Warga Suku Anak Dalam terancam tak ikut pilkada

id warga sda, Suku Anak Dalam, warga musirawas utara, pilkada, pilkada daerah, pemilu, kpu musirawas utara, kpu

Warga Suku Anak Dalam terancam tak ikut pilkada

Ilustrasi (FOTO ANTARA)

....Keberadaan warga SDA itu masih menganut tradisi hidup berpindah-pindah tempat dan sulit untuk didata....
Musirawas Utara, (ANTARA Sumsel) - Ratusan orang warga Suku Anak Dalam (SAD) di wilayah Kabupaten Musirawas Utara, Sumatera Selatan, terancam tak ikut Pilkada serentak 9 Desember 2015, karena sampai saat ini tidak terdata dalam daftar pemilih tetap.

Keberadaan warga SDA itu masih menganut tradisi hidup berpindah-pindah tempat dan sulit untuk didata, kata Kepala Bagian Program dan Data KPU Kabupaten Musirawas Utara Asmulyanto, Kamis.

Ia mengatakan ada ratusan warga Suku Anak Dalam sampai saat ini tidak masuk dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT) karena namanya dicoret Panitia Pengawas Pemilihan Kecamatan (PPK).

"Kita yakin PPK lebih paham dengan geografis penduduk didaerahnya masing-masing, sehingga nama warga SAD itu sulit didata meskipun harus berpedoman dengan aturan yang berlaku,"jelasnya.

Namun ada juga sebagian dari warga SAD itu masuk dalam DPT dengan jamin dari kepala Desa yang membenarkan mereka berada diwilayah tersebut.

"Kalau mereka itu akan memilih kepala daerah harus ada identitas seperti KTP, KK atau rekomendasi dari kepala desa untuk menjamin mereka,"jelasnya.

Divisi Penindakan Komisioner Panitia pengawas Pemilu Musirawas Utara Heriyanto mengatakan warga suku terasing itu harus masuk dalam DPT, asalkan mereka tinggal menetap salah satu wilayah.

Kalau mereka telah tinggal menetap disuatu tempat dan terdata, maka KPU harus masukkan mereka dalam DPT, namun yang jadi masalah mereka sering berpindah-pindah dan jauh dari permukiman.

Disamping warga suku anak dalam itu masih menganut budaya malu bila bergabung dengan masyarakat biasa, contohnya warga SAD yang sudah menetap di Desa Harapan, Kecamatan Rawas ulu.

Bila ada tamu datang dari luar desa itu dan kebetulan mereka melihat tamu itu, langsung lari lewat pintu belakang rumahnya dan masuk kebun karet.

Setelah tamu itu pulang mereka keluar lagi dan masuk rumahnya, padahal orang tuanya sudah masuk kawasan perumahan sosial yang dibangun era orde baru yaitu zaman Presiden Soeharto.

Hal senada disampaikan mantan camat Rawas Ulu Burlian mengatakan sangat sulit membina warga SAD tersebut, meskipun sudah turun temurun menjadi penduduk desa Harapan itu mereka tetap menyukai masuk hutan.

Padahal mereka sudah punya kebun karet dan kebun kelapa sawit bahkan sepeda motor, namun budaya malu dengan warga pendatang tetap saja tak berubah, ujarnya.