Perencana keuangan: Investasi pasar modal tetap menggiurkan

id perencana keuangan, freddy pieloor, investasi, pasar modal, saham, harga saham, investor, ekonomi

Perencana keuangan: Investasi pasar modal tetap menggiurkan

Ilustarsi grafik bursa saham (ANTARA FOTO)

....Investasi di pasar modal untuk saat ini justru tepat bagi mereka yang masih memiliki dana yang menganggur untuk tujuan jangka panjang....
Palembang, (ANTARA Sumsel) - Investasi di pasar modal tetap menggiurkan saat ini meski terjadi penurunan harga akibat pengaruh pelemahan ekonomi di dalam negeri dan luar negeri, kata seorang perencana keuangan Freddy Pieloor.

"Investasi di pasar modal untuk saat ini justru tepat bagi mereka yang masih memiliki dana yang menganggur untuk tujuan jangka panjang (di atas 3 tahun) karena saat ini harga saham sedang turun," kata Freddy yang dihubungi dari Palembang, Senin.

Hanya saja, konselor keuangan dari "MoneynLove" ini, tidak berani menjamin bahwa saat ini adalah masa terbaik untuk membeli karena harga saham masih berpeluang lebih jatuh atau sebaliknya justru berbalik arah.

Jika investor andal dalam menganalisa saham suatu perusahaan maka bisa mendapatkan margin berlipat pada masa datang.

"Saat ini belum bisa dikatakan bahwa sudah batas bawah (titik terendah harga saham). Oleh karena itu, ada baiknya mulai membeli dengan cara mencicil saja dulu," kata Asosiasi Perusahaan Pialang Asuransi dan Reasuransi Indonesia (Apparindo).

Ia menerangkan, mencicil ini dapat diterapkan bagi mereka yang memiliki penghasilan tetap yakni dengan menyisihkan 10-20 persen dari penghasilan, seperti digunakan untuk membeli produk pasar modal, seperti reksadana dan saham.

"Harus diingat bahwa persentase ini diambil dari total seluruh pemasukan, bukan sisa dari seluruh pengeluaran. Sementara, pengertian dari dana yang menganggur yakni bukan dana untuk kebutuhan anak sekolah, dana darurat, dan dana belanja bulanan," kata dia.

Terkait dengan keinginan masyarakat berinvestasi di pasar modal, menurut Freddy sementara ini masih rendah sehingga membutuhkan edukasi dari berbagai pihak terkait.

"Sebenarnya, budaya di tengah masyarakat sudah sangat mengajarkan seperti jangan besar pasak dari tiang, berakit-rakit ke hulu berenang-renang ke tepian. Tapi, gaya hidup dan perubahan kehidupan sosial cenderung mendorong masyarakat untuk lebih konsumtif," kata dia.

Apalagi, para pekerja di Indonesia telah terbiasa menerima uang gaji bulanan secara utuh atau tidak dipotong untuk dana jaminan sosial (asuransi, pajak, kesehatan, dan pensiun).

"Di luar negeri, seseorang telah terbiasa menerima 50 persen dari pendapatannya, karena sudah dipotong untuk keperluan tak terduga dan jaminan masa depan. Jika berkaca dari ini, artinya, penduduk Indonesia harus lebih berhati-hati dalam menggunakan pemasukannya," kata dia.

Pemerintah melalui Otoritas Jasa Keuangan gencar meningkatkan penetrasi pasar modal yang sementara ini hanya 3,7 persen atau terendah dari berbagai produk jasa keuangan.

Masyarakat didorong mengenal produk investasi seperti asuransi, pasar modal, dana pensiun karena hanya mereka yang berinvestasi yang mampu bertahan di saat krisis ekonomi atau shock ekonomi (semisal pencari nafkah meninggal dunia).