Palembang (ANTARA Sumsel) - Menteri Perindustrian Saleh Husin
mengatakan pemerintah akan menyerap karet dalam negeri melalui sejumlah
proyek infrastruktur untuk melindungi petani akibat rendahnya harga jual
di pasar ekspor.
"Beberapa rapat sudah dilakukan dengan beberapa kementerian yang
intinya bagaimana caranya agar produksi karet bisa terserap juga di
dalam negeri, atau tidak semata-mata mengandalkan ekspor," kata Saleh
seusai menjadi pembicara utama di seminar bertema "Peluang dan Tantangan
Indonesia Menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean" di Palembang, Sabtu.
Pada seminar yang digelar Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya ini,
Saleh mengatakan harga karet di pasar internasional menurun tajam
sehingga berimbas pada harga di tingkat petani.
Menurutnya, pemerintah telah menunjuk Kementerian PU dan Kementerian
Perhubungan untuk turun tangan dalam penyerapan karet dalam negeri ini.
"Seperti diketahui campuran aspal pembuat jalan membutuhkan karet,
demikian juga bantalan di pelabuhan. Pemerintah pun sudah menunjuk kedua
kementerian ini untuk memanfaatkan karet dalam negeri," ujar dia.
Ia menambahkan, selain mencari "obat" jangka pendek, pemerintah juga
mengambil langkah jangka panjang yakni mendorong pabrik ban Michelin
segera merealisasikan rencana investasinya.
"Jika ini jadi, maka karet alam dan karet sintetis dalam negeri akan
terserap dengan baik, sehingga akan mengurangi volume ekspor," kata
dia.
Kehadiran investor asing untuk membangun hilirasasi karet ini sudah
lama dinantikan Sumatera Selatan yang menjadi produsen getah karet
terbesar di Indonesia.
Sekretaris Daerah Pemprov Sumsel Mukti Sulaiman dalam kesempatan
yang sama mengatakan luas perkebunan karet Sumsel menjadi yang terluas
di Indonesia dengan mencapai seribu hektare lebih dengan lebih kurang
400 ribu hektare merupakan perkebunan rakyat.
"Tapi sungguh disayangkan, hingga kini tidak satu pun pabrik ban
berdiri di Sumsel. Oleh karena itu, pemprov mengharapkan pemerintah di
tingkat pusat mendorong datangnya investor dengan menyediakan
infrastruktur yang memadai," kata Mukti.
Harga karet di tingkat petani melorot akibat pengaruh krisis ekonomi
global yang berimbas dengan penurunan permintaan di pasar dunia.
Pada 2011, harga karet sempat berada di kisaran Rp25 ribu per kg
seiring dengan tingginya pertumbuhan ekonomi Tiongkok yakni 9,2 persen.
Berita Terkait
Tiga tersangka pembunuhan berencana di OKU terancam hukuman mati
Kamis, 7 Maret 2024 13:49 Wib
Berawal sengketa lahan pekarangan rumah, penyadap karet tewas ditusuk
Rabu, 6 Maret 2024 18:09 Wib
Polres OKU tetapkan tersangka kasus pembunuhan berencana di Desa Kedaton
Senin, 4 Maret 2024 17:26 Wib
Jembatan putus, BPBD bantu warga Muratara seberangi sungai dengan perahu karet
Jumat, 12 Januari 2024 15:06 Wib
Mengunyah permen karet bisa bantu berhenti merokok?
Selasa, 9 Januari 2024 14:30 Wib
Warga OKU beraktivitas gunakan perahu akibat banjir
Rabu, 6 Desember 2023 16:08 Wib
Karhutla tewaskan penyadap karet di Trenggalek
Sabtu, 4 November 2023 6:33 Wib
Basarnas temukan jasad korban tenggelam di Sungai Ogan
Sabtu, 26 Agustus 2023 9:16 Wib