Masyarakat trauma investasi bodong

id bursa efek indonesia, bei, reksadana, investasi, masyarakat, bodong, pasar modal

Masyarakat trauma investasi bodong

Ilustrasi - Pembukaan IHSG BEI (ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari)

Palembang (ANTARA Sumsel) - Bursa Efek Indonesia perwakilan Sumatera Selatan cukup kesulitan memasarkan produk pasar modal di Palembang, karena penduduk setempat memiliki trauma pada kasus investasi bodong.

Pejabat sementara BEI Sumsel Early Saputra di Palembang, Jumat, mengatakan trauma ini membuat masyarakat kurang tertarik berinvestasi di sektor pasar modal meski menawarkan keuntungan.

"Kondisi psikologis masyarakat inilah yang menjadi tantangan tersendiri bagi BEI Sumsel setelah membuka kantor perwakilan di Palembang. Apalagi belum lama ini ada kejadian investasi bodong yang menipu dana masyarakat hingga Rp1,2 triliun," kata dia.

Untuk itu, BEI akan gencar mengedukasi masyarakat mengenai investasi pasar modal menyangkut risiko, kepastian pengembalian, hingga jaminan.

"Investasi pasar modal itu amat berbeda. Investor menanamkan modal sesuai dengan kemampuannya (berapa sanggup membeli saham, reksadana, dan obligasi) dan ada kepastian di sini, masyarakat belum banyak yang mengetahuinya," kata dia.

Keberadaan kantor perwakilan BEI Sumsel ini diharapkan semakin meningkatkan penetrasi pasar modal untuk daerah di luar Jakarta.

Data terakhir menunjukkan bahwa Sumsel sebagai provinsi yang  potensial untuk berkembang di masa datang di berbagai sektor, tak terkecuali pasar modal.

Saat ini terdapat 7.000 hingga 8.000 investor yang tercatat di BEI Sumsel, sementara penambahan investor baru pada periode Januari-Juni 2015 yakni sebanyak 1.300 investor.

"Target setelah kantor ini benar-benar beroperasi (diresmikan) yakni ada 10.000 investor di Sumsel," kata dia.

Untuk memicu pertumbuhan investor ini, BEI bekerja sama dengan 11 perusahaan sekuritas akan gencar mensosialisasikan ke masyarakat mengenai investasi pasar modal.

"Siapapun yang ingin belajar pasar modal, silakan datang ke kantor di Jalan Angkatan 45 Palembang. Ada pelatihnya dan peralatannya, dan tidak dipungut biaya," kata dia.     

Berdasarkan survei Otoritas Jasa Keuangan 2013 diketahui penetrasi di Indonesia hanya 3,7 persen atau menjadi yang terendah jika dibandingkan lima produk jasa keuangan lainnya, yakni perbankan (21,8 persen), asuransi (17,08 persen), pegadaian (14,85 persen), pembiayaan (9,8 persen), dan dana pensiun (7,13 persen).