Unsri buka tiga program studi baru

id unsri, buka program studi baru

Unsri buka tiga program studi baru

Universitas Sriwijaya (Antarasumsel.com/Grafis)

Palembang (ANTARA Sumsel) - Universitas Sriwijaya, Palembang, Sumatera Selatan, membuka tiga program studi baru pada Fakultas Pertanian untuk merespons keinginan pemerintah dalam memajukan sektor ini.

Dekan Fakultas Pertanian Unsri Erizal Sodikin di Palembang, Senin, mengatakan ketiga program studi baru pada seleksi mandiri tahun ini yakni agronomi, ilmu tanah, dan ilmu hama dan penyakit tumbuhan.

"Sebelumnya tiga program studi ini tergabung dalam satu jurusan yakni agroteknologi. Namun, permintaan Sumsel pada keahlian khusus seperti ahli tanah dan ahli penyakit tanaman, mendorong Unsri mengusulkan ke Kemenristek Dikti pada awal tahun lalu," kata dia.

Lalu, Kemenristek Dikti memberikan persetujuan melalui Surat Keputusan (SK) sehingga pada tahun pendidikan 2015 sudah dimulai penerimaan mahasiswa baru.

Ia menambahkan, persetujuan ini dilatari karena telah memiliki SDM, laboratorium, dan fasilitas penunjang akademik lainnya.

"Untuk tahun pertama ini, peminat melalui jalur mandiri (Unsri sendiri yang mengadakan, red) masih belum sesuai harapan atau tidak sampai 40 orang untuk masing-masing prodi. Tapi, ke depan, Unsri sangat optimistis bakal banyak peminat karena permintaan di bursa kerja terus meningkat," kata dia.

Sementara itu, rektor terpilih Unsri Anis Saggaf menilai, program studi baru di Fakultas Pertanian ini diharapkan meningkatkan angka partisipasi kasar masyarakat untuk berkuliah di Perguruan Tinggi Negeri (PTN).

"Unsri sebagai intitusi yang mengeluarkan SDM manusia harus menyesuaikan dengan kebutuhan masyarakat. Untuk tahun ini, ada tiga prodi baru, dan tidak menutup kemungkinan pada tahun berikutnya akan muncul prodi baru lagi, semisal di bidang kemaritiman seiring dengan fokus pemerintah pada bidang ini," kata dia.

Ia menambahkan, penambahan prodi baru ini juga untuk mewujudkan Unsri sebagai perguruan tinggi berkelas dunia.

Unsri memiliki 40 persen dari total dosen, sementara yang ada saat ini baru mencapai 10 persen.

"Nanti tidak ada lagi dosen yang hanya bergelar master karena minimal harus sudah doktor. Bagaimana mencapai ini, tak lain melalui riset," kata guru besar Teknik Sipil ini.