Prancis alokasikan hibah Rp750 miliar ke Palembang

id wali kota, harnojoyo

Prancis alokasikan hibah Rp750 miliar ke Palembang

Wali Kota Palembang Harnojoyo (Foto Antarasumsel.com/15/Nila Fuadi/Aw)

Palembang (ANTARA Sumsel) - Prancis mengalokasikan dana hibah senilai Rp750 miliar untuk membangun sistem teknologi informasi "smart city" di Palembang untuk menunjang peran kota tersebut sebagai tuan rumah Asian Games tahun 2018.

Direktur utama Cofely Ineo (perusahaan teknologi informatika Prancis), Erick Bric Bruder di hadapan Plt Wali Kota Palembang Harnojoyo di Palembang, Rabu, mengatakan, bantuan ini diberikan sebagai wujud kepedulian Prancis terhadap negara-negara di Asia dalam program realisasi dana darurat dunia.

"Ada dua kota di Indonesia yang diinginkan Prancis, yakni Jakarta dan Palembang. Mengapa keduanya, karena nanti pada 2018 akan ada ribuan orang berkumpul untuk mengikuti Asian Games, sehingga Prancis menilai sistem `smart city` akan sangat bermanfaat bagi kedua kota ini," kata dia.

Ia menjelaskan, sudah saatnya Palembang memiliki satu pusat kontrol penanganan krisis yang lebih modern yakni menyuguhkan data yang akurat dan `realtime`.

"Selama ini, para pengambil kebijakan menerima data lapangan dari laporan yang disampaikan secara lisan atau tertulis. Artinya, ada jedah waktu untuk menunggu dan ada kemungkinan tidak akurat. Namun, dengan sistem smart city maka kejadian akan diketahui secara langsung dari tempat berbeda melalui kamera pengintai," kata dia.

Kamera pengintai ini tidak seperti cctv pada umumnya, karena pada layar sudah dilengkapi data dan analisis, tambah dia.

Jika nanti diterapkan di Palembang, maka sistem smart city ini akan dibuat terintegrasi dengan kamera pengintai yang sudah ada di Palembang.

"Sistem ini, salah satunya dapat digunakan di bandara, yakni memantau secara langsung jumlah orang yang datang dan pergi dengan dilengkapi data dan analisis di layarnya. Jika melampaui batas maksimal maka secara otomatis akan alarm akan menyala," kata dia.

Dalam sistem smart city ini, Erick mengatakan akan disesuaikan dengan kebutuhan daerah masing-masing karena antara Jakarta dan Palembang memiliki karakteristik berbeda.

"Apa yang akan dipantau, apa data yang dibutuhkan disesuaikan dengan skala prioritas Kota Palembang. Terpenting dari sistem ini adalah adanya kesamaan visi dan misi di level pengambil kebijakan, karena sistem yang sudah smart ini tidak akan berguna jika SDM-nya tidak smart," kata dia.

Ia menjelaskan, karena sistem smart city ini pada prinsipnya untuk membantu para pengambil kebijakan untuk mengambil keputusan yang tepat di saat krisis, terkait kemacetan total, kebanjiran, kebakaran, kerusuhan, dan lainnya.

"Artinya, pusat kontrol harus bisa mengintegrasikan berbagai sektor. Tantangan ke depan, saya melihat kemungkinan ego sektoral antara lembaga dalam penanganan krisis. Itulah penting sekali kesatuan visi dan misi di level politis," kata dia.

Sementara, Plt Wali Kota Palembang Harnojoyo mengatakan, Kota Palembang sejak lama mengimpikan menjadi kota yang mudah mengakses berbagai informasi (smart city).

"Tentunya, Palembang merasa bersyukur sekali karena ada yang akan membantu karena apa yang menjadi impian sudah bukan mimpi lagi. Dalam waktu dekat, setiap SKPD akan membuat konsep mengenai data-data apa saja yang dibutuhkan di Palembang ini dalam pengambilan keputusan," kata dia.