Bank Indonesia: Hilirisasi karet harus dipercepat

id bank indonesia, hilirisasi karet, karet, pohon karet, komoditas sumsel, ekonomi sumsel, kepala bi sumsel, budi winantya

Bank Indonesia: Hilirisasi karet harus dipercepat

Harga getah karet di tingkat petani anjlok (Foto Antarasumsel.com/14/E Permana)

....Pemerintah harus mendorong percepatan hilirisasi karet karena harga di tingkat petani terus anjlok hingga menjadi berkisar Rp4.500/kilogram....
Palembang, (ANTARA Sumsel) - Deputi Kepala Kantor Bank Indonesia Wilayah VII Sumatera Selatan Juli Budi Winantya mengatakan pemerintah harus mendorong percepatan hilirisasi karet karena harga di tingkat petani terus anjlok hingga menjadi berkisar Rp4.500/kilogram.

"Tidak ada cara lain, selain mengakselerasi hilirisasi karet di dalam negeri. Jika hanya berharap pada perbaikan perekonomian dunia mau sampai kapan," kata Juli di Palembang, Selasa.

Ia mengemukakan Bank Indonesia telah merumuskan beberapa langkah yang harus ditempuh pemerintah dalam hilirasasi karet jangka pendek untuk mengurangi tekanan ekonomi petani.

"Langkah dapat diawali dengan mensinergikan dan menyebarluaskan hasil penelitian akademisi yang relevan terkait dengan pengembangkan produk karet bernilai, tapi dengan cara sederhana," kata dia.

Kemudian, mendorong penyerapan dalam negeri terhadap hasil industri menengah kecil skala rumahan berbahan baku karet alam, mengarahkan dan memfasilitasi petani untuk membentuk Gabungan Kelompok Tani dan Koperasi.

Lalu, mendorong terbentuknya klaster karet yang melibatkan masyarakat dan pemerintah daerah, industri hulu dan hilir, pasar lokal dan kopersi.

"Langkah-langkah cepat ini harus diambil karena daya beli masyarakat Sumsel yang hidupnya mengandalkan komoditas terus turun, akibatnya pertumbuhan ekonomi Sumsel yang tertahan kinerjanya karena pelesuan industri karet," kata dia.

Karet menjadi komponen ekspor terbesar Sumsel sejak puluhan tahun yakni mencapai 67,36 persen pada 2015, di susul batu bara dengan 11,95 persen, dan sawit dengan 10,19 persen.

Ia mengemukakan, petani karet harus didorong meningkatkan nilai tambah dari produk yang dihasilkan seperti yang dilakukan sejumlah kelompok tani di Jambi yakni mengolah getah karet berbentuk bongkahan menjadi lembaran.

"Dengan diolah sekitar dua pekan, bongkahan karet yang harganya hanya Rp4.000 hingga Rp5.000 per kg saat ini bisa menjadi Rp15.000 per kg jika sudah diolah berbentuk lembaran," kata dia.

Menurutnya, pola ini dapat dijadikan solusi dibandingkan berdiam diri menanti perekonomian dunia membaik seperti yang terjadi di tahun 2011.

Pada tahun itu, harga getah karet bongkahan mencapai Rp25 ribu hingga Rp30 ribu per kg karena tingginya permintaan luar negeri sebagai dampak pertumbuhan ekonomi di Tiongkok yang mencapai 9,2 persen.

Kini, di tengah pelemahan ekonomi dunia yakni Tiongkok yang hanya menargetkan pertumbuhan ekonomi dikisaran 7,2 persen tahun ini, Juli mengatakan petani karet Sumsel harus bangkit dari keterpurukan dengan mau mencoba membuat industri olahan getah karet.

"Kuncinya adalah mendapatkan pasar dalam negeri. Seperti keberhasilan yang didapatkan petani karet di Jambi yang memiliki konsumen pengusaha UMKM dari Yogyakarta hanya dengan modal Rp10 juta untuk membeli alatnya," kata dia. 

Sementara itu, Anwar, petani karet di Kecamatan Mesuji Raya, Ogan Komering Ilir, mengatakan harga karet pada pekan ini hanya Rp5.300 per kg untuk kategori karet basah. Sedangkan, untuk karet yang sudah dikeringkan selama satu pekan hanya dihargai pengepul sebesar Rp6.300 per kg.

"Bisa dikatakan ini menjadi harga terendah untuk tahun ini. Banyak petani yang saat ini membiarkan kebunnya dan memilih bekerja harian lepas di perkebunan sawit, apalagi saat ini sedang kemarau sehingga getah karet sangat sedikit," ujar Anwar yang dihubungi dari Palembang.