Memotivasi remaja terapkan keselamatan berkendara

id remaja, kendaraan, keselamatan berkendara

Memotivasi remaja terapkan keselamatan berkendara

Petugas Patroli Keamanan Sekolah memberhentikan siswa yang tidak memakai helm saat memasuki lingkungan SMA Negeri 13 Palembang, Selasa (27/10). (Foto Antarasumsel.com/Dolly Rosana/15)

...Remaja merupakan kelompok yang masih labil dan belum mampu mengendalikan diri. Terkadang tindakan yang diambil hanya karena emosi semata...
Palembang (ANTARA Sumsel) - Suasana riuh mulai terasa di sekitar pintu gerbang SMA Negeri 13 Palembang, sekitar pukul 06.45 WIB, Selasa (27/10) pagi.

Tiga remaja putri berpakaian lengkap Patroli Keamanan Sekolah terlihat sigap mengatur lalu lintas agar kendaraan roda dua milik siswa tidak saling berebutan masuk pintu gerbang.

Di tengah kesibukan itu, tampak seorang siswa yang tidak mengenakan helm berupaya melenggang masuk gerbang sekolah.

Secara spontan, seorang petugas PKS langsung memberhentikannya. "Stop," kata petugas itu seraya memerintahkan untuk menepikan kendaraan.
     
"Kenapa tidak menggunakan helm. Ini penting untuk keselamatan. Hari ini akan dicatat, besok jika masih dilakukan maka akan dilaporkan ke guru untuk diberikan peringatan lebih lanjut," kata petugas PKS berkostum lengkap dengan topi dan sarung tangan ini.
     
Mendengar peringatan itu, siswa yang melanggar tersebut hanya tersipu malu karena ia telah menarik perhatian teman-temannya. "Iya, besok saya akan pakai helm, saya malas karena rumah dekat sini," kata anak itu.
     
Di sudut lain, seorang petugas PKS terlihat bersiaga di areal parkir. Ia memilih temannya secara acak untuk diberikan penjelasan seputar keselamatan berkendara.

"Coba perhatian reklame itu, di sana tertulis bahwa pengendara bukan hanya wajib menggunakan helm tapi juga jaket dan sarung tangan. Ini penting, jika terjadi kecelakaan maka akan mengurangi kemungkinan terjadinya lecet," kata petugas PKS itu.
     
Begitulah kegiatan rutin organisasi esktrakurikuler PKS di sekolah yang berada di lingkungan perumahan TNI AU itu setiap pagi untuk mendorong kesadaran siswa dalam menerapkan keselamatan berkendara.
     
Ketua PKS Redo Ardiansyah yang diwawancarai di lokasi, Selasa (27/10), mengatakan, kegiatan ini semakin digencarkan setelah sekolahnya terpilih menjadi binaan Astra Honda Motor pada April 2015.
     
Sekolah ini terpilih karena menjadi juara umum pada kompetisi Astra Honda Motor Safety Riding se-SMA Kota Palembang.
     
Ia menjelaskan, sejak menjadi sekolah binaan, organisasi kesiswaan PKS ini mendapatkan bantuan CSR berupa pelatihan keselamatan berkendara oleh instruktur bersertifikat, dan peralatan petugas patroli berupa helm dan seragam.
     
Bantuan ini diharapkan meningkatkan kemampuan anggota PKS sebagai contoh dan sekaligus motivator siswa agar peduli terhadap keselamatan berkendara.

Tak hanya sebatas motivator, Redo dan rekan-rekannya juga diberikan pelatihan dari instruktur keselamatan berkendara Astra Honda Motor terkait teknik-teknik pengereman, slalom, dan menjaga keseimbangan.
 
Sebagai remaja yang menjadi teladan bagi teman-temannya di sekolah, Redo tidak menyangkal bahwa bukan perkara mudah menumbuhkan kesadaran siswa menerapkan keselamatan berkendara.
     
Masih banyak teman-temannya yang hanya patuh lantaran takut dengan guru, lalu ketika di jalan raya sering kebut-kebutan hanya untuk dikatakan 'keren'.
     
"Keren bagi remaja ya seperti itu, siapa yang bisa tampil beda dari orang kebanyakan, berani menantang resiko maka disebut keren. Sama sekali tidak memikirkan resikonya. Saya pun juga pernah seperti itu, tapi karena sering diingatkan orangtua dan guru jadi tidak lagi," kata Redo.
     
Pernyataan Redo ini juga dibenarkan oleh Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan SMA Negeri 13 Palembang Heryanto Prawita.

Menurutnya, remaja kerap bertindak tanpa memikirkan dampak dan resiko sehingga dibutuhkan peran berbagai pihak untuk mendampingi, mengingatkan dan mengawasi mereka.

Bukan hanya membutuhkan peran dari orangtua dan guru, tapi kalangan swasta juga diharapkan ambil bagian dengan memberikan kegiatan-kegiatan positif ke remaja untuk membuat mereka menjadi taat peraturan dan disiplin dalam berkendara.

"Remaja merupakan kelompok yang masih labil dan belum mampu mengendalikan diri. Terkadang tindakan yang diambil hanya karena emosi semata, jika ini terjadi di jalan raya tentunya sangat membahayakan, bukan hanya bagi dirinya tapi juga orang lain," kata Heryanto.

Lantaran itu, ia sangat berterima kasih atas kepedulian dari Astra Honda Motor terhadap remaja dengan mengedepankan kegiatan pencegahan.

"Lebih baik mencegah daripada mengobati. Ini yang harus ditanamkan di benak remaja. Karena itu, sekolah tidak pernah menyepelekan setiap laporan petugas PKS, biasanya siswa yang melanggar akan langsung dipanggil untuk dinasihati. Jika masih bandel juga, akan dipanggil orangtuanya," kata dia.
     
Menurutnya, siswa harus diberikan pemahaman bahwa keselamatan berlalu lintas ini tidak bisa disepelekan karena jika berujung dengan meninggal dunia maka orangtua akan kehilangan harapan, begitu pula jika cacat maka siswa terpaksa mengubur impiannya.

Para siswa dapat mencontoh kejadian yang menimpa M Ichsan, siswa kelas X sekolah tersebut yang mengalami kecelakaan di simpang lampu merah Bandara SMB II pada satu bulan lalu.

Karena Ichsan menerapkan keselamatan berkendara, kecelakaan itu tidak menguburkan impiannya menjadi pilot.
      
"Saat kejadian Ichsan mengenakan helm. Justru orang yang menabraknya yang tidak pakai helm. Coba jika Ichsan tidak menerapkan keselamatan berkendara, mungkin luka yang diderita akan lebih parah," kata Heryanto. 

Sementara itu, Ichsan yang diwawancarai dalam kesempatan berbeda mengatakan, ia ditabrak oleh pengendara yang menyerobot lampu merah. Akibatnya ia menderita luka di kaki, dan membutuhkan waktu dua hari untuk menyembuhkannya. 

Selain itu, kendaraannya juga mengalami rusak parah tapi si penabrak mau bertanggung jawab karena ia memiliki SIM.
      
"Memang tidak begitu parah, tapi saat itu saya tidak menggunakan jaket, jadi ada lecet di tapi. Setelah kejadian, saya selalu pakai jaket saat berkendara," kata remaja kelahiran Palembang, 4 Jan 1998.

Sementara itu, Instruktur Promosi Safety Riding Honda Astra Motor Muhammad Isnaini mengatakan penyaluran CSR ke SMA ini sebagai bentuk kepedulian perusahaan kepada keselamatan konsumen yang di antaranya merupakan kalangan remaja.
      
Sekolah ini mendapatkan bantuan CSR sebesar Rp20 juta yang dialokasikan untuk pembuatan rambu-rambu di lingkungan sekolah, pemasangan reklame keselamatan berkendara, pengecatan dan pembuatan batas tempat parkir, dan pelatihan keselamatan berkendara bagi anggota ekstrakurikuler PKS.
      
"Remaja menjadi perhatian perusahaan karena sejauh ini tingkat kecelakaan tertinggi itu berada pada rentan usia 16-29 tahun. Mereka harus terus diingatkan mengenai pentingnya memenuhi persyaratan keselamatan berkendara," kata dia.
      
Pendampingan

Berdasarkan data Korlantas Polri tahun 2011-2013 diketahui bahwa kecelakaan sepeda motor mendominasi jika dibandingkan jenis kendaraan lain dengan mencapai persentase hingga 52,5 persen. Sementara, mobil pribadi mencapai 20 persen, truk 17,5 persen, dan bus 10 persen. 

Kemudian, jika berdasarkan usia korban, diketahui bahwa kecelakaan lalu lintas terbanyak menimpa usia 15-29 tahun dengan persentase 46,89 persen, disusul usia 30-50 tahun sebesar 21,52 persen.

Psikolog Tika Bisono yang dihubungi dari Palembang, Selasa (27/10), mengatakan dari data tersebut tergambar bahwa remaja merupakan kelompok yang paling rentan melakukan pelanggaran dalam berlalu lintas.

Hal ini dapat dimaklumi karena remaja sedang melalui tahapan transisi untuk menjadi dewasa, sehingga terjadi banyak perubahan dalam diri baik secara fisik maupun psikologis.

"Usia remaja merupakan usia untuk mencari identitas diri dan konsep diri. Mau menjadi manusia seperti apa nantinya, itu diputuskan di saat remaja. Namun, di lain sisi, usia ini juga usia untuk mencari pengakuan dan eksistensi diri, di sini sering remaja terjebak," kata dia.

Ketika remaja ingin mencari pengakuan, biasanya akan merapat pada suatu kelompok sehingga ia akan mengikuti nilai-nilai disepakati di kelompok itu untuk bisa disebut "keren".

"Nah, kebut-kebutan dengan motor itu sering kali dianggap sebagai suatu yang keren karena menantang resiko dan bahaya, atau tidak semua orang bisa. Lantas, apakah remaja memikirkan resikonya, tentu tidak, karena memang pemikiran mereka belum sampai ke sana," kata dia.

Oleh karena itu, penting kiranya memberikan pemahaman ke remaja secara nalar dengan menggunakan pendekatan kosekwensi, atau bukan hukuman.

"Kebanyakan yang ada adalah larangan. Ini kurang efektif karena yang lebih baik tidak sebatas jangan tapi juga harus dijelaskan alasannya. Semisal, boleh memilih ini tapi harus dijelaskan juga resikonya," kata dia.

Karena itu, penting kiranya memberikan stimulasi cara berpikir nalar ke remaja dan yang paling efektif yakni dengan mengikutsertakan siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler sekolah.

"Kegiatan esktrakurikuler merupakan kegiatan yang sangat baik dalam meluruskan pola pikir remaja, karena dalam penerapannya ada suatu kegiatan yang dilakukan secara terus menerus. Dengan begitu maka cara berpikir nalar siswa akan terstimulasi," kata dia.

Masa remaja merupakan masa krusial karena pada masa ini seseorang telah melewati masa anak-anak tapi belum bisa dikatakan dewasa.

Karena itu, remaja kerap kurang mempertimbangan resiko-resiko yang lebih besar sehingga tidak heran jika mengesampingkan keselamatan dalam berkendara. 

Namun, pendampingan dan pengawasan orangtua, guru, masyarakat, dan lingkungan akan meluruskan cara berpikir mereka sehingga menjadi termotivasi untuk menaati peraturan dan berdisiplin dalam berkendara.