspek pelaksanaan desain yang sudah disusun ahli sebelumya lebih penting dan harus menjadi panduan.

Salah satu pengunjung Wowok (23), warga Palembang sangat mengagumi keindahan arsitektur seni candi Bumiayu.

Menurut dia, jika dilihat dari seluruh arca yang ada, candi Bumiayu ini letaknya tidak tertumpu di satu lokasi. Dari beberapa candi yang ada juga arca di lokasi ini bisa saja terdapat lebih banyak arca dan candi di dasar tanah di sekitarnya.

Sementara, Lan (50),warga Pendopo juga menyayangkan adanya Kepurbakalaan Pemprov Jambi yang mengklaim keberadaan candi Bumiayu.

Aset dan candi Bumiayu ada di Kabupaten Pali, mengapa Kepurbakalaan Jambi mau memilikinya, itu hal yang aneh, katanya.

Ia berharap, Pemda Pali dan Pemprov Sumsel mempertahankan keberadaan candi serta aset ini, dan masih membutuhkan penataan dengan baik agar memiliki daya tarik.

Penjabat Bupati Pali, Apriyadi melalui Kabag Humasnya, Husni Thamrin menegaskan bahwa pemda setempat tahun anggaran 2016 tengah mengajukan program ke pusat untuk mendukung pelestarian aset cagar budaya situs candi Bumiayu.

Ia mengaku, mempunyai harapan besar terhadap keberadaan aset wisata ini, karena bila dilakukan penataan dengan baik serta dilengkapi pembangunan infrasruktur pendukung, bukan tidak mungkin keberadaan cagar budaya itu akan menjadi salah satu penyumbang pendapatan asli daerah terbesar Pemkab Pali.