Selama kemarau petani karet pilih biarkan lahan

id petani karet, karet, pohon karet, musim kemarau

Selama kemarau petani karet pilih biarkan lahan

Seorang petani menyadap getah karet (FOTO ANTARA/FB Anggoro/Koz/nz/09)

....Setiap bulan biasanya mendapatkan 200 kilogram getah, tapi kini berkurang drastis hanya 90 kg....
Palembang, (ANTARA Sumsel) - Selama musim kemarau sejumlah petani karet di Sumatera Selatan memilih membiarkan lahan, yang mengakibatkan produksi getah berkurang.

Anwar, petani karet Mesuji Raya, Kabupaten Ogan Komering Ilir, yang dihubungi dari Palembang, Jumat, mengatakan telah empat pekan membiarkan lahan karena produksi getah berkurang hingga 60 persen dari biasanya.

"Setiap bulan biasanya mendapatkan 200 kilogram getah, tapi kini berkurang drastis hanya 90 kg," kata Anwar yang telah menjadi petani karet sejak 20 tahun lalu.

Ia mengatakan, kondisi ini diperparah dengan menurunnya harga getah karet bongkahan dari Rp7.000 menjadi hanya Rp6.300 (pengeringan satu pekan) dan Rp5.300 (getah karet basah masa pengeringan dua hari).

"Jika dihitung pendapatan per bulan hanya berkisar Rp600 ribu, tentunya ini tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga," kata dia.

Lantaran itu, Anwar dan sejumlah petani karet lainnya lebih tertarik untuk bekerja di perkebunan sawit yang dikelola Koperasi Unit Desa yakni perkebunan plasma warga.

"Kerja dengan KUD dibayar Rp70 ribu per hari, dari pagi hingga sore. Jika pun mau tetap mengolah karet masih bisa, di malam hari. Tapi rata-rata sudah tidak mau mengurus kebun," ujar dia.

Senada, Kirom, petani karet Desa Tambangan Kelekar, Kecamatan Gelumbang, Kabupaten Muaraenim, mengatakan ia lebih suka bekerja secara serabutan sejak harga karet jatuh di tingkat petani.

"Apa saja dikerjakan, mulai jadi tukang bangunan, menangkap ikan, atau kerja di perkebunan sawit, yang penting boleh uang untuk makan," kata dia.

Ia mengatakan, penurunan harga karet demikian terasa sejak awal tahun dan tidak kunjung membaik hingga kini.

Keadaan ini dibarengi juga dengan meningkatnya harga kebutuhan bahan pokok sehingga semakin memberatkan petani karet.

"Harapannya, pemerintah mengatasi masalah ini. Bagaimana caranya agar harga karet ini sesuai, dalam arti tidak merugikan petani. Ini serba salah, di panen salah, tidak dipanen salah," kata dia.

Harga karet di tingkat petani melorot akibat pengaruh krisis ekonomi global yang berimbas dengan penurunan permintaan di pasar dunia.

Pada 2011, harga karet sempat berada di kisaran Rp25 ribu per kg seiring dengan tingginya pertumbuhan ekonomi Tiongkok yakni 9,2 persen.