Galeri investasi, asa mendapatkan pelantai bursa tangguh

id pasar modal

Galeri investasi, asa mendapatkan pelantai bursa tangguh

Giovanna Velanda (kanan) dan Dewi Fatmadjaya mengamati layar monitor berisikan data pergerakan saham di Galeri Investasi di STIE MDP Palembang, Jumat (6/11). (Foto Antarasumsel.com/15/Dolly Rosana).

...Seorang Warren Buffet (pelaku pasar modal kawakan asal Amerika Serikat) memulai pada usia sangat muda yakni 14 tahun...
Palembang (ANTARASumsel) - Pasar modal masih asing bagi kalangan mahasiswa. Namun dengan keberadaan galeri investasi menumbuhkan asa, bahwa pada suatu saat nanti akan muncul pelaku pasar modal tangguh yang cikal bakalnya dari kalangan perguruan tinggi.

Hari masih pagi menjelang pukul 08.00 WIB. Dua mahasiswi, Giovanna Velanda (19) dan Dewi Fatmadjaya (19) terlihat antusias mendengarkan penjelasan salah seorang staf sekuritas UOB KayHian di Galeri Investasi, STIE MDP Palembang.

Pembicaraan pun berlangsung hangat mengulas pergerakan saham pada hari sebelumnya.

Sesekali, Giovanna mengeryitkan dahi karena harus memacu otak untuk memahami penjelasan Equity Sales, Ripal Agusta, melalui layar laptop.

Pandangannya pun tertuju pada layar display berukuran 50 inci yang menggambarkan pergerakan saham dalam trading online. Gio, bermaksud segera menyambungkan informasi yang didapatnya.

"Seru, pagi-pagi, otak sudah kerja. Ternyata yang saya analisis sebelumnya memang benar, ada pergerakan pada saham Kalbe Farma," kata Gio yang diwawancarai di galeri sambil tertawa, Jumat (6/11).

Sejak dua bulan ini, dua mahasiswa ini sudah membuka akun sendiri melalui sekuritas UOB. Meski belum digunakan, tapi keduanya terbilang yang paling antusias dari 20 pemilik akun lainnya, dengan selalu hadir di setiap kegiatan ulasan pagi.

Gio mengatakan, asal muasal membuka akun ini setelah mendapatkan informasi melalui acara seminar edukasi pasar modal di kampus yang diselenggarakan perusahaan sekuritas bekerja sama dengan Kantor Perwakilan Bursa Efek Indonesia di Sumsel.

"Dalam edukasi itu diinformasikan galeri investasi yang sebelumnya vakum akan diaktifkan lagi, untuk itu bagi yang ingin belajar dipersilahkan. Lalu, jika ingin buka akun cukup dengan memiliki deposit Rp500 ribu. Lantaran itu, saya tertarik," kata dia.

Sebenarnya, Gio sudah mengetahui mengenai pasar modal dari keluarganya sejak SMA, karena beberapa di antaranya sudah menjadi investor. Namun, ia baru mendapatkan informasi lebih banyak ketika masuk ke jenjang perguruan tinggi.

Hal itu dilatari karena Gio pun pernah mengikuti kontes analisis pasar modal secara online tingkat Asia "Asia Trading Stock Challenge 2015". Meski tidak menang, tapi Gio sudah mengenal metode yang digunakan para investor sebelum mengambil keputusan untuk menjual atau membeli saham, masuk atau keluar lantai bursa.

"Sejauh ini, saya ingin belajar dulu. Nanti setelah dapat penghasilan sendiri, rencananya mau benar-benar berinvestasi di pasar modal," ujar mahasiswa jurusan Akutansi ini.

Ia berpendapat bahwa pendapatan yang diperoleh, tidak sepenuhnya harus disimpan dalam bentuk tabungan, tapi dapat juga diinvestasikan, salah satunya melalui pasar modal.

Tak berbeda, Dewi, mahasiswa semester V jurusan manajemen keuangan STIE MDP mengatakan sangat tertarik untuk menseriusi investasi di pasar modal pada masa mendatang.

Apalagi, dalam bidang keilmuannya yang digelutinya, terdapat mata kuliah fortopolio yang bisa menunjang kemampuan berkecimpung di pasar modal di masa mendatang.

Ia juga berpendapat bahwa uang yang dimiliki tidak semestinya disimpan di satu tempat, seperti bank, karena pertumbuhannya hanya mengukur dari tingkat bunga. Tapi, jika ingin pertumbuhaannya hingga 20 persen maka ada cara lain yakni dengan diinvestasikan di pasar modal.
 
"Setelah saya pelajari, ternyata jika ingin aset yang dimiliki melewati inflasi maka berinvestasilah di pasar modal. Tapi, tetap dengan satu catatan yakni harus mau belajar dulu, supaya paham resikonya," ujar dia.

Senada, Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan MDP Idham Cholid mengatakan ketertarikannya berinvestasi di pasar modal karena ingin keberagaman aset dalam mencapai tujuan kesejahteraan finansial.

Seperti diketahui, aset dapat disimpan dalam beragam produk, mulai dari tabungan, asuransi, reksadana, logam mulia, hingga surat berharga (saham).

"Sebenarnya, saya sudah pernah mengenal pasar modal dan sempat jadi investor di tahun 2000-an, tapi sempat berhenti. Kini saya mulai lagi dalam suasana yang lebih kondusif karena ada galerinya di kantor saya sendiri, sebelum mengajar biasanya saya sempatkan mendengar review harian dari pialang sekuritas," kata dia.
 
Idham mengatakan, kemajuan teknologi saat ini sudah sangat membantu bagi kalangan pemula yang ingin menjajal pasar modal.

Pihak sekuritas, menyediakan aplikasi online trading, sehingga pelaku pasar modal dapat memantau pergerakan saham itu kapan saja via internet.

"Selain itu, setiap hari pihak sekuritas juga memberikan info-info ringan melalui layanan pesan singkat, blackberry messenger dan whatsapp, mengenai pergerakan saham secara harian," ujar dia.

Melihat perkembangan yang ada saat ini, Idham menyadari bahwa dirinya sudah terlambat dalam mengenal pasar modal. Lantaran itu, ia berharap, pasar modal ini sedapat mungkin diperkenalkan ke mahasiswa sejak mulai masuk kuliah.

Ke depan, MDP berencana mewajibkan mahasiswanya untuk membuka akun di pasar modal untuk tujuan belajar dan sekaligus menjadi nilai tambah bagi mereka bahwa telah menjadi investor.

"Jadi setelah tamat, mahasiswa tidak hanya punya ijasah tapi juga punya akun pasar modal," kata dia.

Equitity Sales Sekuritas UOB Kay Hian Ripal Agusta mengatakan edukasi menjadi target utama dibukanya gerai investasi di kampus ini, karena jika mengharapkan dari nilai transaksi maka terbilang sangat kecil.

Untuk menstimulun para dosen dan mahasiswa ini, gerai investasi ini hanya menyaratkan deposit awal sebesar Rp500 ribu untuk membuka akun baru pasar modal. 

Sejak dibuka dua bulan lali, tercatat 20 orang yang sudah menjadi investor pasar modal.

"Kalangan mahasiswa dipadang sebagai kelompok yang cukup potensial, karena mereka nanti akan bekerja dan memiliki penghasilan sendiri. Memang edukasi ini hasilnya bukan untuk sekarang, tapi nanti untuk 10 atau 15 tahun ke depan," ujar Ripal.

Menurutnya, kalangan pasar modal saat ini bahu membahu memperkenalkan beragam produk pasar modal di masyarakat karena sejauh ini penetrasi pasar modal hanya 3,7 persen.

Berdasarkan survei Otoritas Jasa Keungan tahun 2013 diketahui bahwa penetrasi pasar modal menjadi yang terendah saat ini dibandingkan lima produk jasa keuangan lainnya, yakni perbankan (21,8 persen), asuransi (17,08 persen), pegadaian (14,85 persen), pembiayaan (9,8 persen), dan dana pensiun (7,13 persen). 

Saat ini, pelaku pasar modal gencar mengedukasi masyarakat terkait munculnya produk yang murah, seperti reksadana mikro dan pembelian saham yang sudah dijinkan dari jumlah satu slot (100 lembar).

"Dengan produk murah ini, hanya dengan uang Rp300 ribu hingga Rp500 ribu, sudah bisa beli saham di pasar modal karena ada yang harganya Rp50 rupiah per lembar hingga Rp5.000 per lembar. Harapannya ini bisa menjadi gerbang pembuka agar masyarakat mau mengenal pasar modal," kata dia.

Dalam proses ini, ia menilai edukasi mengenai pasar modal menjadi yang terpenting, mengingat dalam masyarakat sudah muncul stigma bahwa pasar modal itu sangat berisiko tinggi seiring dengan maraknya kisah kegagalan di pasar modal.

Padahal jika ditelisik lebih jauh ternyata penyebab kerugian itu karena belum belajar tekniknya, sehingga ketika benar-benar terjun hanya memakai feeling saja atau tidak mencoba untuk menganalisa. 

"Saya menangkap di masyarakat, masih memandang pasar modal itu seperti judi. Padahal tidak demikian, ada metode teknikal atau fundamental sebelum memutuskan eksekusi. Semakin akurat data yang diperoleh maka semakin besar kemungkinan akan berhasil," ujar dia.


Daya saing global

Kepala Bursa Efek Indonesia Provinsi Sumatera Selatan Early Saputra mengatakan, pengenalan pasar modal pada kalangan mahasiswa ini dimaksudkan untuk mendapatkan investor unggul setidaknya pada 10 tahun ke depan. 

"Seorang Warren Buffet (pelaku pasar modal kawakan asal Amerika Serikat) memulai pada usia sangat muda yakni 14 tahun, baru di tahun ke 10, dia mendapatkan buahnya, artinya perlu proses," kata Early.

Lantaran itu, BEI sejak beberapa tahun terakhir mengajak pemangku kepentingan untuk gencar menyosialisasikan terutama ke kalangan anak muda.

Belum lama ini, BEI menyosialiasikan ke SMA Negeri 5 Palembang dengan memberikan buku-buku mengenai pasar modal ke perpustakaan sekolah tersebut.

Selain itu, upaya ini bertujuan meningkatkan daya saing pasar modal Tanah Air memasuki Era Masyarakat Ekonomi ASEAN pada akhir 2015.

"Jika dibandingkan dengan negara ASEAN, Indonesia sudah jauh tertinggal baik dari sisi jumlah investor dan emiten. Artinya jika ini tidak dikejar dari sekarang maka pasar modal Indonesia bisa benar-benar didominasi asing, karena dari infrastruktur dan Sumber Daya Manusia-nya terbilang sangat kurang," kata dia.

Saat ini saja dari jumlah pialang, Indonesia sudah jauh tertinggal dibandingkan Malaysia, Singapura, dan Thailand. Malahan, dikenal istilah 'kutu loncat' dalam sekuritas Tanah Air untuk menggambarkan betapa rendahnya pertumbuhan SDM-nya.

Selain itu, jika membandingkan dari jumlah investor, Indonesia hanya memiliki 400 ribu orang dari jumlah penduduk yang mencapai 270 juta jiwa. Sementara, Malaysia sudah mencapai 4 juta investor atau 13 persen dari populasi  dan Singapura memiliki 1,5 juta investor atau 30 persen dari populasi.  

Mendapati kenyataan ini, maka tidak ada cara lain selain berupaya maksimal meningkatkan penetrasi pasar modal yang sejauh ini masih di bawah 3,7 persen jika dibandingkan jasa keuangan lainnya.

Salah satunya melalui galeri investasi. Menurut Early, sebanyak146 galeri investasi di Indonesia telah bersumbangsih dalam penambahan jumlah investor yakni sebanyak13 ribu per September 2015 dengan nilai transaksi mencapai Rp500 miliar.

Sementara untuk perbandingan, jumlah investor dari seluruh provinsi di Indonesia yakni ada di 19 kota berjumlah 38 ribu orang, sementara khusus untuk Jakarta berjumlah 48 ribu orang.

"Dari jumlah investor memang bertambah, tapi investor dari galeri investasi ini juga rentan tidak aktif karena umumnya hanya untuk belajar. Tapi tidak masalah, ini dimaksudkan sebagai gerbang dari kalangan muda untuk mengenal pasar modal," ujar pialang yang mulai belajar di Galeri Investasi Universitas Andalas Padang ini.

Melalui edukasi ini, bukan hanya penambahan investor yang diharapkan, tapi munculnya sumber daya manusia pasar modal, seperti diketahui minat untuk bekerja di sekuritas terbilang minim.

Early menambahkan, keberadaan Galeri Investasi STIE MDP ini diharapkan mengekor keberhasilan Galeri Investasi STIE Musi, Palembang, yang sudah berdiri sejak tujuh tahun lalu. Dari galeri ini, sudah muncul investor dengan mengolah aset sampai miliyaran.

Selain mendorong dari galeri investasi, BEI juga berencana menggenalkan program 'Yuk Nabung Saham' di Palembang karena program itu sudah diluncurkan di Jakarta pada 9 November 2015.

Dalam program itu, diharapkan cara pandang masyarakat akan berubah dari penabung menjadi penginvestor.

Caranya dengan membuka tabungan di bank, dan dilanjutkan dengan membuka rekening efek di sekuritas. Nanti, dari total akumulasi dana yang ditabung maka akan terlihat kemampuan untuk membeli sahamnya.

"Jika sudah cukup, maka pihak sekuritas akan menginformasikan," ujar dia.

Model seperti ini sudah berhasil diterapkan di Jepang dan mampu meningkatan kesejahteraan warganya karena berdasarkan riset harga saham itu bisa naik hingga 20 persen setelah 10 tahun hingga 15 tahun.

Menurutnya, jika masyarakat menyadari itu maka berinvestasi di pasar modal dapat menyejahterakan.

"Contohnya begini, pertumbuhan ekonomi di Indonesia sebagaian besar dipacu oleh konsumsi karena infrastruktur masih kurang memadai. Tapi, saat ini pemerintah gencar membangun infrastruktur maka artinya bakal berdampak positif bagi perekonomian. Jika investor itu jeli dan sabar maka lebih baik beli saham," kata dia.

Pasar bebas ASEAN tinggal hitungan waktu, seharusnya pasar modal Indonesia tak perlu dilihat sebagai "hantu" yang menakutkan, namun sebagai suatu harapan, sehingga perkembangannya bisa lebih cepat untuk meningkatkan daya saing.