Palembang (ANTARA Sumsel) - Pengrajin songket di Kota Palembang
Sumatera Selatan sejak beberapa bulan terakhir tetap berproduksi,
kendati naiknya harga bahan baku dampak dari semakin melemahnya nilai
tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat.
Kenaikan harga bahan baku tidak menyurutkan para pengrajin kain
songket dan tetap berproduksi, dengan menyiasati mengurangi bahan baku
impor menggantinya dengan produk lokal, kata Kepala Dinas Perindustrian
dan Perdagangan Sumatera Selatan, Permana di Palembang, Selasa.
Dijelaskannya, sejak beberpa bulan terakhir para pengrajin tenun
songket sebagian membeli bahan baku lokal menggunakan benang sintetis
sebagai alternatif agar produksi tetap terus berjalan.
Kondisi sulit tersebut tidak hanya terjadi pada industri kerajinan
songket, tetapi juga dialami sejumlah industri kecil lainnya dengan
mengurangi bahan baku impor menggantinya dengan barang lokal.
Menurut Permana, berdasarkan pengakuan sejumlah pengusaha industri
kecil dan pengrajin tenun songket, dengan semakin melemahnya nilai tukar
rupiah terhadap dolar Amerika Serikat, sangat berdampak pada naiknya
harga bahan baku seperti benang emas dan benang sutera.
Mahalnya harga benang emas dan benang sutra yang mengikuti nilai
tukar dolar terhadap rupiah ini, berdampak pada hasil songket juga ikut
menyesuaikan harga jual ke konsumen, katanya.
Ia mengatakan, kendati sekarang ini harga jual kain songket naik, namun permintaan konsumen masih cukup tinggi.
"Saya mengimbau kepada para pengrajin songket dan industri kecil
lainnya, selama situasi seperti sekarang ini gunakanlah bahan baku
produk lokal saja, dan ini adalah jalan keluarnya agar usaha tetap
berjalan untuk memenuhi permintaan konsumen," katanya.
Sementara, menurut Kemas M Ali, pengrajin songket bahwa sejak
beberapa bulan terakhir ia sudah mengurangi bahan baku impor dari India
dan Tiongkok, dan menggantinya dengan produk lokal.
Menurut dia, bahan baku produk lokal kualitasnya tidak kalah dengan
yang impor, di samping itu nilai tebusnya jauh lebih murah.
Selanjutnya, Permana menambahkan, melemahnya nilai tukar rupiah
terhadap dolar ini dapat dijadikan momen untuk meningkatkan omzet
penjualan ke luar negeri, khususnya bagi pengrajin berskala besar.
Ia mencontohkan, pengrajin Kemas M Ali, hingga sekarang masih
banyak stok bahan baku benang emas yang dibeli ketika harga masih
rendah.
Kondisi demikian, dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan omzet penjualan kain songket ke luar negeri, katanya.
Berita Terkait
Pj Gubernur Sumsel minta program Dekranasda jangkau masyarakat
Jumat, 12 Januari 2024 17:25 Wib
Pengrajin hiasan panjang mulud di Serang raupomzet jutaan rupiah
Rabu, 27 September 2023 13:11 Wib
Daun nipah bawa berkah
Kamis, 15 Juni 2023 16:21 Wib
Pengrajin tahu tempe di Jabodetabek siap mogok produksi tiga hari
Minggu, 20 Februari 2022 16:14 Wib
Kementan subsidi biaya distribusi kedelai bantu pengrajin tahu-tempe
Sabtu, 19 Juni 2021 18:38 Wib
Pengrajin cangkang ketupat pandan
Minggu, 9 Mei 2021 12:10 Wib
Dekranasda Sumsel dorong pengrajin kain pakai pewarna alami
Kamis, 16 Juli 2020 14:24 Wib
Dekranas bagikan paket sembako kepada pengrajin di Palembang
Sabtu, 18 April 2020 18:43 Wib