Mereka yang pertaruhkan nyawa padamkan kebakaran lahan

id kebakaran hutan dan lahan, tni

Mereka yang pertaruhkan nyawa padamkan kebakaran lahan

Personel Mabes TNI bantu upaya pemadaman kebakaran hutan di Sumsel (Foto Antarasumsel.com/Fenny Selly/15)

...Selama satu bulan sepuluh hari nyawa kalian dipertaruhkan, ini bentuk peperangan lain...
Palembang (ANTARA Sumsel) - Cuaca ekstrem menjadi kendala utama personel TNI dalam upaya mengatasi pemadaman kebakaran hutan dan lahan di Sumatera Selatan sejak mulai beroperasi pada 11 September 2015.
     
Danyon Armed 10, Letkol Arm Toar Pioh di Palembang, Kamis, selaku Ketua Satgas Kebakaran di Posko Air Sugihan PT Bumi Andalas Permai, Kabupaten Ogan Komering Ilir, mengatakan, personelnya pada beberapa kesempatan harus berhadapan dengan angin puting beliung.
     
"Paling diingat itu kejadian saat adanya angin puting beliung yang tingginya tiga kali pohon. Situasi sangat berbahaya karena dalam pusaran ada api yang bisa bergerak leluasa mengikuti arah angin," kata Toar yang dijumpai seusai upacara pelepasan personel TNI untuk kembali ke satuan masing-masing di Lapangan Lanud Palembang.
     
Toar bersama 1.050 prajurit TNI dikembalikan setelah bertugas selama satu bulan, 10 hari di Sumatera Selatan untuk tujuan penyegaran personel.
     
Ia mengatakan, kondisi itu sangat membahayakan nyawa sehingga personel terpaksa dievakuasi dari lokasi tersebut sekitar pukul 04.00 WIB.
     
"Evakuasi juga tidak bisa langsung, harus menunggu dulu sekitar dua jam. Jadi sementara menunggu, personel bersembunyi dengan cara masuk kanal. Ini momen yang tidak bisa saya lupakan karena api sudah menyeberang dan mengurung mereka," kata Danyon Armed 10 Bogor, lulusan Akademi Militer tahun 1997 ini.
     
Ia mengemukakan, banyak persoalan yang dihadapi di lapangan karena dipicu oleh cuaca ektrem ini yakni kondisi cuaca atau iklim yang tidak biasa dan sangat jarang terjadi karena memiliki intensitas yang sangat tinggi atau sangat rendah.
      
Sehingga, untuk beberapa upaya yang sudah dilakukan menjadi gagal total karena lokasi yang apinya sudah bisa dipadamkan justru menyala kembali akibat dorongan angin.
     
Ia menjelaskan, suatu lokasi yang sudah berhasil dipadamkan kebakarannya harus benar-benar dipulihkan dengan cara menyemprotkan air ke dalam lahan gambut supaya tidak muncul lagi titik api.
     
Namun, luasnya areal yang terbakar menjadi kendala tersendiri.
     
"Cuaca sangat panas karena hujan tidak turun-turun, belum lagi daerah pesisir yang habis terbakar menjadi ladang angin. Sehingga jika lambat memulihkan (lahan yang sudah bisa dipadamkan) maka titik api akan muncul lagi," ujar dia.
     
Toar membawa 350 orang personel Armed 10 ke Sumatera Selatan yang disebar di beberapa titik kebakaran hutan yakni di Cengal, Mesuji, dan Air Sugihan Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI).
     
Dalam operasi selama satu bulan sepuluh hari itu, Toar berserta tim yang terdiri atas masyarakat, regu pemadam kebakaran perusahaan berhasil mematikan kepala api di Air Sugihan sehingga bisa mencegah kerugian yang besar lagi.
     
Namun, di tengah upaya itu, muncul kepala api di Distrik Bagan Tengah, kawasan Air Sugihan yang hingga hari ini masih belum padam.
     
"Untuk memadamkan kepala api tidak bisa cepat, harus ektra hati-hati karena dalam cuaca ekstrem membuat arah angin bisa berbalik dan bisa mengurung personel. Jadi mematikannya dengan cara menyemprotkan air dari pinggir, secara bertahap sembari menjinakkan kepala apinya, seperti yang dilakukan di Air Sugihan," katanya berbagi cerita mengenai pengalaman selama di lokasi kebakaran.
     
Ia menambahkan, untuk memaksimalkan upaya pemadaman kepala api ini, maka operasi ini dilakukan pada malam hari karena pada pukul 01.00 hingga 04.00 WIB, arah angin cenderung bisa diprediksi dibandingkan pada pagi hingga sore hari.
     
Kemudian, selain menyemprotkan air, ia bersama 167 personelnya yang khusus ditempatkan di Air Sugihan juga membuat sekat kanal sejauh dua km dengan lebar sekitar 300 meter seperti arahan dari Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo ketika berkunjung ke lokasi.
    
"Pekerjaan ini belum selesai karena masih banyak bentangan alam yang belum diberikan sekat kanal. Rencananya, pekerjaan ini akan dilanjutkan tim pengganti yang tiba hari ini," kata pria kelahiran Minahasa, 17 Agutus 1975 ini.
     
Sementara itu, pada hari ini, Toar bersama 1.050 personel TNI ditarik dari tim Satgas Darurat Kebakaran Hutan dan Lahan untuk tujuan penyegaran dengan dikembalikan ke satuannya masing-masing yakni Armed 10, Yonif 330 dan Pasukan Marinir.
     
Kemudian, tim pengganti terdiri dari 1.050 orang personel TNI dari Yon Kav 1 Cijantung (Jakarta Timur), Armed 9 (Purwarkarta, Jawa Barat) dan Marinir (Cilandak, Jakarta) dalam jumlah yang sama.
     
"Tim lama sudah menyerahterimakan peta wilayah kebakaran kepada tim baru, dan hanya bisa menitipkan pesan bahwa kerja sama tim adalahnya yang terpenting, yakni bagaimana membangun sinergi antara TNI, masyarakat, dan regu pemadam kebakaran perusahaan. Semua tidak akan terganggulangi tanpa adanya kerja sama," pesan Toar.

Padamkan 1.664 hotspot
     
Panglima Kodam II/Sriwijaya Mayjend TNI Purwadi Mukson mengatakan sebanyak 1.050 personel yang ditempatkan di lokasi kebakaran lahan dan hutan Sumatera Selatan pemadaman kebakaran hutan telah mempertaruhkan nyawa sama seperti berjuang dalam peperangan.
     
"Selama satu bulan sepuluh hari nyawa kalian dipertaruhkan, ini bentuk peperangan lain. Walaupun asap masih dirasakan hingga kini, tapi negara tetap mengapresiasi, itulah bentuk baktimu sebagai prajurit," kata Purwadi dalam upacara pelepasan 1.050 personel TNI setelah bertugas di lokasi kebakaran sejak 11 September 2015.
     
Ia mengatakan, negara sangat mengapresiasi kerja keras para personel TNI ini dan direncanakan akan diberikan penghargaan berupa kenaikan pangkat.
      
"Tugas ini tidak kalah dengan bertugas di daerah operasi, di medan lahan gambut dengan variasi kedalaman yang berbeda merupakan suatu ancaman luar biasa. Ini suatu tugas yang tidak mudah, dan saya akan laporkan ke Panglima TNI agar kalian diberikan penghargaan," kata dia.
     
Ke depan, ia melanjutkan, TNI akan memanfaatkan pengalaman penanggulangan kebakaran lahan gambut ini untuk membuat simulasi ancaman berbeda yakni militer selain perang.
     
"Harapannya kejadian ini tidak terulang lagi tahun depan, dan semua pihak lebih berfokus pada pencegahan," kata dia.
     
Hingga kini, upaya pemadaman kebakaran hutan dan lahan di Sumatera Selatan tetap berlanjut dengan menerjunkan 1.050 personel TNI.
     
Personel yang baru ini akan meneruskan tugas tim sebelumnya, seperti pembuatan sekat bakar, sekat basah, sekat kanal, embung, dan sodetan.
     
"Sejumlah pekerjaan sudah dilakukan oleh tim sebelumnya seperti membuat sekat kanal minimal 4 km sampai 18 km, ini akan dilanjutkan karena belum semua area dibuat sekat kanalnya. Jika ini diteruskan, saya yakin akan lebih berdampak," tuturnya.
     
Ia tidak menyangkal hingga kini kebakaran hutan dan lahan masih terjadi meski sudah diturunkan personel sebanyak satu batalyon yang bertugas selama satu bulan dan sepuluh hari.
     
Tapi, jika dibandingkan dengan jumlah titik api yang bisa dipadamkan yakni berjumlah 1.664 titik, Purwadi mengatakan bahwa capaian ini tetap harus diapresiasi oleh berbagai pihak.
     
"Diakui bahwa asap masih luar biasa. Tapi, upaya personel di lapangan sudah maksimal, mereka mempertaruhkan nyawa. Ini tidak mudah, bentangan alamnya sangat luas dan cuaca juga sangat kering dan panas," ujarnya.
     
Menurut dia, dukungan peralatan juga sangat menentukan dalam upaya pemadaman ini.
     
Salah satunya yakni dukungan dari perusahaan perkebunan yang lahannya juga terbakar yakni menyediakan helikopter untuk pemantauan titik api, eskavator, dan traktor.
       
"Semua peralatan yang digunakan berasal dari perusahaan. Kemarin, Rabu (21/10), sudah datang dua unit pesawat sewa amphibi dari Rusia yang bisa mengangkut air sebanyak 12 ribu liter. Pesawat sewa bantuan kalangan swasta ini sudah disiagakan di pangkalan udara di Pangkal Pinang untuk mengambil air di Selat Malaka," tambahnya.
     
Sebelum diturunkan ke area kebakaran, sebanyak seribu orang lebih personel TNI yang akan ditempatkan di lokasi pemadaman kebakaran lahan dan hutan di Sumatera Selatan, dan yang akan dipulangkan ke satuan masing-masing melakukan shalat istisqo di Pangkalan Udara TNI AU Palembang.
     
Shalat meminta hujan ini dimaksudkan untuk mensucikan diri dan memberikan kekuatan mental bagi personel baru yang akan ditempatkan di beberapa titik lokasi kebakaran hutan dan lahan di Kabupaten Ogan Ilir, Ogan Komering Ilir dan Musi Banyuasin.
     
Sementara itu, Kepala Satgas Siaga Darurat Bencana Asap Kol Inf Tri Winarno mengatakan tim pertama ini telah berhasil memadamkan 1.664 titik api yang tersebar di tiga kabupaten yakni Ogan Komering Ilir, Ogan Ilir, dan Musi Banyuasin.
     
"Memang kebakaran masih terjadi, tapi berapa banyak titik api yang bisa dipadamkan ini dapat terlihat bahwa TNI sudah bekerja keras bersama unsur satgas lainnya, seperti dari BNPB, masyarakat, dan regu pemadam kebakaran perusahaan," kata dia.
     
Ia mengatakan, pemadaman kebakaran di lahan gambut ini bukan perkara mudah karena personel TNI dihadapkan pada cuaca ekstrem yakni angin yang kencang, dan udara yang sangat kering sekali.
     
"Sangat sulit sekali, setelah beberapa titik api berhasil dipadamkan maka tak berapa lama muncul titik api baru. Apalagi bentangan luas lahan yang terbakar terbilang sangat luas sekali," ujar dia.
     
Oleh karena itu, ia menilai, kehadiran pesawat amphibi yang disewa dari Rusia dapat memberikan dampak signifikan dalam upaya pemadaman kebakaran hutan dan lahan yang sudah diintensifkan sejak dua bulan terakhir.
     
"Pesawat bantuan kalangan swasta ini, berkapasitas 12 ribu liter air, yang bisa mengambil air tanpa harus mendarat. Untuk mengoptimalkanya, maka disiagakan di pangkalan udara di Pangkal Pinang agar tidak terkendala jarak padang," kata dia.
     
Lagi pula, jika disiagakan di Pangkal Pinang maka tidak akan melawan arah asap.
     
"Jadi mengebom airnya dari belakang, karena jika dari depan akan sulit. Pesawat ini akan difokuskan menggempur titik api di Air Sugihan yang saat ini masih berkobar," kata Danren 044/Garuda Dempo ini.
     
Hingga kini, kebakaran hutan dan lahan masih berlangsung dan berpusat di Ogan Komering Ilir dengan jumlah 653 titik api.
     
Jika dibandingkan provinsi lain, titik api di Sumsel masih yang tertinggi total mencapai 703 titik.
     
Kebakaran hutan dan lahan hingga kini masih berlangsung di Sumatera Selatan meski upaya maksimal sudah dilakukan dan telah menguras tenaga, pikiran, dan biaya. 
     
Berkaca pada kejadian dan kerugian yang diakibatkannya, maka sangat penting kiranya semua pihak berfokus pada pencegahan agar tahun depan kejadian serupa tidak terulang lagi.